Kolaborasi Lintas Sektor: Kunci Pemulihan Bencana yang Efektif
Dalam menghadapi situasi pasca-bencana, semangat kebersamaan dan kolaborasi menjadi elemen krusial yang tidak dapat ditawar. Aktivis yang juga seorang YouTuber, Ferry Irwandi, secara tegas menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor dalam upaya pemulihan di wilayah terdampak seperti Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Menurutnya, ego sektoral atau perpecahan di antara pihak-pihak yang terlibat hanya akan menghambat proses penyelesaian masalah dan pemulihan bagi para korban.
“Kalau di lapangan, Om. Gue bisa ngomong kayak gini. Lapangan dan sosial media itu 180 derajat berbeda gitu. Di lapangan itu benar-benar lu ngelihat Indonesia itu bersatu gitu,” ujar Ferry dalam sebuah kesempatan, menggambarkan perbedaan kontras antara dinamika di dunia maya dan realitas di lapangan. Fenomena kegaduhan yang kerap muncul di media sosial, menurut Ferry, justru menjadi distraksi yang signifikan dalam memperlancar jalannya pemulihan pasca-bencana. Ia bahkan menantang pihak-pihak yang gemar menciptakan keresahan di ruang digital untuk turun langsung ke lokasi bencana, merasakan langsung denyut kehidupan para korban.
“Makanya itu cuma bilang ke pihak-pihak lain turunlah 5 hari di situ, nggak akan bisa ngomong apapun gitu. 5 hari ya. 5 hari saja. Sosial media dan lapangan itu beda,” imbuhnya, menekankan bahwa pengalaman langsung di lapangan akan memberikan perspektif yang berbeda dan lebih mendalam dibandingkan sekadar beropini di dunia maya.
Ferry mengungkapkan pengalamannya melihat langsung kondisi masyarakat di lokasi-lokasi yang terdampak bencana. Ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana warga yang tengah berjuang meringankan beban mereka justru menyambut baik setiap uluran bantuan yang datang.
“Dan semuanya itu welcome, Om. Semuanya itu benar-benar welcome,” jelasnya, menggambarkan rasa syukur dan keterbukaan para korban terhadap segala bentuk dukungan.
Di sisi lain, Ferry menyadari bahwa kemajuan teknologi dan masifnya penggunaan media sosial telah membuat penanganan bencana menjadi semakin kompleks. Munculnya berbagai informasi, baik yang akurat maupun yang menyesatkan, menuntut kedewasaan dari masyarakat dalam menyaring dan mencerna setiap berita yang mereka terima.
“Gue ngebayangin, orang-orang harus tahu ini gak bisa dilakukan secara instan. Relawan-relawan pun udah pada tumbang,” ucapnya, menggambarkan betapa beratnya tugas pemulihan dan betapa pentingnya kesabaran serta pemahaman dari publik.
Oleh karena itu, Ferry menyerukan agar semua pihak dapat bersatu padu dan memfokuskan energi pada upaya membantu penanganan bencana. Ia juga secara tegas meminta agar tidak ada lagi konflik kepentingan yang dipelihara di media sosial, yang justru dapat memecah belah dan mengalihkan perhatian dari tujuan utama.
“Makanya, tidak ada gunanya sekarang ribut atau memelihara konflik yang nggak penting itu antar sisi. Karena ini panjang lho waktunya,” tegasnya, mengingatkan bahwa proses pemulihan pasca-bencana membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan upaya kolektif yang berkelanjutan.
Tantangan dalam Pemulihan Bencana: Lebih dari Sekadar Bantuan Fisik
Upaya pemulihan pasca-bencana merupakan sebuah proses multidimensional yang jauh melampaui sekadar penyaluran bantuan logistik dan material. Berdasarkan pengamatan Ferry Irwandi, terdapat beberapa tantangan utama yang perlu diatasi agar pemulihan dapat berjalan efektif dan berkelanjutan.
Kompleksitas Informasi di Era Digital:
Keberadaan media sosial yang begitu masif menghadirkan tantangan tersendiri. Informasi dapat menyebar dengan sangat cepat, namun tidak semua informasi tersebut akurat. Hal ini dapat menimbulkan kebingungan, kepanikan, atau bahkan ketidakpercayaan di kalangan masyarakat. Diperlukan literasi digital yang kuat bagi masyarakat agar mampu memilah informasi yang benar dan bermanfaat.Dampak Psikologis dan Kelelahan Relawan:
Bencana seringkali meninggalkan luka psikologis yang mendalam bagi para korban. Selain itu, para relawan yang bekerja tanpa lelah di lapangan juga rentan mengalami kelelahan fisik dan mental. Ferry menekankan bahwa proses pemulihan membutuhkan waktu yang panjang dan kesabaran, serta dukungan yang berkelanjutan tidak hanya bagi korban tetapi juga bagi para pejuang kemanusiaan di garis depan.Pentingnya Perspektif Lapangan:
Perbedaan pandangan antara dunia maya dan realitas di lapangan seringkali sangat mencolok. Opini yang berkembang di media sosial belum tentu mencerminkan kondisi sebenarnya di lokasi terdampak. Pengalaman langsung di lapangan, seperti yang diungkapkan Ferry, menunjukkan adanya semangat persatuan dan kepedulian yang tinggi di antara masyarakat yang menjadi korban. Hal ini menggarisbawahi pentingnya mendengar suara dan melihat kondisi langsung dari mereka yang paling terdampak.
Seruan untuk Persatuan dan Fokus
Dalam situasi krisis, persatuan adalah kekuatan. Ferry Irwandi menyerukan agar semua pihak, baik pemerintah, organisasi non-pemerintah, sektor swasta, maupun individu, dapat menyampingkan perbedaan dan fokus pada tujuan bersama: memulihkan kehidupan masyarakat yang terdampak bencana.
Menghindari Perpecahan dan Konflik:
Perdebatan yang tidak konstruktif atau pemeliharaan konflik di media sosial hanya akan membuang-buang energi dan waktu yang berharga. Sumber daya yang seharusnya digunakan untuk membantu korban justru teralihkan untuk menyelesaikan perselisihan yang tidak perlu.Fokus pada Kebutuhan Jangka Panjang:
Pemulihan bencana bukanlah agenda jangka pendek. Banyak aspek yang perlu ditangani, mulai dari pemenuhan kebutuhan dasar, rekonstruksi infrastruktur, pemulihan ekonomi, hingga dukungan psikososial. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang matang dan komitmen jangka panjang dari semua pihak.Membangun Kepercayaan Melalui Tindakan Nyata:
Daripada terjebak dalam retorika, tindakan nyata adalah cara terbaik untuk menunjukkan kepedulian dan membangun kepercayaan. Membantu secara langsung, memberikan dukungan moral, atau berkontribusi pada program-program pemulihan adalah kontribusi yang paling berarti.
Dengan semangat kolaborasi, kedewasaan dalam mencerna informasi, dan fokus pada tujuan bersama, upaya pemulihan pasca-bencana diharapkan dapat berjalan lebih optimal, membawa harapan baru bagi para korban, dan memperkuat kembali jalinan persaudaraan bangsa.
