Dalam laporan keuangan PT BFI Finance Indonesia Tbk per 30 September 2025, sebuah angka muncul tanpa sorotan khusus: jumlah pegawai tetap perusahaan turun menjadi 5.689 orang, dari 5.838 orang pada periode yang sama tahun sebelumnya. Selisih 149 pegawai tetap ini, meskipun tidak mencolok, mencerminkan proses penyesuaian yang lebih dalam dan bertahap di tengah lanskap industri pembiayaan yang terus berubah.
Transformasi Industri Pembiayaan: Arus Digitalisasi dan Penyesuaian Organisasi
Industri pembiayaan telah mengalami pergeseran mendasar dalam satu dekade terakhir. Digitalisasi telah merevolusi cara nasabah mengakses layanan, membuat proses kredit menjadi lebih singkat, terotomatisasi, dan sangat bergantung pada teknologi. Peran kantor cabang, yang dulunya merupakan tulang punggung bisnis, kini perlahan menyusut.
BFI Finance tidak ketinggalan dalam arus perubahan ini. Sejak tahun 2024, perusahaan telah mengambil langkah strategis untuk menata ulang organisasinya. Langkah-langkah ini meliputi penutupan sejumlah cabang, penyederhanaan struktur kerja, dan penyesuaian kebutuhan tenaga kerja. Manajemen perusahaan menyatakan bahwa upaya ini merupakan bagian integral dari strategi untuk menjaga efisiensi operasional dan daya saing di pasar yang semakin kompetitif.
Data ketenagakerjaan terbaru menunjukkan arah yang konsisten dengan strategi ini. Terjadi pengurangan jumlah pegawai tetap, sementara jumlah tenaga kerja tidak tetap justru meningkat. Fenomena ini menandakan pergeseran menuju struktur organisasi yang lebih fleksibel, sebuah pola yang juga terlihat di banyak perusahaan jasa keuangan lainnya di seluruh dunia. Fleksibilitas ini menjadi kunci untuk merespons dinamika pasar yang cepat dan kebutuhan bisnis yang berubah.
Efisiensi Operasional dan Dampak Sosial: Menyeimbangkan Kebutuhan Bisnis dan Tanggung Jawab
Bagi perusahaan, efisiensi adalah syarat mutlak untuk kelangsungan bisnis. Namun, bagi tenaga kerja, efisiensi sering kali berarti perubahan besar dalam hal kepastian pekerjaan dan stabilitas hidup. Pengurangan jumlah pegawai tetap pada tahun 2025 ini terjadi setelah perusahaan memangkas lebih dari seribu tenaga kerja pada tahun sebelumnya sebagai bagian dari upaya penataan organisasi yang lebih luas.
Manajemen BFI Finance menegaskan bahwa setiap langkah penyesuaian sumber daya manusia dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan bukan merupakan pemutusan hubungan kerja mendadak. Meskipun demikian, dalam konteks sosial yang lebih luas, setiap penyesuaian struktural semacam ini tetap meninggalkan jejak. Angka-angka yang tercatat dalam laporan keuangan sesungguhnya merepresentasikan individu dan keluarga yang harus beradaptasi dengan realitas baru di dunia kerja.
Di sinilah dilema yang dihadapi oleh banyak perusahaan modern muncul: bagaimana menyeimbangkan tuntutan untuk menjaga efisiensi demi kesehatan finansial perusahaan dengan tanggung jawab sosial terhadap karyawannya. Mencari titik temu antara keduanya menjadi tantangan krusial dalam mengelola organisasi di era yang serba cepat ini.
Teknologi, Kerentanan Baru, dan Kebutuhan Kompetensi yang Berubah
Transformasi digital yang digalakkan oleh perusahaan membawa berbagai manfaat, namun tidak terlepas dari risiko-risiko baru. BFI Finance sendiri sempat menghadapi ujian ketika serangan siber yang terjadi mengganggu layanan nasabah. Meskipun perusahaan telah memastikan bahwa tidak ada kebocoran data yang signifikan, insiden tersebut menjadi pengingat nyata bahwa ketergantungan yang semakin besar pada teknologi juga menghadirkan kerentanan baru yang perlu diwaspadai.
