Tiga Peristiwa Viral Guncang Sulawesi Utara: Dari Kecelakaan Maut hingga Keajaiban Nelayan
Sulawesi Utara (Sulut) kembali menjadi sorotan publik pada Rabu, 16 Desember 2025, dengan maraknya perbincangan mengenai sejumlah peristiwa yang menghebohkan. Tiga kejadian utama yang menyita perhatian antara lain kecelakaan lalu lintas tragis di Jalan Manado-Tomohon, kisah penyelamatan dramatis seorang nelayan yang hanyut hingga Papua, serta terungkapnya fakta baru dalam kasus pembunuhan seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemerintah Kota Manado.
Kecelakaan Maut di Jalan Manado-Tomohon: Satu Korban Jiwa
Sebuah insiden kecelakaan lalu lintas tunggal yang merenggut nyawa terjadi di Jalan Raya Manado-Tomohon, tepatnya di Kelurahan Tinoor, Kota Tomohon, Sulawesi Utara, pada Senin sore, 15 Desember 2025. Peristiwa nahas ini melibatkan sebuah mobil Toyota Rush dengan nomor polisi DB 1745 BP yang oleng dan menabrak pohon di sisi kiri jalan.
Akibat benturan keras tersebut, salah seorang penumpang mobil dinyatakan meninggal dunia, sementara pengemudi mengalami luka ringan. Kepala Satuan Lalu Lintas (Kasatlantas) Polresta Tomohon, Iptu Engelina Yusuf, telah mengonfirmasi kejadian ini.
“Benar, kejadiannya pada Senin sore,” ujar Iptu Engelina saat dikonfirmasi kembali pada Selasa, 16 Desember 2025.
Korban yang meninggal dunia diketahui bernama Syane Lalogiroth. Ia merupakan seorang tokoh penting di jemaat, menjabat sebagai Penatua Pelayanan Khusus (Pelsus) GMIM Lembah Kasih Tataaran II, Tondano, Kabupaten Minahasa. Sementara itu, pengemudi mobil yang bernama Romel Sumanti, berhasil selamat meskipun mengalami luka ringan. Syane Lalogiroth dinyatakan meninggal dunia dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Bhayangkara Manado.
45 Hari Hilang di Laut, Doa Keluarga Carles Rompas Berbuah Mukjizat
Kisah luar biasa datang dari keluarga Carles Rompas, seorang nelayan sederhana asal Kampung Kauhise, Kecamatan Manganitu, Kabupaten Kepulauan Sangihe. Setelah menghilang selama 45 hari di lautan lepas, Carles Rompas, yang akrab disapa Om Saling, akhirnya ditemukan dalam keadaan selamat.
Kepergian Om Saling terjadi pada 7 November 2025, saat ia sedang menjaga rakit asal Manado di perairan Tuminting. Cuaca buruk yang disertai badai tiba-tiba datang, menyebabkan Om Saling terpisah dari rakitnya dan hanyut ke laut lepas tanpa kendali. Sejak saat itu, keberadaannya menjadi misteri, ditelan oleh keganasan ombak Samudra Pasifik Selatan.
Hari demi hari berlalu tanpa kabar, menyisakan kecemasan mendalam bagi keluarga. Upaya pencarian yang dilakukan tak membuahkan hasil. Di tengah keterbatasan ekonomi, keluarga hanya bisa bersandar pada kekuatan doa dan keyakinan yang tak pernah padam. Berbagai kabar simpang siur sempat beredar, bahkan ada yang menyebutkan Om Saling telah meninggal dunia. Namun, bagi istri dan anak-anaknya, ikatan batin yang kuat membuat mereka yakin bahwa sang ayah masih hidup.
Dan benar saja, doa mereka terjawab. Selama 1 bulan, 2 minggu, dan 1 hari, Om Saling berhasil bertahan hidup di tengah ganasnya lautan, terombang-ambing hingga diperkirakan sejauh 100 mil dari daratan Jayapura. Ia bertahan hidup tanpa bekal makanan, sebuah bukti ketahanan fisik dan mental yang luar biasa. Keberhasilannya dalam bertahan hidup ini diyakini sebagai buah dari doa-doa tak henti yang dipanjatkan oleh keluarganya, sebuah mukjizat yang mengharukan. Alexsander Rompas, salah satu anggota keluarga, mengungkapkan rasa syukurnya yang mendalam, mengutip firman, “Mintalah maka kamu akan diberikan.”
Fakta Baru Kasus Pembunuhan ASN Pemkot Manado: Perintah Korban Sebelum Tewas
Kasus pembunuhan terhadap Jimmy Mamahit (38), seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) di Pemerintah Kota Manado, Sulawesi Utara, kembali mengungkap tabir misteri. Setelah identitas pelaku dan motifnya terungkap, kini muncul fakta baru mengenai apa yang terjadi di rumah korban sebelum insiden tragis tersebut terjadi pada Sabtu, 13 Desember 2025, sekitar pukul 09.00 WITA.
Ternyata, sebelum nyawanya dihabisi oleh pelaku yang bernama Fahril (17), Jimmy Mamahit sempat meminta pelaku untuk melakukan sesuatu di rumahnya yang berlokasi di Perumahan Pandu Lestari, Lingkungan 3, Kecamatan Bunaken, Manado. Permintaan inilah yang kemudian menjadi awal mula timbulnya motif Fahril untuk melakukan pembunuhan.
Menurut keterangan Kasat Reskrim Polresta Manado, Kompol Muhammad Isral, SIK, MH, dalam konfirmasinya pada Senin, 15 Desember 2025, pelaku menggunakan sebuah alat tradisional yang dikenal sebagai “dodutu rica” atau penumbuk kayu cabai untuk memukul korban hingga tewas. Dodutu adalah tongkat kayu panjang yang secara tradisional digunakan oleh masyarakat Minahasa untuk menumbuk padi atau rempah-rempah dapur seperti cabai.
“Dari penyelidikan awal, pelaku menggunakan penumbuk cabai untuk memukul korban. Tim juga menemukan barang bukti di lokasi,” ujar Kompol Muhammad Isral. Selain pukulan menggunakan dodutu, pelaku juga sempat melakukan penikaman menggunakan pisau dapur. Namun, luka tusuk tersebut tidak terlalu dalam. Pihak kepolisian menduga kuat bahwa kematian korban disebabkan oleh pukulan berulang kali menggunakan penumbuk cabai.
Motif pembunuhan ini diduga kuat lantaran pelaku merasa sakit hati terhadap korban. Perkembangan lebih lanjut mengenai kasus ini terus ditelusuri oleh pihak kepolisian.

















