Keterlambatan Kapal Eksekutif Picu Kekhawatiran Penumpang, Ambulans Berisi Jenazah Terjebak
Merak, Banten – Sebuah insiden yang menimbulkan kekhawatiran dan keluhan penumpang terjadi di Pelabuhan Merak, Banten, pada Sabtu (14/12) lalu. Sebuah mobil ambulans yang menggunakan kapal eksekutif Windu Karsa dilaporkan tertahan selama lebih dari dua jam sebelum kapal berhasil merapat ke dermaga. Kondisi ini menjadi sorotan utama karena dinilai sangat berisiko, terutama bagi ambulans yang seharusnya mengangkut pasien dalam kondisi kritis atau jenazah.

Salah seorang penumpang, Anwar, menceritakan kronologi kejadian yang dialaminya. Menurut Anwar, awalnya perjalanan di atas kapal berjalan normal. Namun, ketika kapal mendekati Pelabuhan Merak, kapal tiba-tiba berhenti dan berputar-putar di sekitar perairan pelabuhan. “Awalnya perjalanan normal. Tapi saat sudah dekat pelabuhan, kapal berhenti lama dan muter-muter. Hampir satu jam belum sandar,” ungkapnya, menggambarkan rasa frustrasinya.
Kekhawatiran penumpang semakin memuncak karena minimnya informasi awal. Penjelasan baru diberikan oleh awak kapal setelah penantian yang terasa sangat panjang, yakni lebih dari dua jam. Melalui pengeras suara, awak kapal mengumumkan bahwa kapal belum dapat merapat karena dokumen pelayaran masih dalam proses pemeriksaan oleh Syahbandar. Pengumuman ini justru menimbulkan kekecewaan yang lebih dalam bagi para penumpang.
“Kami naik kapal eksekutif, tiketnya mahal, tapi malah lebih lama dibanding kapal reguler. Penumpang banyak yang kecewa,” keluh Anwar. Ia menambahkan bahwa pengalaman ini sangat kontras dengan ekspektasi yang dibayarkan untuk layanan eksekutif yang seharusnya lebih cepat dan nyaman.
Kondisi ini menjadi semakin krusial bagi Anwar yang kebetulan membawa mobil ambulans. Ia mengungkapkan bahwa saat kejadian, ambulans yang ia tumpangi membawa jenazah. Meskipun bukan dalam situasi darurat medis yang membutuhkan penanganan segera, keterlambatan tersebut tetap dianggap tidak wajar dan menimbulkan beban emosional.
“Alhamdulillah yang kami bawa jenazah, bukan pasien emergency. Kalau bawa pasien darurat bisa fatal. Kasihan juga, jenazah seharusnya bisa lebih cepat diberangkatkan,” jelasnya dengan nada prihatin. Ia menekankan bahwa dalam situasi normal, pengangkutan jenazah pun memerlukan ketepatan waktu agar prosesi pemakaman dapat berjalan sesuai rencana. Keterlambatan ini, sekecil apapun dampaknya bagi jenazah, tetap saja mengurangi efektivitas layanan ambulans.
Perjuangan untuk akhirnya merapat ke dermaga berakhir sekitar sepuluh menit setelah pengumuman disampaikan oleh awak kapal. Kapal eksekutif Windu Karsa akhirnya berhasil sandar di Dermaga 1 Pelabuhan Merak. Namun, pengalaman tertahan berjam-jam di tengah laut, terutama bagi mereka yang membawa jenazah atau dalam situasi mendesak lainnya, meninggalkan kesan yang kurang menyenangkan dan menimbulkan pertanyaan serius mengenai efisiensi operasional serta kesiapan manajemen pelabuhan dan operator kapal dalam menangani berbagai jenis kendaraan, termasuk ambulans.
Implikasi dan Harapan
Insiden ini menyoroti beberapa aspek penting yang perlu menjadi perhatian serius:
- Koordinasi Antar Instansi: Keterlambatan yang disebabkan oleh proses pemeriksaan dokumen oleh Syahbandar menunjukkan adanya potensi celah dalam koordinasi antara operator kapal dan otoritas pelabuhan. Perlu ada sistem yang lebih efisien untuk mempercepat proses pemeriksaan, terutama bagi kapal yang mengangkut kendaraan darurat seperti ambulans.
- Prioritas Layanan: Meskipun kapal eksekutif menawarkan kenyamanan lebih, prioritas utama dalam layanan penyeberangan seharusnya tetap pada kelancaran dan kecepatan pengangkutan bagi kendaraan yang memiliki urgensi, seperti ambulans. Adanya penundaan yang signifikan dapat mengabaikan tujuan utama dari keberadaan layanan ambulans itu sendiri.
- Transparansi Informasi: Komunikasi yang lebih proaktif dan transparan dari awak kapal kepada penumpang mengenai alasan keterlambatan dapat membantu mengurangi kekecewaan dan kecemasan. Penumpang berhak mendapatkan informasi yang jelas dan tepat waktu mengenai situasi yang mereka hadapi.
- Evaluasi Layanan Kapal Eksekutif: Dengan tarif yang lebih tinggi, penumpang kapal eksekutif memiliki ekspektasi akan layanan yang superior, termasuk ketepatan waktu. Insiden ini menimbulkan pertanyaan apakah layanan eksekutif benar-benar memberikan nilai tambah yang sepadan, atau justru menjadi sumber frustrasi ketika terjadi kendala operasional.
Diharapkan insiden serupa dapat diminimalisir di masa mendatang melalui evaluasi menyeluruh terhadap prosedur operasional, peningkatan koordinasi antar pihak terkait, dan penegasan kembali prioritas pelayanan demi kenyamanan dan keselamatan seluruh pengguna jasa penyeberangan, khususnya dalam situasi yang membutuhkan penanganan segera.

















