Garam Gunung Krayan: Warisan Leluhur yang Menghidupi Perbatasan
Di dataran tinggi perbatasan Indonesia–Malaysia, tepatnya di Desa Long Midang, Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, sebuah tradisi kuno terus bertahan hidup. Asap tipis berwarna keabu-abuan yang mengepul dari tungku sederhana berbahan drum bekas bukan sekadar pemandangan biasa. Ia adalah penanda kehidupan, ketekunan, dan warisan leluhur yang tak lekang oleh zaman: produksi garam gunung. Berbeda dengan garam laut yang umum dikenal, garam gunung Krayan memiliki cerita unik dan nilai ekonomi yang signifikan bagi masyarakat setempat.
Rumah kayu tua yang berdiri kokoh di ujung dataran tinggi itu menjadi satu-satunya pusat produksi garam gunung Krayan. Di sini, jauh dari hiruk pikuk mesin modern, hanya terdengar derak kayu bakar, letupan api, dan kesetiaan tiga orang pekerja, yang dikenal sebagai Maba Tusuk, mengaduk air asin mendidih dalam wadah besi berbentuk persegi panjang di atas tungku dapur.
Proses Produksi yang Penuh Kesabaran
Proses pembuatan garam gunung Krayan adalah bukti nyata dari pentingnya kesabaran dan ketelitian. Selama berjam-jam, mulai dari pagi hingga larut malam, air asin dari mata air pegunungan yang ajaib dipanaskan secara bertahap dengan suhu di atas 100 derajat Celcius. Air ini berasal dari dua sumur tua yang unik, yang hanya ditemukan di belakang rumah produksi.
Prosesnya sendiri terdiri dari tiga tahapan krusial:
- Pemanasan Awal: Air asin pertama kali dipanaskan hingga mendidih di bagian depan tungku.
- Perpindahan Tahap Pertama: Setelah mendidih, air kemudian dipindahkan ke ujung tungku untuk proses penguapan lebih lanjut.
- Kristalisasi: Tahap akhir adalah memindahkan air yang telah menguap sebagian ke bagian tengah tungku. Di titik inilah, kristal-kristal garam perlahan terbentuk, mengendap, dan akhirnya menjadi garam gunung yang khas.
Cara pengolahan ini nyaris tak berubah sejak zaman nenek moyang. Penggunaan tungku dari drum bekas, kayu bakar dari hutan sekitar, dan tenaga manusia menjadi saksi bisu bagaimana tradisi ini terus dijaga, meskipun zaman terus berganti.
Keterbatasan Produksi, Potensi Ekonomi Luar Biasa
Meskipun prosesnya sederhana dan alatnya tradisional, rumah produksi garam gunung Krayan hanya mampu menghasilkan sekitar 20 hingga 23 kilogram garam setiap harinya. Angka ini terbilang kecil jika dibandingkan dengan tingginya permintaan pasar yang datang dari berbagai daerah, bahkan lintas negara.
Namun, di balik keterbatasan produksi dan kesederhanaan alat, garam gunung Krayan justru mampu menghasilkan omzet yang menggiurkan, mencapai puluhan juta rupiah per bulan.
Maylova, salah satu anggota Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TPPK) Desa Long Midang, menjelaskan keunikan sumber air asinnya. Hanya dua sumur tua di belakang rumah produksi yang memiliki rasa asin, sementara sumber mata air lainnya di sekitar tetap tawar. Kedua sumur ini dikenal sebagai sumur jantan dan sumur betina. “Aneh tapi nyata. Dari dulu cuma dua sumur ini yang asin. Yang lain tawar semua,” ujarnya.
Keajaiban sumur tua ini tidak berhenti di situ. Airnya dipercaya memiliki kekuatan magis dan khasiat penyembuhan. Sebagian besar masyarakat meyakini air tersebut dapat membantu menyembuhkan berbagai penyakit, bahkan dipercaya sebagai perantara doa bagi mereka yang belum memiliki keturunan atau jodoh. “Dulu leluhur kami yang menemukan sumur ini. Makanya kami anggap sebagai berkah. Katanya bisa menyembuhkan penyakit juga, misalnya untuk yang belum punya anak atau belum dapat jodoh,” tutur Maylova.
Keajaiban lainnya adalah sumur-sumur ini tidak pernah surut, bahkan di tengah musim kemarau panjang yang melanda wilayah tersebut selama puluhan tahun.
Permintaan Tinggi, Semangat yang Tak Padam
Ironisnya, tingginya permintaan pasar belum bisa diimbangi dengan peningkatan produksi. Keterbatasan sumber daya alam, khususnya jumlah sumur air asin yang hanya dua, menjadi kendala utama. “Maunya kami tambah untuk Maba Tusuknya, tapi sumber airnya cuma dua. Dari dulu memang cuma ini yang asin. Ada sejarahnya,” ucap Maylova lirih.
Meskipun demikian, semangat masyarakat Krayan tak pernah padam. Selama api tungku masih menyala dan sumur tua terus mengalirkan air asin, Garam Gunung Krayan akan terus diproduksi dengan cita rasa yang terjaga, tradisi yang terpelihara, dan harapan yang terus dinyalakan dari tanah perbatasan.
Ciri Khas dan Manfaat Garam Gunung Krayan
Garam Krayan memiliki ciri khas yang membedakannya dari garam industri. Warnanya tidak seputih garam yodium, melainkan sedikit abu-abu. Teksturnya lebih halus dan lembut. Garam ini dipercaya memiliki banyak manfaat kesehatan, antara lain:
- Menyembuhkan penyakit darah tinggi.
- Menyembuhkan penyakit kencing manis.
- Menyembuhkan penyakit kulit dan beberapa penyakit lainnya.
Selain itu, garam ini juga dipercaya membuat sayuran tidak cepat basi dan memperpanjang daya tahan fermentasi daging, ikan, atau sayur.
Di Krayan, garam bukan sekadar bumbu dapur; ia adalah identitas. Garam berwarna abu-abu ini, yang dikenal sebagai Garam Tusuk Abu atau Tusuk Abu Longmida, dijual dengan harga Rp50.000 per kilogram. Dengan kemasan sederhana, garam ini berhasil menembus pasar kota hingga ke luar negeri.
“Kalau ada stok hari ini, besok langsung habis. Ada yang bawa ke Lawas, ke kota-kota di Kaltara, sampai ke Jakarta. Ke Malaysia juga, kalau ada langsung habis,” kata Maylova. Omzet dari produksi garam gunung ini bisa mencapai Rp30 juta hingga Rp40 juta per bulan. Di kota-kota besar, garam ini sering dikemas ulang dengan label “garam gunung Krayan”.
Yang menarik, tidak ada sistem kepemilikan pribadi dalam pengelolaan garam ini. Pendapatan sepenuhnya diberikan kepada para Maba Tusuk yang sedang mendapat giliran produksi. Sistemnya bergantian, di mana setiap bulan keluarga yang berbeda mendapat giliran untuk memproduksi garam, dan ini hanya berlaku untuk masyarakat desa di Long Midang.
Dari Garam Gunung Krayan, kita belajar bahwa di balik kesunyian perbatasan, harapan dan semangat hidup tetap menyala, perlahan namun pasti, setia seperti asap tipis yang terus mengepul dari tungku tua di Long Midang.

















