Samator Indo Gas (AGII) Optimistis Raih Kinerja Moncer 2026, Didorong Potensi Permintaan Gas Industri yang Melambung
PT Samator Indo Gas Tbk (AGII) memproyeksikan kinerja perusahaan akan kembali cemerlang pada tahun 2026. Optimisme ini didasarkan pada proyeksi tingginya permintaan gas dari berbagai sektor industri yang terus berkembang. Meskipun target pendapatan dan laba bersih untuk tahun depan belum ditetapkan secara rinci, manajemen AGII memiliki pandangan yang positif terhadap prospek bisnisnya.
Wakil Direktur Utama Samator Indo Gas, Sigit Purwanto, mengemukakan bahwa pertumbuhan pasar gas industri secara global diperkirakan akan selaras dengan pertumbuhan ekonomi di banyak negara, yakni berkisar antara 6% hingga 7% per tahun hingga tahun 2033. Proyeksi ini, yang merujuk pada analisis dari Business Research Insights, menjadi landasan penting bagi AGII dalam merumuskan target kinerjanya di masa depan.
Dominasi Asia Pasifik dalam Pertumbuhan Pasar Gas Industri
Sigit menjelaskan bahwa kawasan Asia Pasifik, termasuk negara-negara berkembang, diprediksi akan menjadi pemain utama dalam pertumbuhan pasar gas industri. Hal ini didorong oleh akselerasi industrialisasi dan ekspansi sektor manufaktur, khususnya di wilayah Asia Tenggara. Fenomena ini tentu saja memberikan peluang besar bagi AGII untuk memperluas jangkauan pasarnya.
Sektor Medis dan Strategis Tetap Menjadi Tulang Punggung Permintaan
Sektor medis diproyeksikan akan kembali memainkan peran krusial dalam menyerap pasokan oksigen yang diproduksi oleh AGII. Selain itu, AGII juga diperkirakan akan terus menjadi pemasok utama berbagai produk gas esensial lainnya, seperti nitrogen, karbon dioksida, argon, dan gas khusus (specialty gas). Sektor-sektor strategis yang akan menjadi pelanggan utama meliputi industri minyak dan gas (migas), oleochemical, serta industri makanan dan minuman (food & beverage).
Peluang Baru dari Sektor Industri Berkembang
Lebih lanjut, AGII melihat adanya potensi permintaan gas yang signifikan dari beberapa sektor industri yang sedang berkembang pesat di Indonesia. Sektor-sektor tersebut antara lain adalah industri fotovoltaik atau panel surya yang menunjukkan tren positif, serta industri baterai yang mendapat dorongan kuat dari program hilirisasi yang digalakkan oleh pemerintah. Perkembangan kedua sektor ini membuka cakrawala baru bagi AGII untuk ekspansi bisnis.
Alokasi Belanja Modal yang Terukur untuk 2026
Untuk mendukung rencana ekspansi dan operasionalnya, AGII memproyeksikan alokasi belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar Rp 350 miliar pada tahun 2026. Angka ini menunjukkan penurunan sekitar 50% jika dibandingkan dengan rata-rata belanja modal perusahaan dalam dua tahun terakhir. Fokus utama belanja modal ini adalah untuk investasi reguler yang meliputi peningkatan fasilitas produksi dan distribusi, penambahan fasilitas filling station di lokasi yang sudah ada, serta perawatan rutin peralatan. Pendanaan untuk belanja modal ini rencananya akan bersumber dari kas internal perusahaan dan fasilitas kredit sindikasi yang telah dimiliki.
Sebagai gambaran, hingga kuartal III-2025, AGII telah merealisasikan belanja modal sebesar Rp 330,232 miliar. Angka ini mengalami penurunan sebesar 27% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Analisis Kinerja Keuangan dan Rekomendasi Investor
Dari sisi keuangan, AGII mencatat pertumbuhan penjualan sebesar 4% secara year on year (yoy) hingga kuartal III-2025, mencapai Rp 2,21 triliun. Namun, pada periode yang sama, laba bersih perusahaan mengalami penurunan sebesar 25,6% yoy menjadi Rp 63,86 miliar. Penurunan laba bersih ini disebabkan oleh membengkaknya beban operasional dan beban keuangan yang dihadapi perusahaan.
Menanggapi kondisi ini, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menekankan pentingnya AGII untuk meningkatkan efisiensi bisnisnya guna memperbaiki kinerja bottom line yang tertekan. Meskipun demikian, Nafan mengakui bahwa permintaan gas industri secara umum masih menunjukkan tren kenaikan, meskipun beberapa sektor tertentu menghadapi tantangan bisnis.
Nafan berpendapat bahwa jika pertumbuhan ekonomi nasional dapat membaik pada tahun 2026, hal ini akan memberikan dampak positif yang signifikan bagi keberlanjutan usaha AGII. “Namun, investor tetap perlu mencermati perkembangan kinerja tiap sektor industri yang menjadi pelanggan AGII,” imbuhnya.
Berdasarkan analisis tersebut, Nafan merekomendasikan investor untuk melakukan hold saham AGII dengan target harga pada level Rp 1.525 per saham. Pada penutupan perdagangan Jumat (12/12), harga saham AGII tercatat melemah sebesar 1,88% ke level Rp 1.565 per saham.

















