Refleksi Mendalam Atalia Praratya: Menghadapi Kehilangan Ganda dengan Keikhlasan
Di tengah sorotan publik yang tak henti-hentinya tertuju pada kehidupan pribadinya, Atalia Praratya kembali memilih untuk berbagi sebuah refleksi mendalam mengenai makna kehilangan. Keputusan ini muncul bertepatan dengan proses hukum gugatan cerai yang ia ajukan terhadap suaminya, Ridwan Kamil, mantan Gubernur Jawa Barat. Sidang perdana yang telah digelar di Pengadilan Agama Bandung pada Rabu (17/12/2025) menandai babak baru dalam perjalanan rumah tangga mereka, namun Atalia memilih untuk mengalihkan fokusnya pada pelajaran hidup yang tak ternilai harganya.
Melalui sebuah unggahan menyentuh di akun Instagram pribadinya pada Kamis (18/12/2025), Atalia Praratya membuka kembali luka lama sekaligus luka yang baru saja ia rasakan. Ia menceritakan dua peristiwa paling menghancurkan yang pernah menghampirinya, dua kehilangan yang meninggalkan jejak mendalam dalam hatinya.
Kehilangan yang Menggores Jiwa
Peristiwa pertama yang ia kenang adalah kepergian putra tercintanya, Emmeril Kahn Mumtadz, atau yang akrab disapa Eril. Tragedi tenggelamnya Eril di Sungai Aare, Swiss, pada 8 Juni 2022, menjadi pukulan telak yang dampaknya masih terasa hingga kini. Kehilangan seorang anak adalah duka yang tak terperikan, sebuah kekosongan yang sulit terisi.
Baru saja luka itu mulai sedikit terobati, Atalia kembali dihadapkan pada kenyataan pahit lainnya. Ia harus merelakan kepergian kakak laki-laki tertuanya. Pengalaman kehilangan orang terkasih secara berulang ini, seperti yang ia ungkapkan, “Saya pernah kehilangan anak laki-laki saya, dan kini saya kehilangan kakak laki-laki tertua saya.”
Transformasi Melalui Duka
Mengalami dua kehilangan besar dalam rentang waktu yang relatif berdekatan telah membawa Atalia pada sebuah pemahaman baru yang mendalam tentang kehidupan. Duka yang mendalam justru memunculkan kekuatan dan ketenangan batin. Ia menyadari bahwa ketakutan terhadap kehilangan tidak lagi relevan dalam kamusnya. “Maka, saya tidak boleh takut lagi dengan kata kehilangan,” tulisnya dengan nada pasrah namun penuh kekuatan.
Pesan ini bukan sekadar ungkapan emosional, melainkan sebuah manifestasi dari proses penerimaan diri dan keikhlasan yang luar biasa. Ia telah melewati badai terburuk dan menemukan pijakan baru yang lebih kokoh.
Doa dan Harapan untuk Sang Kakak
Selain berbagi perenungan pribadinya, Atalia juga tidak lupa untuk mendoakan almarhum kakak laki-lakinya. Dengan penuh keikhlasan, ia menyampaikan harapan agar segala amal ibadah sang kakak diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa.

“Selamat jalan, Aa. Semoga Allah SWT menerima seluruh amal ibadahmu, mengampuni segala khilafmu, dan menempatkanmu di sisi terbaik-Nya,” tulisnya, menunjukkan kedalaman kasih sayang dan doa tulus yang ia panjatkan.
Apresiasi untuk Dukungan yang Mengalir
Atalia Praratya juga tak lupa menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan, perhatian, doa, serta bantuan kepada keluarganya di masa-masa sulit ini. Ia sangat mengapresiasi setiap bentuk kepedulian yang mengalir, melihatnya sebagai sumber kekuatan tambahan.
“Terima kasih banyak untuk semua yang telah mengurus, mengantar, melayat dan mendoakan. Semoga menjadi salah satu penyebab turunnya rahmat Allah bagi kita semua,” ucapnya, menggarisbawahi nilai kebersamaan dan solidaritas dalam menghadapi cobaan.
Respons Publik dan Kaitannya dengan Perceraian
Unggahan Atalia yang berbicara tentang kehilangan dan keikhlasan ini sontak memicu beragam reaksi dari warganet. Banyak yang terinspirasi oleh kekuatan dan ketenangannya dalam menghadapi cobaan. Namun, tak sedikit pula yang mencoba mengaitkan pesan tersebut dengan isu perceraian yang tengah melibatkannya.
Beberapa komentar warganet secara gamblang menghubungkan ketakutan Atalia yang hilang dengan keputusannya menggugat cerai Ridwan Kamil. Ada yang berujar, “Betul, Bu Cinta sudah tidak takut lagi kehilangan…Ridwan Kami.” Sementara yang lain menambahkan, “Ridwan, bidadarimu sudah tidak takut kehilangan, sekarang beliau cuma mengejar surga aja biar bisa berkumpul dengan anak-anaknya.”
Terlepas dari berbagai interpretasi yang muncul, pesan utama Atalia Praratya adalah tentang bagaimana menemukan kekuatan dan kedamaian di tengah kehilangan. Refleksinya menjadi pengingat bagi banyak orang bahwa di balik setiap cobaan, ada pelajaran berharga yang dapat membentuk diri menjadi pribadi yang lebih kuat dan berlapang dada.

















