Kepergian Romo Mudji Sutrisno: Intelektual, Budayawan, dan Pelayan Umat
Indonesia berduka atas berpulangnya salah satu tokoh intelektual dan budayawan terkemuka, Romo Franciscus Xaverius Mudji Sutrisno, SJ. Rohaniwan Katolik yang juga dikenal sebagai Imam Serikat Yesus ini menghembuskan napas terakhirnya pada Minggu, 28 Desember 2025, pukul 20.43 WIB di Rumah Sakit St. Carolus, Jakarta. Beliau wafat di usia 71 tahun setelah menjalani perawatan intensif akibat sakit yang dideritanya.
Kabar duka ini disampaikan secara resmi oleh Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignasius Suharyo, yang menyatakan, “Telah meninggal dunia saudara kita, P Franciscus Xaverius Mudji Sutrisno, SJ (71 tahun) pada hari Minggu, 28 Desember 2025, pukul 20.43 di RS Carolus, Jakarta.” Informasi tersebut juga menegaskan bahwa Romo Mudji Sutrisno meninggal dunia “Karena sakit”.
Perjalanan Spiritual dan Intelektual yang Mendalam
Romo Mudji Sutrisno dikenal luas sebagai seorang ahli filsafat yang pemikirannya banyak menyentuh ranah sosio-kultural. Sepanjang hidupnya, ia berhasil memadukan panggilan religiusnya sebagai imam dengan keterlibatan aktif dalam pergulatan sosial dan kemanusiaan. Pilihan hidup imamatnya tidak pernah membuatnya terpisah dari realitas kehidupan masyarakat, melainkan justru menempatkannya semakin dekat dengan denyut nadi kehidupan sehari-hari.
Karya-karya tulisannya mencakup berbagai topik, mulai dari refleksi mendalam tentang iman hingga kepekaan terhadap isu-isu penderitaan dan ketidakadilan yang terjadi di masyarakat. Pemikirannya dapat dijumpai dalam berbagai bentuk, mulai dari esai-esai yang menggugah hingga puisi-puisi yang menyentuh hati.
Seni sebagai Bahasa Jiwa dan Refleksi
Selain sebagai seorang intelektual dan rohaniwan, Romo Mudji Sutrisno juga merupakan seorang seniman visual yang ulung. Ia menggunakan sketsa sebagai medium ekspresi yang kuat untuk menyampaikan gagasan spiritual dan refleksi mendalam. Melalui goresan garis-garis sketsanya, Romo Mudji berhasil merekam keheningan batin, dinamika relasi manusia dengan Tuhan, serta perjalanan iman dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Karya seni sketsanya dinilai sebagai sebuah bahasa yang mampu melampaui keterbatasan kata-kata. Melalui garis-garis yang sederhana namun sarat makna, ia mampu menyampaikan kedalaman perasaan dan pemikiran yang tak terucap.

Sejumlah karya sketsa Romo Mudji Sutrisno telah dipamerkan di berbagai ruang publik dan mendapatkan apresiasi tinggi sebagai seni yang kontemplatif. Salah satu karya monumental yang pernah ditampilkan adalah pameran sketsa berjudul “Dari Gereja ke Gereja”. Pameran ini menghadirkan 55 karya sketsa hitam-putih yang menampilkan berbagai gereja dan ruang sakral, menawarkan pengalaman kontemplatif yang mendalam bagi para pengunjung.
Selain itu, karya-karya sketsanya yang bertemakan perjalanan spiritual dan arsitektur budaya juga pernah dipamerkan di Galeri Sarasvati dan Taman Ismail Marzuki, menunjukkan jangkauan apresiasi terhadap seni yang ia ciptakan.
Rencana Pemakaman dan Doa Bersama
Menghormati kepergian Romo Mudji Sutrisno, serangkaian acara pemakaman dan Misa requiem akan diselenggarakan. Misa requiem akan dilaksanakan pada:
- Senin, 29 Desember 2025, pukul 19.00 WIB di Kapel Kolese Kanisius, Jakarta.
- Rabu, 30 Desember 2025, pukul 19.00 WIB di Kapel Kolese Kanisius, Jakarta.
Jenazah Romo Mudji Sutrisno akan diberangkatkan menuju Girisonta, Semarang, Jawa Tengah, pada tanggal 30 Desember 2025, pukul 21.00 WIB.
Prosesi pemakaman akan dilaksanakan pada tanggal 31 Desember 2025. Rangkaian acara akan diawali dengan Ekaristi pada pukul 10.00 di Gereja Paroki, dilanjutkan dengan upacara pemakaman di Taman Maria Ratu Damai, Girisonta.
Kardinal Ignasius Suharyo mengajak seluruh umat untuk mendoakan kepergian Romo Mudji Sutrisno. “Mari kita iringi kepergian Romo Mudji menghadap Tuhan dengan doa dan Ekaristi bersama,” demikian pesan duka yang disampaikan. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga besar Serikat Yesus, komunitas Katolik, serta dunia intelektual dan seni di Indonesia.

















