Makaw Sayap Hijau: Keindahan, Kekuatan, dan Kehidupan Sosial yang Menakjubkan
Keluarga burung bayan sejati, atau yang dikenal sebagai psittacidae, selalu berhasil memukau mata dengan kombinasi warna bulu mereka yang memanjakan. Dari sekitar 330 spesies yang ada, sebagian besar menampilkan gradasi warna yang cerah, pola yang unik, dan ukuran yang relatif besar. Di antara kekayaan spesies ini, makaw sayap hijau ( Ara chloropterus ) menonjol sebagai perwakilan yang sempurna dari deskripsi tersebut.
Burung yang mempesona ini sering kali disalahartikan sebagai makaw kirmizi atau scarlet macaw (Ara macao) karena kemiripan kombinasi warna bulu mereka. Keduanya didominasi oleh warna merah cerah yang dipadukan dengan biru pada bagian sayap dan ekor. Namun, makaw sayap hijau memiliki ciri khas berupa sedikit semburat hijau yang terselip di antara warna merah dan biru pada sayapnya. Lebih dari sekadar perbedaan warna, burung ini juga dikenal memiliki ukuran yang masif di antara anggota keluarga burung bayan lainnya.
Bayangkanlah ukuran seekor makaw sayap hijau dewasa: mampu mencapai panjang tubuh antara 66 hingga 99 cm, dengan bentang sayap yang mengesankan antara 104 hingga 125 cm, dan berat badan yang bisa mencapai 1 hingga 1,7 kg. Kekaguman terhadap burung ini semakin bertambah ketika kita mengetahui fakta-fakta menarik di baliknya, terutama mengenai kekuatan paruh mereka yang luar biasa.
Peta Persebaran, Habitat, dan Pola Makan Makaw Sayap Hijau
Sebagai bagian dari kelompok burung Dunia Baru, makaw sayap hijau memiliki persebaran yang terpusat di Benua Amerika. Wilayah jelajah mereka mencakup sebagian besar Amerika Selatan, termasuk negara-negara seperti Kolombia, Ekuador, Venezuela, Guyana, Suriname, Peru, Brasil, Bolivia, Paraguay, dan Argentina. Luas area yang menjadi rumah bagi spesies ini diperkirakan mencapai 10,5 juta kilometer persegi.
Menariknya, makaw sayap hijau menunjukkan preferensi terhadap dua jenis habitat utama: hutan hujan tropis yang lebat dan sabana yang lebih terbuka. Keberadaan vegetasi pohon yang rimbun sangat penting bagi mereka, karena menyediakan tempat berlindung, area istirahat yang aman, dan lokasi strategis untuk bersarang. Namun, populasi yang mendiami sabana atau padang rumput telah menunjukkan kemampuan adaptasi yang luar biasa, mampu bertahan di lingkungan dengan pohon tinggi yang lebih jarang. Ketinggian habitat mereka pun bervariasi, mulai dari sekitar 190 hingga 1.500 meter di atas permukaan laut.
Dalam hal pola makan, makaw sayap hijau dapat dikategorikan sebagai herbivor, atau lebih spesifik lagi, granivor. Makanan utama mereka terdiri dari berbagai jenis biji-bijian yang berasal dari tumbuhan hutan. Kadang-kadang, mereka juga melengkapi diet mereka dengan buah-buahan, bunga, dedaunan, dan bahkan kulit kayu. Sebagai hewan diurnal, aktivitas mencari makan mereka paling intensif terjadi selama jam-jam terang di siang hari.
Paruh Super: Senjata Ampuh Makaw Sayap Hijau
Beberapa jenis makanan yang dikonsumsi oleh makaw sayap hijau memiliki cangkang luar yang sangat keras, seperti kacang brazil. Untuk dapat menikmati makanan ini, mereka mengandalkan kekuatan paruh mereka yang luar biasa. Kekuatan gigitan paruh makaw sayap hijau termasuk yang paling kuat di antara seluruh kerajaan hewan.
Paruh mereka yang besar dan melengkung mampu menghasilkan kekuatan gigitan maksimal hingga 2.000 psi (pound per square inch) saat berusaha membuka kacang dengan kulit yang keras. Sebagai perbandingan, kekuatan gigitan singa dewasa berkisar antara 600-1.000 psi, harimau dewasa 1.000-1.500 psi, jaguar dewasa sekitar 1.500 psi, dan bahkan kuda nil mencapai sekitar 1.800 psi. Saking kuatnya, dilaporkan bahwa makaw sayap hijau mampu mematahkan sapu kayu menjadi dua bagian dengan mudah.
Namun, penting untuk dicatat bahwa mereka tidak selalu menggunakan kekuatan gigitan maksimal. Rata-rata kacang atau biji-bijian keras dapat dihancurkan dengan kekuatan gigitan standar mereka, yang berkisar antara 500-700 psi. Meskipun demikian, angka gigitan “biasa” ini saja sudah sangat mengesankan.

