Gelaran ‘Kolaborasi Bunyi Akhir Pekan’ Meriahkan Car Free Day di Depan Museum Provinsi Kalbar
Sebuah inisiatif menarik bertajuk ‘Kolaborasi Bunyi Akhir Pekan’ sukses digelar, memberikan panggung bagi para seniman musik untuk berbagi karya mereka di ruang publik. Acara ini secara khusus memanfaatkan momen Car Free Day (CFD) sebagai wadah ekspresi yang dinamis dan interaktif. Kegiatan yang difasilitasi oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XII Kalimantan Barat ini berhasil menarik perhatian warga yang memadati kawasan depan Museum Provinsi Kalimantan Barat pada Minggu, 14 Desember 2025.
Acara dimulai sejak pagi hari, tepatnya pukul 07.00 WIB, dan langsung menghidupkan suasana dengan serangkaian penampilan memukau. ‘Kolaborasi Bunyi Akhir Pekan’ menampilkan beragam musisi dan grup musik yang mewakili spektrum seni pertunjukan yang luas. Kehadiran mereka memastikan bahwa setiap penonton dapat menemukan sesuatu yang sesuai dengan selera mereka, mulai dari nuansa tradisional hingga sentuhan modern.
Para penampil yang turut memeriahkan acara ini antara lain UKM Sarang Semut, yang dikenal dengan kreativitasnya yang segar; Tanjidor Sumber Rezeki, yang membawa semangat tradisi dengan instrumen tanjidor yang khas; Bee Band, yang siap menghibur dengan repertoar yang energik; Manjakani, yang menawarkan nuansa musik yang unik; Thias DMD Panggung Rezeki, yang tampil dengan karisma panggung yang kuat; Tobah Bujur Grup, yang membawa kekayaan budaya lokal; serta Novi Lida, yang siap memukau penonton dengan vokalnya.
Melalui gelaran ini, para musisi tidak hanya menyajikan karya mereka, tetapi juga bergerak dalam ruang kreatif yang inklusif. Mereka berinteraksi, baik dalam ranah musik tradisi maupun kontemporer, menciptakan sebuah jalinan interaksi musikal yang harmonis. Tujuannya jelas: untuk mempererat kebersamaan dan menciptakan pengalaman budaya yang berkesan bagi seluruh elemen masyarakat yang hadir di ruang publik.
Ruang Ekspresi Musikal yang Inklusif
‘Kolaborasi Bunyi Akhir Pekan’ dirancang bukan sekadar sebagai ajang pertunjukan biasa. Lebih dari itu, acara ini menjadi representasi dari upaya pelestarian dan pengembangan kebudayaan melalui media musik. Dengan memilih area publik yang ramai seperti CFD, panitia berupaya mendekatkan seni pertunjukan kepada masyarakat luas, menghilangkan sekat-sekat formalitas yang seringkali membatasi apresiasi seni.
Keberagaman penampil menjadi salah satu daya tarik utama. UKM Sarang Semut, misalnya, kerap kali menampilkan karya-karya orisinal yang mencerminkan semangat kaum muda dan aspirasi mereka. Sementara itu, Tanjidor Sumber Rezeki hadir sebagai pengingat akan warisan musik tradisional yang kaya, membangkitkan nostalgia sekaligus memperkenalkan keindahannya kepada generasi yang lebih muda.
Bee Band dan Manjakani kemungkinan besar membawakan genre musik yang lebih populer, menarik perhatian audiens yang lebih luas dengan melodi-melodi yang akrab di telinga. Thias DMD Panggung Rezeki dan Novi Lida, dengan latar belakang mereka yang mungkin lebih berorientasi pada pertunjukan panggung, diprediksi akan menyajikan penampilan yang dinamis dan penuh energi, mampu memukau penonton dengan kualitas vokal dan musikalitas mereka.
Tobah Bujur Grup, sebagai grup yang namanya menyiratkan akar budaya lokal, berpotensi besar untuk menampilkan kekayaan musik etnis Kalimantan Barat. Hal ini sangat penting dalam upaya pelestarian budaya, karena seni pertunjukan seringkali menjadi medium yang efektif untuk menyampaikan cerita, nilai-nilai, dan identitas suatu daerah.
Membangun Interaksi dan Kebersamaan
Konsep ‘Kolaborasi Bunyi Akhir Pekan’ menekankan pada aspek kolaborasi dan interaksi. Para musisi didorong untuk tidak hanya tampil secara individual, tetapi juga mencari celah untuk berkolaborasi, baik dalam satu panggung maupun dalam sesi improvisasi spontan. Hal ini menciptakan dinamika yang menarik, di mana perbedaan genre dan gaya musik dapat bersatu dalam sebuah harmoni yang tak terduga.
Lebih jauh lagi, acara ini bertujuan untuk membangun kebersamaan. Di tengah hiruk pikuk CFD, alunan musik yang dihadirkan menjadi semacam oase yang menyatukan berbagai kalangan. Mulai dari keluarga yang sedang berolahraga, para pedagang kaki lima, hingga para penikmat seni, semuanya dapat menikmati suguhan musik ini tanpa dipungut biaya. Interaksi musikal yang inklusif ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dan apresiasi terhadap seni di kalangan masyarakat.
Penggunaan ruang publik sebagai panggung juga memberikan kesempatan bagi para seniman untuk mendapatkan apresiasi langsung dari audiens yang lebih luas. Ini adalah platform yang berharga bagi mereka untuk menguji karya-karya baru, mendapatkan umpan balik, dan membangun koneksi dengan penggemar potensial. Keberhasilan acara seperti ‘Kolaborasi Bunyi Akhir Pekan’ menjadi indikator pentingnya dukungan berkelanjutan terhadap ekosistem seni pertunjukan lokal.
Acara semacam ini tidak hanya memperkaya kehidupan budaya kota, tetapi juga berkontribusi pada citra positif pariwisata dan daya tarik kota bagi pengunjung. Dengan menampilkan keragaman bakat seni, Kalimantan Barat menegaskan posisinya sebagai salah satu pusat kebudayaan yang dinamis di Indonesia.
