Emas Capai Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah, Diprediksi Terus Meroket hingga 2026
Logam mulia emas baru saja mencetak sejarah baru dengan menembus rekor harga tertinggi sepanjang masa. Pada hari Senin, 22 Desember 2025, harga emas diperdagangkan melampaui level 4.400 dollar AS per troy ons untuk pertama kalinya. Lonjakan dramatis ini tidak hanya mengejutkan pasar, tetapi juga memicu spekulasi mengenai masa depan aset safe haven ini.
Para analis sepakat bahwa salah satu pendorong utama kenaikan harga emas adalah ekspektasi pasar terhadap kebijakan bank sentral Amerika Serikat. Muncul prediksi kuat bahwa bank sentral AS akan kembali menurunkan suku bunganya di tahun mendatang. Kebijakan suku bunga rendah cenderung membuat aset seperti obligasi kurang menarik karena imbal hasilnya yang menurun. Hal ini mendorong investor untuk mencari alternatif investasi yang menawarkan potensi imbal hasil lebih baik sekaligus sebagai instrumen lindung nilai. Emas, dengan karakteristiknya sebagai aset yang cenderung stabil nilainya di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik, menjadi pilihan utama.
Perjalanan harga emas di tahun 2025 menunjukkan tren kenaikan yang mengesankan. Memulai tahun di kisaran 2.600 dollar AS per troy ons, harga emas terus merangkak naik. Peningkatan ketegangan geopolitik global, kebijakan perdagangan yang diterapkan oleh Presiden AS saat itu, Donald Trump, serta ekspektasi penurunan suku bunga menjadi katalisator utama yang memicu lonjakan permintaan investor terhadap aset safe haven seperti emas dan komoditas lainnya.
Pada puncaknya di hari Senin, harga spot emas sempat menyentuh angka 4.420 dollar AS per troy ons sebelum mengalami sedikit koreksi. Secara keseluruhan, sepanjang tahun 2025, harga emas telah membukukan kenaikan lebih dari 68 persen. Angka ini merupakan kenaikan tertinggi yang pernah tercatat sejak tahun 1979, menunjukkan betapa signifikan pergerakan harga emas tahun ini.
Direktur Riset BullionVault, Adrian Ash, mengamati bahwa tahun 2025 diwarnai oleh perpaduan faktor-faktor yang secara perlahan namun konsisten menopang kenaikan harga emas. Tren suku bunga yang terus menurun, ketegangan perang yang masih membayangi, serta perselisihan perdagangan global menjadi elemen-elemen kunci yang mendorong pasar logam mulia.
“Pasar logam mulia menilai bahwa Presiden Trump benar-benar memicu sesuatu, dan harga emas melonjak tajam tahun ini,” ujar Ash, menekankan dampak kebijakan dan retorika politik terhadap pergerakan pasar komoditas.
Menurutnya, perang dagang yang terus berlanjut, tekanan terhadap bank sentral Amerika Serikat untuk mengambil kebijakan moneter yang lebih akomodatif, serta meningkatnya ketegangan geopolitik di berbagai belahan dunia menjadi faktor-faktor utama yang mendorong lonjakan harga emas.
Mengapa Emas Menjadi Primadona?
Ada beberapa alasan fundamental mengapa emas mengalami lonjakan harga yang begitu signifikan:
- Ekspektasi Penurunan Suku Bunga: Suku bunga yang rendah menekan imbal hasil obligasi, membuat investasi di instrumen pendapatan tetap kurang menarik. Hal ini mendorong investor untuk mencari aset alternatif yang menawarkan potensi keuntungan lebih tinggi dan diversifikasi portofolio, seperti emas dan perak.
- Peran sebagai Safe Haven: Di tengah ketidakpastian ekonomi global, ketegangan geopolitik, dan ketidakstabilan politik, emas diakui sebagai aset safe haven yang nilainya cenderung bertahan atau bahkan meningkat ketika aset lain mengalami penurunan.
- Pelemahan Dolar AS: Pelemahan mata uang dolar AS secara otomatis membuat emas menjadi lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain. Hal ini dapat meningkatkan permintaan global terhadap emas.
