Kesamaan Antara Anjing Chernobyl dan Jurassic Park
Apa kesamaan antara anjing-anjing liar di Chernobyl dan dunia fiksi Jurassic Park? Keduanya mengingatkan kita pada satu gagasan penting: “Life finds a way.” Kehidupan selalu mencari jalan untuk bertahan, bahkan di tempat yang hancur sekalipun. Kini, kalimat ikonik yang diucapkan tokoh Dr. Ian Malcolm itu terbukti relevan. Para ilmuwan menemukan bahwa anjing-anjing liar yang hidup di sekitar reruntuhan PLTN Chernobyl diam-diam menunjukkan bagaimana evolusi dapat terjadi hanya dalam beberapa dekade.
Penelitian ini dipimpin oleh Dr. Megan N. Dillon, pakar genetika populasi dari North Carolina State University (NCSU). Fokus utamanya adalah memahami bagaimana versi-versi gen tertentu menyebar, berubah, atau hilang dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sejak kecelakaan nuklir 1986, zona eksklusi Chernobyl hampir tidak dihuni manusia. Namun hewan seperti anjing, serigala, babi hutan, rusa, hingga bison Eropa, tetap bertahan. Mereka hidup tanpa perlindungan manusia, menghadapi radiasi dan polusi sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
“Life finds a way,” kata Dr. Ian Malcolm di film Jurassic Park. Dr. Dillon menggunakan kutipan ini bukan sebagai dramatisasi, tapi sebagai lensa untuk menjelaskan bagaimana anjing-anjing ini benar-benar melakukannya.
Dua Populasi Anjing, Dua Cerita Berbeda
Para peneliti mengumpulkan sampel darah dari lebih dari 300 anjing yang hidup di sekitar reaktor, Kota Chernobyl, dan lokasi-lokasi lain yang lebih jauh. Analisis DNA mereka mengungkap hal menarik:
- Anjing yang hidup dekat reaktor membentuk satu kelompok genetika tersendiri.
- Anjing yang hidup di dalam kota tapi berjarak dari kompleks reaktor membentuk kelompok lain yang jarang bercampur.
Perbedaan ini menunjukkan bahwa populasi tersebut tidak saling kawin silang secara bebas, sehingga tiap kelompok membentuk struktur keluarga yang kuat. Dalam tiap wilayah, sering ditemukan anjing-anjing yang masih satu garis keturunan—orang tua, saudara kandung, hingga anak.
Dari sisi ras, mereka adalah campuran antara anjing gembala, anjing penjaga, dan anjing kampung. Ini memperlihatkan bahwa populasi tersebut bukan berasal dari kedatangan hewan peliharaan baru, melainkan komunitas liar yang telah lama menetap.
Sampel-sampel DNA tersebut dikirim ke laboratorium NCSU melalui kolaborasi relawan dan dokter hewan yang menangkap, memvaksinasi, serta merawat anjing-anjing itu dalam klinik singkat di zona eksklusi.
Apa yang Terjadi pada DNA Mereka? Radiasi Bukan Satu-satunya Cerita
Tim peneliti juga menilai apakah tingkat mutasi genetik pada anjing lebih tinggi akibat radiasi. Hasilnya mengejutkan: Tidak ada bukti bahwa tingkat mutasi di anjing dekat reaktor lebih tinggi dibanding anjing di kota.
Artinya, perubahan gen pada anjing Chernobyl tampaknya bukan berasal dari kerusakan DNA baru, melainkan dari seleksi terhadap kombinasi gen yang sudah ada—gen-gen yang kebetulan membantu mereka bertahan di lingkungan beracun. Dengan kata lain, radiasi dan polutan seperti logam berat tidak selalu menciptakan “mutan” baru, melainkan bertindak sebagai penyaring: hanya anjing dengan kombinasi gen tertentu yang mampu bertahan dari generasi ke generasi.
Inilah sebabnya gambaran populer tentang “anjing mutan bertenaga nuklir” tidak sesuai kenyataan. Proses yang terjadi jauh lebih sunyi, lebih lambat, tetapi jauh lebih mirip evolusi nyata.
Chernobyl: Laboratorium Evolusi Terbuka
Fenomena ini tidak hanya terjadi pada anjing. Katak pohon di wilayah yang sama menunjukkan cerita berbeda namun saling melengkapi. Penelitian lain menemukan katak pohon memiliki perubahan cepat pada DNA mitokondria. Populasi mereka di dalam zona eksklusi memiliki keragaman mitokondria lebih tinggi, mencerminkan mutasi tinggi dan perkawinan dalam kelompok terbatas.
Sementara itu, kamera jebak dan laporan resmi menunjukkan kehidupan liar seperti serigala, rusa, babi hutan, dan bison Eropa kini berkembang pesat di zona tanpa manusia. Zona eksklusi dengan sendirinya berubah menjadi eksperimen ekologi jangka panjang, tempat ilmuwan bisa mempelajari hewan mana yang berkembang dan mana yang tertekan oleh polusi dan radiasi.
Pelajaran dari Anjing-Anjing Chernobyl
Dr. Dillon menempatkan penelitiannya dalam bidang genetika konservasi—bukan hanya menghitung jumlah hewan, tetapi memahami variasi genetik apa yang membantu populasi bertahan dari krisis. Ia menekankan bahwa: “Jika bencana iklim atau kontaminasi datang terlalu cepat, atau jika tidak cukup variasi genetik sejak awal, maka populasi itu tidak bisa berbuat banyak untuk bertahan.”
Inilah sebabnya konsep evolutionary rescue menjadi penting—kemampuan seleksi alam yang cepat untuk menyelamatkan populasi dari kepunahan. Chernobyl mungkin adalah salah satu contoh paling langka di mana peneliti dapat melihat langsung apakah penyelamatan evolusioner ini benar-benar terjadi… atau apakah populasi itu hanya bertahan dalam kondisi tertekan.
Karena anjing-anjing ini hidup persis di jalan-jalan kosong tempat manusia pernah berjalan, kisah mereka dapat menjadi cermin halus bagi kita: bagaimana manusia mungkin bereaksi terhadap paparan polusi kronis dalam jangka panjang.
Anjing-anjing Chernobyl membuktikan bahwa evolusi bukanlah sesuatu yang terjadi selama ribuan tahun saja. Dalam beberapa dekade pun, kehidupan dapat membentuk ulang dirinya untuk bertahan di tengah lingkungan paling keras. Kisah mereka bukan tentang monster radiasi, tetapi tentang ketahanan genetik, seleksi alam, dan kemampuan hidup menemukan jalannya, sebagaimana pernah diucapkan di dunia fiksi—kali ini menjadi kenyataan ilmiah.

















