Bencana alam yang terjadi di Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar) tidak hanya disebabkan oleh Siklon Tropis Senyar. Banyak pihak menganggap bahwa kerusakan ekologis juga menjadi faktor utama yang memperparah dampak bencana tersebut. Di Sumut, perusahaan PT Toba Pulp Lestari kini menjadi sorotan utama.
Dalam pernyataannya kepada media, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumut, Rianda Purba, menyatakan bahwa ada tujuh perusahaan yang diduga berkontribusi pada kerusakan ekologis yang memicu bencana ekstrem. Sampai hari ini (3/12), bencana tersebut telah menelan ratusan korban jiwa. Dari tujuh perusahaan tersebut, salah satunya adalah PT Toba Pulp Lestari.
”Kami mengindikasikan tujuh perusahaan sebagai pemicu kerusakan karena aktivitas eksploitatif yang membuka tutupan hutan Batang Toru,” ujar Rianda.
Selain PT Toba Pulp Lestari, ada enam perusahaan lain yang disebut oleh WALHI Sumut. Mereka adalah:
- PT Agincourt Resources (tambang emas martabe)
- PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) (PLTA Batang Toru)
- PT Pahae Julu Micro (Hydro Power dan PLTMH Pahae Julu)
- PT SOL Geothermal Indonesia (Geothermal Taput)
- PT Sago Nauli Plantation (Perkebunan sawit di Tapanuli Tengah)
- PTPN III Batang Toru Estate (Perkebunan sawit di Tapanuli Selatan)
Khusus untuk PT Toba Pulp Lestari, WALHI Sumut menyoroti Unit Perkebunan Kayu Rakyat (PKR) yang berkaitan dengan aktivitas produksi perusahaan tersebut. Rianda menegaskan bahwa kegiatan perusahaan ini menyebabkan alih fungsi ratusan sampai ribuan hektare hutan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Toru menjadi PKR yang ditanami satu jenis tumbuhan, yaitu eukaliptus.
”Ratusan hingga ribuan hektare hutan di DAS Batang Toru telah beralih fungsi menjadi Perkebunan Kayu Rakyat (PKR) yang ditanami eukaliptus, terutama di Kecamatan Sipirok, Tapanuli Selatan,” jelasnya.
Oleh karena itu, Rianda menyatakan bahwa banjir bandang dan longsoran tidak hanya disebabkan oleh Siklon Tropis Senyar yang memicu cuaca ekstrem dan hujan deras. Pihaknya menilai ada aktivitas perusahaan-perusahaan ekstraktif yang menyebabkan kerusakan ekologis pada Ekosistem Batang Toru. Termasuk dalam hal ini adalah aktivitas yang dilakukan oleh PT Toba Pulp Lestari.
”Setiap banjir membawa kayu-kayu besar, dan citra satelit menunjukkan hutan gundul di sekitar lokasi. Ini bukti campur tangan manusia melalui kebijakan yang memberi ruang pembukaan hutan. Ini adalah bencana ekologis akibat kegagalan negara mengendalikan kerusakan lingkungan,” tegasnya.

















