
Bencana Hidrometeorologi Mengungsi 15.300 Warga Agam
Sebanyak 15.300 warga di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, terpaksa mengungsi setelah wilayah tersebut dilanda rangkaian bencana hidrometeorologi sejak 19 November 2025. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Agam menunjukkan bahwa pengungsi tersebar di tujuh kecamatan dengan kondisi yang masih membutuhkan bantuan.
Kepala Pelaksana BPBD Agam, Rahmat Lasmono, menjelaskan bahwa pengungsian massal ini menjadi dampak terbesar dari banjir bandang, banjir, tanah longsor, dan angin kencang yang melanda daerah tersebut. “Ini merupakan warga yang tersebar di tujuh kecamatan,” ujar Rahmat di Lubuk Basung, Rabu.
Sebaran Pengungsi di Tujuh Kecamatan
BPBD mencatat jumlah pengungsi terbesar berada di Kecamatan Tanjung Raya dengan 9.198 jiwa. Kemudian Kecamatan Malalak 2.419 jiwa, Palembayan 1.511 jiwa, Ampek Koto 778 jiwa, Tanjung Mutiara 901 jiwa, Ampek Nagari 400 jiwa, dan Palupuh 100 jiwa.
“Mereka mengungsi di posko, sekolah, tempat saudara, dan lokasi aman lainnya,” kata Rahmat.
Pemerintah Kabupaten Agam telah mendirikan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan konsumsi para pengungsi. Selain itu, distribusi bahan kebutuhan pokok disebut berjalan secara bertahap ke seluruh titik.
Dampak Bencana Hidrometeorologi
Bencana hidrometeorologi ini menimbulkan dampak besar. Sebanyak 139 orang dilaporkan meninggal dunia, 86 orang masih belum ditemukan, dan 41 warga dalam perawatan medis.
Selain korban jiwa, kerugian materi mencapai Rp517,06 miliar. Angka tersebut merupakan akumulasi dari kerusakan fasilitas publik, permukiman, sektor pertanian, perikanan, hingga infrastruktur.
Rincian Kerugian Rp517,06 Miliar
Rahmat menjelaskan bahwa kerusakan paling besar terjadi pada sektor permukiman dengan nilai kerugian mencapai Rp235,60 miliar. Tercatat 406 rumah rusak ringan, 188 rumah rusak sedang, dan 465 rumah rusak berat di 13 kecamatan.
Sektor pendidikan juga terdampak signifikan dengan kerusakan 22 unit TK/PAUD, 60 SD, 14 SMP, lima MTs, dan satu MA. Total kerugian dari sektor ini mencapai Rp10,50 miliar.
Di sektor pertanian, lahan terdampak mencapai 1.029,63 hektare, termasuk kerusakan irigasi dan hilangnya 2.231 ekor ternak—dengan total kerugian Rp40,02 miliar.
Kerusakan jalan, jembatan, dan fasilitas infrastruktur lainnya mencapai Rp221,70 miliar. Sementara kerugian sektor perikanan, termasuk kematian bibit dan induk ikan, tercatat sebesar Rp9,22 miliar.
“Ini merupakan data perkiraan yang kita peroleh dari organisasi perangkat daerah. Kerugian ini akibat curah hujan yang sangat tinggi,” ujarnya.
Penanganan Darurat dan Pemulihan Awal
BPBD Agam memastikan penanganan darurat dan pemulihan awal terus berlangsung. Pendataan lanjutan dilakukan untuk memastikan bantuan tepat sasaran dan penanganan korban dapat dituntaskan.

















