MOSKWA – Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa (2/12/2025) menyatakan bahwa Moskwa siap berperang jika negara-negara Eropa memilih jalur konfrontasi, sembari menuding para pemimpin di benua tersebut berupaya menggagalkan kesepakatan penyelesaian konflik Ukraina jelang pertemuannya dengan utusan Amerika Serikat.
“Kami tidak berencana berperang dengan Eropa, tetapi jika Eropa menginginkannya dan memulainya, kami siap sekarang,” kata Putin kepada wartawan di Moskwa.
Pernyataan itu muncul di tengah kehadiran utusan AS Steve Witkoff dan penasihat sekaligus menantu Presiden Donald Trump, Jared Kushner, di Moskwa untuk melakukan pembicaraan tingkat tinggi terkait upaya mengakhiri perang yang telah berlangsung hampir empat tahun.
Pertemuan tersebut menyusul rangkaian diplomasi intens selama beberapa hari terakhir.
Putin Menuduh Eropa Tidak Ingin Akhiri Perang Ukraina
Ia melanjutkan dengan menuduh para pemimpin Eropa tidak memiliki keinginan damai.
“Mereka tidak punya agenda damai, mereka berada di pihak perang,” ujar Putin, sembari kembali mengeklaim bahwa negara-negara Eropa justru menghalangi upaya Amerika Serikat untuk menengahi perdamaian di Ukraina.
Menurut Putin, perubahan yang diajukan Eropa dalam rancangan terbaru rencana perdamaian Trump “bertujuan hanya pada satu hal — untuk sepenuhnya memblokir seluruh proses perdamaian dan mengajukan tuntutan yang sama sekali tidak dapat diterima bagi Rusia.”
Proposal Damai Buatan AS
Washington telah menyodorkan draf berisi 28 poin untuk menyelesaikan konflik, yang kemudian direvisi setelah menuai kritik dari Kyiv dan negara-negara Eropa karena dinilai terlalu mengakomodasi tuntutan maksimalis Rusia.
Rencana perdamaian tersebut didorong langsung oleh Trump, namun sebagian negara Eropa khawatir bahwa proposal itu pada akhirnya akan memaksa Kyiv menyerah pada tuntutan Moskwa, terutama terkait wilayah.
Kekhawatiran akan agresi lanjutan dari Rusia membuat negara-negara Eropa menegaskan bahwa perdamaian yang tidak adil tidak boleh dipaksakan kepada Ukraina.
Saat ini, utusan Trump tengah berupaya memfinalisasi rencana tersebut dengan memperoleh persetujuan dari Moskwa dan Kyiv.
Tantangan dalam Proses Perdamaian
Proses perdamaian ini dianggap sebagai salah satu langkah penting dalam mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama hampir empat tahun. Namun, tantangan besar masih ada di depan, termasuk ketegangan antara kepentingan Rusia, keinginan Kyiv, serta posisi Eropa yang ingin menjaga keseimbangan.
Beberapa pihak di Eropa khawatir bahwa rencana perdamaian yang disusun oleh Washington bisa mengabaikan kebutuhan dan harapan Ukraina. Mereka menekankan bahwa solusi harus mencerminkan prinsip-prinsip keadilan dan kedaulatan.
Di sisi lain, Rusia menegaskan bahwa mereka ingin proses perdamaian berjalan sesuai dengan keinginan mereka, termasuk soal wilayah dan keamanan nasional.
Kehadiran Utusan AS di Moskwa
Pertemuan antara utusan AS dan pejabat Rusia menjadi momen penting dalam diplomasi internasional. Dalam pertemuan tersebut, kedua belah pihak berusaha mencari titik temu yang bisa diterima oleh semua pihak.
Meski demikian, isu-isu seperti penggunaan senjata nuklir, ancaman serangan balasan, serta kekhawatiran tentang ekspansi militer tetap menjadi topik yang hangat dibicarakan.
Dalam wawancara dengan media lokal, Putin juga menunjukkan sikap yang keras terhadap segala bentuk intervensi asing yang dianggap mengganggu stabilitas regional. Ia menegaskan bahwa Rusia akan bertindak tegas jika diperlukan.
Kesimpulan
Konflik Ukraina terus menjadi isu yang sangat sensitif di dunia internasional. Meskipun upaya diplomasi terus dilakukan, tantangan besar masih menghadang. Dari sisi Rusia, tekanan terus dilakukan untuk memastikan bahwa perdamaian yang diusulkan sesuai dengan kepentingan mereka. Sementara itu, Eropa dan AS berusaha menjaga keseimbangan agar tidak terjadi ketidakadilan terhadap Ukraina.
Selama proses perdamaian berlangsung, masyarakat global tetap mengawasi perkembangan situasi dengan penuh perhatian.

















