Menjelang senja di suatu hari Sabtu, tepatnya tanggal 6 Desember 2025, setelah hujan reda, kabut tipis mulai menyelimuti Desa Wonolelo. Desa yang terletak di kaki Gunung Merapi, Kabupaten Sleman ini, menyimpan sebuah permata tersembunyi. Bukan hanya sekadar pemandangan yang menyejukkan mata dan udara yang segar, tetapi juga sebuah destinasi kuliner dengan sentuhan spiritual yang mendalam.
De Renjana Nawasena Resto, sebuah nama yang sarat makna, berdiri dengan anggun di depan makam Ki Ageng Wonolelo. Ki Ageng Wonolelo sendiri merupakan tokoh spiritual penting dalam sejarah Kerajaan Mataram. Kehadiran resto ini seolah menjadi penghormatan terhadap tokoh tersebut, sekaligus menawarkan pengalaman yang unik bagi para pengunjungnya.
Dewanto P Siregar, pemilik De Renjana Nawasena Resto, mengungkapkan bahwa pendirian resto ini bukanlah semata-mata urusan bisnis. Ada kekuatan tak terlihat yang menuntunnya ke tempat ini. “Saya merasa dituntun ke tempat ini. Awalnya tidak ada rencana sama sekali. Saya membeli tempat ini mungkin karena sudah menjadi takdir. Saya merasa harus berada di depan makam beliau (Ki Ageng Wonolelo),” ungkapnya.
Pengalaman Dua Dimensi: Duniawi dan Ukhrawi
De Renjana Nawasena menawarkan pengalaman yang unik, seolah membawa pengunjung ke dalam dua dimensi yang berbeda: kenikmatan duniawi dan ketenangan ukhrawi. Pengunjung dapat menikmati hidangan lezat sambil merasakan kedamaian spiritual.
Dewanto menyadari bahwa hidangan seperti nasi liwet atau ikan bakar dapat dengan mudah ditemukan di berbagai tempat di Yogyakarta. Namun, yang membedakan De Renjana Nawasena adalah atmosfer spiritual yang melekat kuat di tempat ini.
“Secara spiritual, pengunjung bisa langsung menuju ke makam Ki Ageng Wonolelo. Sementara untuk kenikmatan duniawi, mereka bisa menikmati hidangan lezat di resto. Istilahnya, untuk mencapai ketenangan spiritual, perut harus kenyang dulu,” ujarnya sambil berkelakar.
Nama De Renjana Nawasena sendiri berasal dari sebuah doa dan harapan. Nama ini mencerminkan keinginan untuk mencapai kenikmatan yang sempurna di masa depan, atau kebahagiaan yang abadi.
Atmosfer Kampung Lawasan dan Jejak Kerajaan Mataram
Saat memasuki area resto, pengunjung akan disambut dengan ornamen yang kental dengan suasana kampung lawasan yang rindang, khas kaki Gunung Merapi. Pendopo Jawa berdiri dengan gagah, dipadukan dengan patung-patung bernuansa Hindu-Buddha. Semua elemen ini seolah mengisahkan perjalanan panjang Kerajaan Mataram.
“Jika kita menelusuri sejarah Mataram, kita akan menemukan jejak Hindu, Buddha, dan kemudian Islam. Semuanya berproses dan berakulturasi. Akulturasi inilah yang saya coba hadirkan di tempat ini,” jelas Dewanto.
Menu Nusantara yang Menggugah Selera
Meskipun sarat dengan nilai filosofis dan spiritual, De Renjana Nawasena tetap memprioritaskan kepuasan lidah para pengunjungnya. Tempat ini menawarkan berbagai hidangan Nusantara yang menggugah selera.
Menjelang momen Natal dan Tahun Baru, De Renjana Nawasena siap menjadi alternatif destinasi kuliner yang menarik. Baik para pemburu wisata kuliner maupun rombongan peziarah wajib mencicipi deretan menu andalannya, seperti nasi liwet dan ikan bakar khas Gunungkidul.
Selain hidangan khas Nusantara, De Renjana Nawasena juga menawarkan hidangan nasi kebuli. Nasi kebuli adalah sajian kaya rempah yang berasal dari Indonesia dan dipengaruhi oleh budaya Timur Tengah. Kehadiran nasi kebuli menambah keragaman pilihan menu di resto ini.
Ruang Terbuka untuk Berbagai Acara
De Renjana Nawasena juga menyediakan area lapang di bagian belakang resto yang dapat digunakan untuk berbagai acara. “Pengunjung atau masyarakat yang ingin mengadakan acara, kami menyediakan area lapang yang dapat digunakan sebagai panggung budaya. Misalnya, untuk pertunjukan wayang atau jathilan. Soal harga, tentu saja sangat terjangkau,” pungkas Dewanto.
Dengan kombinasi antara hidangan lezat, atmosfer spiritual yang kuat, dan ruang terbuka yang luas, De Renjana Nawasena menawarkan pengalaman yang tak terlupakan bagi setiap pengunjungnya. Tempat ini bukan hanya sekadar resto, tetapi juga sebuah destinasi yang memadukan kenikmatan duniawi dan ketenangan ukhrawi.

