- Ketegangan Geopolitik dan Perang Dagang: Konflik dan ketegangan antar negara, serta perang dagang yang berlarut-larut, menciptakan ketidakpastian ekonomi yang mendorong investor untuk beralih ke aset yang dianggap aman seperti emas.
Bukan Hanya Emas, Logam Mulia Lainnya Juga Mengalami Lonjakan
Fenomena kenaikan harga tidak hanya terbatas pada emas. Logam mulia lainnya juga menunjukkan performa yang mengesankan. Harga perak, misalnya, juga berhasil mencetak rekor baru dengan diperdagangkan di level 69,44 dollar AS per troy ons pada hari Senin. Sepanjang tahun 2025, harga perak telah melonjak luar biasa sebesar 138 persen. Sementara itu, harga platinum dilaporkan berada di level tertinggi dalam 17 tahun terakhir.
Para analis berpendapat bahwa lonjakan harga perak dan platinum ini didukung oleh permintaan yang kuat serta keterbatasan pasokan. Berbeda dengan emas yang lebih sering dianggap sebagai aset investasi murni, perak dan platinum memiliki aplikasi yang luas di berbagai sektor manufaktur. Oleh karena itu, permintaan terhadap kedua logam mulia ini juga sangat dipengaruhi oleh aktivitas industri.
Proyeksi Jangka Panjang: Emas Masih Akan Terus Menguat
Pandangan positif terhadap emas tidak hanya datang dari para analis pasar, tetapi juga dari institusi keuangan besar. Goldman Sachs, misalnya, dalam laporan terbarunya memproyeksikan bahwa harga emas akan melanjutkan tren kenaikannya hingga akhir tahun 2026.
Dalam skenario dasar, Goldman Sachs memperkirakan harga emas akan naik sebesar 14 persen, mencapai 4.900 dollar AS per troy ons pada Desember 2026. Peluang kenaikan harga emas dinilai masih terbuka lebar, terutama jika tren diversifikasi investasi ke emas meluas hingga menjangkau investor ritel.
Faktor-faktor yang diperkirakan akan terus mendorong kenaikan harga emas antara lain:
- Permintaan dari Bank Sentral: Permintaan emas dari bank sentral di seluruh dunia diperkirakan akan tetap tinggi secara struktural.
- Dukungan Siklus Penurunan Suku Bunga: Kebijakan moneter yang cenderung akomodatif dengan suku bunga rendah dari bank sentral Amerika Serikat akan terus memberikan dukungan bagi kenaikan harga emas.
Goldman Sachs juga menegaskan kembali rekomendasi mereka untuk posisi beli atau long exposure pada emas dalam prospek komoditas 2026. Pada perdagangan hari Kamis, harga emas spot tercatat berada di level 4.334,93 dollar AS per ons, menunjukkan tren yang masih kuat.
Bagaimana dengan Logam Industri?
Selain emas, Goldman Sachs juga memberikan pandangannya mengenai logam industri. Untuk tembaga, bank investasi ini memproyeksikan pergerakan harga yang cenderung konsolidatif sepanjang tahun 2026, dengan rata-rata harga diprediksi berada di kisaran 11.400 dollar AS per metrik ton.
Proyeksi ini mempertimbangkan adanya ketidakpastian kebijakan tarif yang diperkirakan akan terus berlanjut hingga pertengahan tahun 2026. Meskipun demikian, Goldman Sachs tetap memandang tembaga sebagai logam industri favorit dalam jangka panjang.
Permintaan tembaga diperkirakan akan tetap kuat, didorong oleh percepatan elektrifikasi global yang menyerap hampir separuh permintaan tembaga dunia. Di sisi lain, pasokan tembaga dari tambang menghadapi berbagai keterbatasan struktural yang dapat membatasi ketersediaannya. Pada perdagangan hari Kamis, kontrak tembaga tiga bulan di London Metal Exchange (LME) tercatat relatif stabil di level 11.721,50 dollar AS per metrik ton, setelah sempat menyentuh rekor tertinggi 11.952 dollar AS per metrik ton pada pekan sebelumnya.

















