Upaya Pemulihan Sektor Pendidikan Pascabencana di Sumatera: Target Pembukaan Kembali Januari 2026
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menetapkan target ambisius untuk sektor pendidikan di wilayah Sumatera yang terdampak bencana alam. Fasilitas pendidikan di daerah-daerah yang dilanda bencana diharapkan dapat kembali memulai aktivitas belajar-mengajar pada awal Januari 2026. Upaya pemulihan ini mencakup pembersihan dan rehabilitasi fasilitas pendidikan yang rusak akibat banjir dan longsor yang melanda provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Jadwal Pemulihan dan Fasilitas Darurat
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menyatakan dalam sebuah konferensi pers daring pada Minggu, 28 Desember 2025, bahwa target utama adalah agar sekolah dan madrasah yang sebelumnya terdampak lumpur dapat kembali berfungsi pada awal semester genap, tepatnya pada minggu pertama Januari 2026.
Selain target pembukaan kembali sekolah, BNPB juga tengah mempersiapkan langkah-langkah mitigasi untuk memastikan proses belajar-mengajar tetap berjalan meskipun fasilitas utama mengalami kerusakan berat. Salah satu solusi yang disiapkan adalah pengadaan tenda-tenda darurat. Tenda-tenda ini akan difungsikan sebagai ruang kelas sementara bagi siswa dari sekolah maupun madrasah yang bangunannya mengalami kerusakan parah akibat terjangan banjir dan longsor.
“Nanti proses belajar mengajar akan kita lakukan di tenda-tenda sementara,” ujar Abdul Muhari, menekankan kesiapan BNPB untuk menyediakan alternatif belajar bagi para siswa yang terdampak.
Dampak Bencana Terhadap Siswa dan Tenaga Pendidik
Sebelumnya, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, telah menyampaikan data mengenai skala dampak bencana terhadap sektor pendidikan. Dalam sidang kabinet paripurna yang dihadiri Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara, Jakarta, pada Senin, 15 Desember 2025, dilaporkan bahwa sebanyak 276.249 siswa dari berbagai jenjang pendidikan di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat terdampak langsung oleh bencana tersebut.
Tidak hanya siswa, sebanyak 25.936 guru dan tenaga pendidik juga dilaporkan terdampak banjir dan longsor yang melanda ketiga provinsi tersebut. Angka ini menunjukkan betapa luasnya dampak bencana tidak hanya pada infrastruktur, tetapi juga pada sumber daya manusia di sektor pendidikan.
“Siswa yang terdampak keseluruhan di tiga provinsi semua jenjang, 276.249. Yang guru yang terdampak, 25.936,” ungkap Mu’ti dalam sidang kabinet tersebut.
Kerusakan Fasilitas Pendidikan
Bencana dahsyat yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat juga mengakibatkan kerusakan pada ribuan fasilitas pendidikan. Data awal menunjukkan bahwa sebanyak 3.274 sekolah mengalami kerusakan. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) masih terus melakukan pendataan mendalam untuk mengkategorikan tingkat kerusakan pada setiap sekolah.
Rincian kerusakan fasilitas pendidikan tersebut meliputi:
- Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD): 767 unit
- Sekolah Dasar (SD): 1.343 unit
- Sekolah Menengah Pertama (SMP): 621 unit
- Sekolah Menengah Atas (SMA): 268 unit
- Sekolah Menengah Kejuruan (SMK): 136 unit
- Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM): 23 unit
- Sekolah Luar Biasa (SLB): 30 unit
- Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP): 86 unit
Total keseluruhan sekolah yang terdampak mencapai 3.274 unit. Angka ini mencerminkan skala tantangan yang dihadapi dalam upaya pemulihan dan rehabilitasi infrastruktur pendidikan di wilayah bencana. Pemerintah berkomitmen untuk terus bekerja keras agar proses belajar-mengajar dapat segera kembali normal, memberikan harapan dan masa depan yang lebih baik bagi para siswa yang terdampak.

















