Harley Fatahillah, seorang remaja berusia 13 tahun, telah menunjukkan dedikasi luar biasa terhadap pelestarian lingkungan pesisir Surabaya melalui penanaman ribuan pohon mangrove. Inisiatifnya ini menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk turut menjaga kelestarian alam sejak usia dini.
Awal Mula Gerakan Peduli Lingkungan
Perhatian Harley terhadap kerusakan alam pesisir Indonesia, yang sering ia lihat diberitakan, memicu keinginannya untuk berbuat sesuatu. Ia memikirkan cara paling efektif yang bisa ia lakukan, dan jawabannya adalah menanam mangrove. Keputusannya ini didasari oleh pemahaman mendalamnya mengenai manfaat ekosistem mangrove.
Menurut Harley, hutan mangrove memiliki peran krusial dalam melindungi wilayah pesisir. Kemampuannya meredam gelombang besar, menahan abrasi, serta mengurangi risiko banjir menjadikannya benteng alami yang vital. Lebih jauh lagi, mangrove juga dapat berfungsi sebagai pelindung saat terjadi tsunami. “Saya ingin Surabaya tetap aman,” tegasnya, menunjukkan komitmennya yang kuat untuk melindungi kota kelahirannya. Ia menambahkan, “Mangrove bisa melindungi kita. Selama saya bisa menanam, saya akan terus menanam.”
Mangrove Warrior: Gerakan Konservasi yang Berkembang
Inisiatif Harley dimulai dari lingkungan sekolahnya, SMP Negeri 1 Surabaya. Ia tidak hanya fokus pada penanaman, tetapi juga mendalami aspek identifikasi jenis, pembibitan, hingga praktik konservasi mangrove. Berkat kegigihannya, Harley berhasil membudidayakan sekitar 18.200 bibit mangrove di bawah naungan gerakan yang ia namakan “Mangrove Warrior”.
Untuk mewujudkan visinya, Harley menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak. Ia bekerja sama dengan para petani tambak di Wonorejo dan mengajak teman-temannya di sekolah untuk terlibat. Selain itu, gerakan Mangrove Warrior juga berkolaborasi dengan Wahana Visi Indonesia, sebuah organisasi nasional yang memiliki fokus pada konservasi mangrove dan perlindungan anak. Kolaborasi ini telah memperluas jangkauan penanaman mangrove ke tiga lokasi strategis di pesisir Surabaya, yaitu Gunung Anyar, Wonorejo, dan Keputih.
Jenis-jenis mangrove yang dibudidayakan oleh Harley meliputi:
* Rhizophora mucronata
* Rhizophora stylosa
* Sonneratia caseolaris
* Bruguiera gymnorhiza
* Bruguiera cylindrica
* Ceriop
Harley memiliki target ambisius untuk menanam sebanyak 25 ribu pohon mangrove pada akhir Desember 2025, dan berencana menambah jumlahnya menjadi 40 ribu pada tahun 2026. Target ini merupakan bagian dari komitmennya untuk memperkuat ketahanan pesisir Surabaya terhadap ancaman banjir, abrasi, dan tsunami.
Dukungan Penuh dari Pemerintah dan Penjelasan Ilmiah
Upaya Harley Fatahillah mendapat apresiasi tinggi dari Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya, Dedik Irianto. Beliau menyatakan bahwa aksi yang dilakukan oleh remaja 13 tahun ini merupakan langkah mitigasi yang sangat berarti. “Saat isu lingkungan ini ramai dibicarakan, tapi hanya kerusakan alam dan bencananya saja yang terekspos. Masih ada warga yang peduli lingkungan dan aktif melakukan mitigasi,” ujar Dedik Irianto.
Dedik Irianto berencana untuk menggandeng para siswa dalam program sosialisasi penanaman mangrove guna mengantisipasi bencana alam. Ia berharap gerakan ini dapat dicontoh dan ditiru oleh siswa lain, tidak hanya semangatnya, tetapi juga inisiasi konkret yang merupakan implementasi nyata dari kepedulian terhadap bumi.
Memahami Peran Vital Mangrove dalam Ekosistem Pesisir
Hutan mangrove, sebagaimana dijelaskan oleh Oseanografi LIPI, adalah komunitas tumbuhan khas yang tumbuh di kawasan pesisir tropis dan subtropis. Istilah “mangrove” sendiri berasal dari gabungan kata Portugis “mangue” dan Inggris “grove”, yang merujuk pada komunitas pepohonan atau tumbuhan lain yang tumbuh di area pesisir.
Keistimewaan mangrove terletak pada kemampuannya beradaptasi di lingkungan pesisir yang ekstrem. Lingkungan ini umumnya memiliki kadar garam tinggi, tanah jenuh air, tidak stabil, dan kondisi anaerob. Hanya tumbuhan spesifik yang mampu bertahan hidup di habitat yang sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut ini.
Indonesia memiliki kekayaan jenis tumbuhan mangrove yang luar biasa, tercatat ada 202 jenis yang tumbuh di hutan mangrove. Dari jumlah tersebut, 89 jenis merupakan pohon, 5 jenis palm, 19 jenis pemanjat, 44 jenis terna, 44 jenis epifit, dan 1 jenis paku-pakuan. Dari keseluruhan jenis tersebut, hanya 43 jenis yang termasuk mangrove sejati, sementara sisanya tumbuh berasosiasi dengan jenis lain.
Ciri-ciri umum tanaman mangrove antara lain hidup berkelompok, memiliki sistem perakaran yang besar dan kuat, serta menghasilkan buah. Kabar baiknya, mangrove dapat dibudidayakan untuk memperluas area tutupan hijaunya.
Secara ekologis, ekosistem mangrove merupakan zona transisi antara darat dan laut. Ia menjadi habitat penting bagi berbagai jenis ikan, udang, dan moluska. Mangrove menyediakan tempat berlindung, bertelur, tumbuh kembang, dan mencari makan bagi berbagai biota laut kecil.
Selain fungsi ekologisnya, mangrove juga berperan sebagai pelindung alami kawasan pesisir dari terjangan angin kencang dan ombak laut. Ia juga efektif menahan lumpur yang berasal dari daratan, terutama saat terjadi banjir. Keberadaan mangrove membantu menjernihkan air di sekitarnya dibandingkan pantai tanpa pohon bakau. Lumpur yang terbawa banjir dapat berbahaya bagi biota laut dan terumbu karang, namun mangrove mampu mengendapkannya sehingga tidak mencemari lautan.
Tidak hanya itu, mangrove juga memiliki nilai ekonomis yang signifikan. Kawasan mangrove yang indah dan sejuk dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata. Selain itu, hutan bakau sering dimanfaatkan oleh nelayan sebagai tempat menambatkan perahu, dan kayunya dapat digunakan sebagai bahan bakar, yang semuanya berkontribusi pada peningkatan ekonomi masyarakat sekitar.
Kisah Harley Fatahillah dan teman-temannya menegaskan betapa pentingnya peran mangrove dalam menjaga kelestarian laut dan pesisir. Kepedulian mereka, meskipun di usia muda, menjadi teladan berharga bagi kita semua untuk turut serta melindungi ekosistem pesisir dan lingkungan di sekitar kita.