Dalam konteks ini, perubahan dalam manajemen sumber daya manusia bukan hanya soal kuantitas, tetapi juga kualitas dan kompetensi. Perusahaan kini membutuhkan tenaga kerja dengan keahlian yang berbeda dari sebelumnya. Idealnya, jumlah tenaga kerja bisa lebih ramping, namun dengan kemampuan yang lebih spesifik dan mendalam sesuai dengan tuntutan teknologi dan bisnis modern. Fokus bergeser dari kuantitas ke kualitas tenaga kerja.
Pergantian Kepemimpinan: Babak Baru di Tengah Konsolidasi
Perubahan internal di BFI Finance tidak hanya terjadi pada level operasional, tetapi juga di pucuk pimpinan. Pada akhir tahun 2024, Presiden Direktur Francis Lay Sioe Ho mengundurkan diri dari jabatannya. Pergantian kepemimpinan di tengah proses konsolidasi organisasi ini menandai dimulainya babak baru bagi perusahaan.
Bagi organisasi secara keseluruhan, pergantian pucuk pimpinan ini membuka ruang untuk melakukan evaluasi menyeluruh dan penataan ulang strategi bisnis. Namun, bagi para karyawan dan investor, periode transisi kepemimpinan ini juga dapat menghadirkan ketidakpastian. Arah strategis baru yang akan diambil oleh perusahaan masih menjadi hal yang dinanti-nantikan oleh berbagai pihak.
Pasar Modal Membaca Sinyal: Respons Investor terhadap Penyesuaian Perusahaan
Respons pasar modal terhadap berbagai penyesuaian yang dilakukan oleh BFI Finance tercermin dengan jelas dalam pergerakan harga saham perusahaan. Pada tanggal 16 Juni 2023, saham BFIN sempat mencapai puncaknya di kisaran Rp 1.480. Namun, dua tahun kemudian, pada Desember 2025, harga sahamnya terpantau berada di kisaran Rp 710.
Sebagai perbandingan, pada bulan Mei 2021, saham BFIN diperdagangkan di sekitar Rp 640. Meskipun harga saat ini masih lebih tinggi dibandingkan empat tahun lalu, koreksi saham BFI Finance yang mencapai lebih dari 50 persen dari level tertingginya menunjukkan sikap hati-hati dari para investor terhadap prospek jangka menengah perusahaan.
Penyesuaian tenaga kerja, penutupan cabang, insiden serangan siber, serta perubahan manajemen, semuanya dibaca oleh pasar sebagai sinyal bahwa perusahaan sedang dalam fase berbenah diri dan melakukan konsolidasi, bukan ekspansi agresif. Investor cenderung mengambil sikap menunggu dan mengamati hingga perusahaan menunjukkan arah yang lebih jelas dan stabil.
Mencari Titik Keseimbangan: Adaptasi di Tengah Ketidakpastian
Penurunan jumlah pegawai tetap dari tahun 2024 ke 2025 bukanlah sebuah cerita tentang krisis tunggal yang dihadapi perusahaan. Sebaliknya, angka tersebut merupakan bagian dari gambaran yang lebih luas, yaitu tentang sebuah perusahaan yang sedang aktif menyesuaikan diri dengan perubahan zaman dan tuntutan pasar yang dinamis.
BFI Finance saat ini berada di persimpangan dua tuntutan utama: menjaga efisiensi operasional agar tetap sehat secara finansial, dan di sisi lain, mempertahankan fondasi kemanusiaan dalam organisasinya agar tetap kokoh dan memiliki daya tahan jangka panjang. Di titik inilah seni mengelola perusahaan diuji secara mendalam.
Apakah fase penyesuaian ini akan menjadi landasan yang kuat bagi pertumbuhan baru di masa depan, atau justru akan memperpanjang periode kehati-hatian bagi perusahaan, masih menjadi pertanyaan terbuka. Namun satu hal yang jelas: perubahan yang terjadi di BFI Finance bukan sekadar soal angka-angka dalam laporan keuangan, melainkan cerminan dari dunia usaha yang terus beradaptasi dan berinovasi di tengah ketidakpastian global.

















