Penjelasan Mengapa Bensin Lebih Mudah Menguap Daripada Solar
Bensin lebih mudah menguap dibandingkan solar saat berada di suhu ruangan. Hal ini bukan sekadar mitos, tetapi benar-benar terjadi karena sifat kimia dari kedua jenis bahan bakar tersebut. Perbedaan ini juga membuat bensin lebih rentan terbakar daripada solar ketika terkena percikan api.
Perbedaan kecepatan penguapan antara bensin dan solar sangat memengaruhi kinerja mesin kendaraan. Untuk menjelaskan hal ini secara detail, Guru Besar Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB), Tri Yuswidjajanto, memberikan penjelasan teknis yang menarik.
Menurut Tri, cepat atau lambatnya bahan bakar minyak (BBM) menguap bergantung pada sifat hidrokarbon yang ada di dalamnya. “Semakin panjang rantai kimianya, semakin sulit menguap,” jelasnya. Sifat ini disebut sebagai Reid Vapour Pressure (RVP), yaitu ukuran tekanan uap bahan bakar pada suhu tertentu (37,8°C). RVP menunjukkan seberapa mudah BBM menguap.
Bensin memiliki komposisi molekul dengan rantai karbon pendek (C5–C12), sehingga molekulnya ringan dan mudah menguap. Sementara itu, solar terdiri dari rantai karbon yang lebih panjang (C12–C20), yang membuat molekulnya lebih berat dan sulit menguap. Semakin panjang rantai karbonnya, semakin kuat gaya antar molekulnya, sehingga diperlukan suhu yang lebih tinggi untuk berubah menjadi gas.
Tri menjelaskan bahwa nilai RVP bensin berkisar antara 7 sampai 15 psi, sedangkan solar memiliki nilai RVP yang jauh lebih rendah, sekitar 0,1 hingga 0,5 psi. Nilai RVP yang rendah menunjukkan bahwa solar lebih berat dan tidak mudah menguap.
Kecepatan penguapan ini juga menjadi alasan utama mengapa bensin lebih mudah terbakar dibandingkan solar. Syarat agar BBM bisa terbakar adalah ketika uap BBM bercampur dengan udara lalu terkena percikan api atau panas. Dalam mesin diesel, sistem bahan bakar harus mampu menginjeksikan solar menjadi kabut halus dan menggunakan kompresi tinggi untuk menciptakan panas yang cukup besar.
“Saat solar sudah menjadi uap, suhunya panas karena kompresi, maka solar akan terbakar sendiri. Sementara pada mesin bensin, kompresi cenderung lebih rendah dan pengkabutan tidak harus menggunakan injektor bertekanan tinggi,” jelas Tri.
Contohnya, pada mobil lawas dengan sistem bahan bakar karburasi, bensin hanya disemprotkan karena gaya vakum dari udara masuk. Hal ini sudah cukup untuk mengubah bensin menjadi uap dan mudah terbakar dengan percikan api.
Dengan demikian, perbedaan sifat kimia antara bensin dan solar menjadi alasan utama mengapa bensin lebih mudah menguap dibandingkan solar. Pemahaman ini penting untuk memahami cara kerja mesin dan pemilihan bahan bakar yang tepat sesuai kebutuhan.

















