Kabar gembira datang dari Sumatera! Setelah beberapa hari melakukan perjalanan dan memberikan bantuan kemanusiaan, Dedi Mulyadi akhirnya berhasil bertemu dengan keluarganya yang terdampak bencana banjir bandang di Aceh. Pertemuan ini menjadi momen yang sangat mengharukan, mengingat Dedi sempat kehilangan kontak dengan mereka selama hampir seminggu. Selain itu, Dedi Mulyadi juga menyalurkan bantuan sebesar 7,5 miliar rupiah untuk membantu para korban banjir dan tanah longsor di berbagai wilayah di Sumatera.
Perjalanan Dedi Mulyadi ke Aceh dilatarbelakangi oleh kecemasan mendalam terhadap keselamatan keluarganya. Ia mengungkapkan bahwa dirinya dan keluarga besar merasa sangat khawatir ketika mendengar kabar bahwa Teh Dedeh, bersama suaminya Samsul Bahri, dan anak-anak mereka, terkena dampak banjir besar yang melanda Aceh pada akhir November 2025.
Berikut adalah kronologi kejadian dan upaya pencarian keluarga Dedi Mulyadi:
Kekhawatiran Awal: Berita banjir bandang di Aceh memicu kekhawatiran mendalam bagi Dedi Mulyadi dan keluarga besarnya. Informasi yang simpang siur dan sulitnya menghubungi Teh Dedeh dan keluarganya membuat situasi semakin menegangkan.
Keputusan untuk Terbang ke Aceh: Karena tidak berhasil menghubungi keluarganya, Dedi Mulyadi memutuskan untuk mengambil tindakan cepat. Ia memutuskan untuk terbang langsung ke Aceh demi memastikan kondisi dan keselamatan mereka.
Penyaluran Bantuan Sambil Mencari Keluarga: Sejak tanggal 4 Desember 2025, Dedi Mulyadi berada di Sumatera. Selain memberikan bantuan langsung kepada para korban banjir dan tanah longsor, prioritas utamanya adalah menemukan keluarganya yang hilang kontak.
Teh Dedeh diketahui telah lama menetap di Aceh. Suaminya adalah putra daerah yang juga merupakan mantan prajurit dan anggota DPRD Aceh. Fakta ini menambah kekhawatiran Dedi, mengingat potensi dampak bencana yang lebih besar pada keluarga yang tinggal di daerah tersebut.
Pertemuan Dedi Mulyadi dengan Teh Dedeh terjadi pada hari Sabtu, 6 Desember 2025, setelah dua hari ia meninjau lokasi bencana dan menyalurkan bantuan. Momen tersebut dipenuhi dengan air mata dan kelegaan. Teh Dedeh, dengan histeris, memeluk Dedi erat sambil mengucapkan rasa syukur.
Berikut adalah transkrip singkat percakapan mengharukan tersebut:
Ekspresi Syukur Teh Dedeh: “Nuhun Aa, ya Allah, hatur nuhun Aa,” ucap Teh Dedeh sambil terisak.
Pertanyaan Dedi Mulyadi: “Sae teh?” (Apakah baik-baik saja?)
Jawaban Teh Dedeh: “Sae, alhamdulillah,” (Baik, alhamdulillah).
Dedi Mulyadi mengungkapkan bahwa keputusannya untuk terbang ke Aceh juga didorong oleh permintaan dari anggota keluarga lainnya. Salah satu kakaknya bahkan menangis dan mendesaknya untuk segera bertindak. “Kakak saya sudah nangis-nangis bilang, ‘kamu teh gubernur, masa enggak bisa nolong saudara yang enggak bisa dihubungi?'” ujar Dedi menirukan ucapan kakaknya.
Selain fokus pada pencarian keluarganya, Dedi Mulyadi juga menunjukkan komitmennya untuk membantu para korban bencana di Sumatera. Ia menyalurkan bantuan sebesar 7,5 miliar rupiah yang akan digunakan untuk membangun 50 unit rumah baru bagi para korban bencana di Tapanuli Utara.
Berikut adalah rincian penyaluran bantuan tersebut:
Komitmen Pembangunan Rumah Baru: Dedi Mulyadi berkomitmen untuk membangun 50 unit rumah baru bagi para korban bencana di Tapanuli Utara.
Anggaran Per Unit Rumah: Setiap unit rumah akan dibangun dengan biaya sekitar 150 juta rupiah.
Total Anggaran Bantuan: Total anggaran yang dialokasikan untuk pembangunan rumah baru ini mencapai 7,5 miliar rupiah.
Apresiasi dari Pemerintah Daerah: Bupati Tapanuli Utara, Jonius Hutabarat, mengonfirmasi bantuan tersebut dan menyampaikan apresiasi yang mendalam kepada Dedi Mulyadi atas perhatian dan bantuan besar yang diberikan kepada warganya pascabencana. Ia menjelaskan bahwa rumah-rumah yang mengalami kerusakan parah berada di Kecamatan Adiankoting dan Kecamatan Parmonangan.
Peristiwa ini menunjukkan betapa pentingnya solidaritas dan kepedulian terhadap sesama, terutama saat menghadapi musibah. Dedi Mulyadi telah memberikan contoh nyata tentang bagaimana seorang pemimpin dapat berperan aktif dalam membantu masyarakat yang membutuhkan, sambil tetap mengutamakan keselamatan dan kesejahteraan keluarganya. Bantuan yang diberikan diharapkan dapat meringankan beban para korban bencana dan membantu mereka untuk membangun kembali kehidupan mereka.

