Kehidupan Sosial yang Erat
Makaw sayap hijau adalah makhluk sosial yang hidup dalam kelompok kecil, biasanya terdiri dari 6 hingga 12 individu. Ikatan antar anggota kelompok sangat kuat; mereka kerap terlihat bertengger di pohon yang sama, berkomunikasi satu sama lain, bahkan berbagi makanan. Burung ini juga cenderung sangat toleran terhadap kehadiran spesies burung bayan lain, dan tidak jarang mereka membentuk kelompok yang lebih besar.

Interaksi sosial mereka memiliki keunikan tersendiri. Makaw sayap hijau secara rutin berkumpul di sekitar deposit tanah liat, baik pada pagi maupun sore hari. Di sana, mereka menjilati tanah, merawat bulu satu sama lain, bermain, dan berkomunikasi. Suara khas mereka meliputi seruan “rowaark” atau “raw-awk” yang keras dan seperti menyalak saat terbang. Selain itu, mereka juga mengeluarkan teriakan nyaring sebagai peringatan kepada anggota kelompok lainnya jika terdeteksi adanya bahaya.
Sistem Reproduksi yang Setia
Dalam hal reproduksi, makaw sayap hijau adalah hewan monogami, yang berarti mereka setia pada satu pasangan sepanjang hidup mereka. Musim kawin biasanya berlangsung antara bulan Oktober hingga Mei, diawali dengan ritual perkawinan yang menarik. Sang jantan akan merapikan bulu betina, menempelkan bulu pada tubuh betina, dan saling memuntahkan makanan sebagai tanda kasih sayang. Setelah proses ini selesai, mereka akan segera mencari lokasi yang sesuai untuk membangun sarang.
Seekor betina umumnya akan menghasilkan 2 hingga 3 butir telur. Tugas mengerami telur sepenuhnya menjadi tanggung jawab betina, sementara sang jantan bertugas mencari makan untuk dirinya sendiri dan pasangannya. Masa inkubasi telur berlangsung selama 23 hingga 28 hari. Setelah menetas, anak-anak makaw sayap hijau sangat bergantung pada kedua induknya. Mereka baru mulai belajar terbang dan mandiri sekitar usia 90 hari.
Meskipun mulai mandiri, anak-anak burung ini biasanya tetap bersama induknya hingga mereka dewasa, atau menemukan pasangan hidup mereka sendiri, yang umumnya terjadi pada usia 2 hingga 4 tahun. Di alam liar, rata-rata usia makaw sayap hijau adalah sekitar 9 tahun. Namun, dalam penangkaran, di mana mereka dirawat dengan baik, usia mereka bisa mencapai 14 tahun, bahkan ada individu yang tercatat mampu hidup hingga 50-63 tahun.

Status Konservasi dan Ancaman
Berdasarkan data dari IUCN Red List, makaw sayap hijau saat ini dikategorikan sebagai spesies dengan kekhawatiran rendah (Least Concern). Meskipun demikian, populasi mereka secara keseluruhan menunjukkan tren penurunan, dengan perkiraan jumlah individu yang tersisa berkisar antara 50.000 hingga 500.000 ekor. Kondisi ini juga dialami oleh mayoritas spesies burung bayan lainnya di seluruh dunia, dan penyebab utamanya sering kali berkaitan dengan aktivitas manusia.
Hilangnya habitat alami secara terus-menerus akibat alih fungsi lahan yang merusak hutan dan sabana menjadi ancaman serius. Selain itu, eksploitasi besar-besaran karena burung ini dianggap sebagai hewan peliharaan eksotis bernilai tinggi telah memicu perburuan liar di sepanjang wilayah persebaran mereka. Jika tren negatif ini terus berlanjut, ada kekhawatiran besar bahwa status konservasi makaw sayap hijau akan terus menurun di masa depan.

Sebagai fakta menarik tambahan, makaw sayap hijau yang dipelihara oleh manusia atau berada dalam penangkaran dilaporkan mampu menirukan suara manusia atau suara lingkungan sekitar, mirip dengan kemampuan beo atau gagak. Namun, uniknya, kemampuan ini tidak ditemukan pada individu yang hidup di alam liar.
















