Kapal Induk Fujian Lakukan Pelayaran Perdana Melintasi Selat Taiwan, Taiwan Awasi Ketat
Kapal induk terbaru dan tercanggih Tiongkok, Fujian, baru-baru ini melakukan pelayaran perdananya melintasi Selat Taiwan sejak resmi dioperasikan. Pergerakan kapal induk yang dijuluki sebagai kebanggaan armada Tiongkok daratan ini terus dipantau secara cermat oleh militer Taiwan.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengonfirmasi pada hari Rabu bahwa kapal induk Fujian memang melintasi jalur perairan strategis tersebut. Namun, analisis intelijen dari Taipei menunjukkan bahwa kapal induk tersebut kemungkinan besar sedang dalam perjalanan kembali ke galangan kapal di Shanghai untuk menjalani perawatan.
Kementerian tersebut bahkan merilis foto-foto pengawasan yang diduga diambil oleh jet tempur F-16 milik Taiwan. Foto-foto tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa dek penerbangan Fujian dalam kondisi kosong, tanpa adanya pesawat berbasis kapal induk yang bersiap untuk lepas landas atau mendarat selama transit di Selat Taiwan.
Menteri Pertahanan Taiwan, Wellington Koo Li-hsiung, menegaskan bahwa militer pulau itu melakukan pengawasan menyeluruh terhadap operasi Tentara Pembebasan Rakyat (PLA). “Foto-foto tersebut menunjukkan bahwa Fujian tidak membawa pesawat berbasis kapal induk,” ujar Koo. Ia menambahkan, “Diduga kapal tersebut kembali ke galangan kapal Pulau Changxing di Shanghai untuk perawatan. Pengamatan saat ini menunjukkan bahwa transit Fujian melalui Selat Taiwan tidak memiliki tujuan militer.”
Hingga berita ini ditulis, pihak Beijing belum memberikan komentar resmi terkait aktivitas kapal induk Fujian yang dilaporkan tersebut.
Sejarah dan Kecanggihan Kapal Induk Fujian
Kapal induk Fujian merupakan kapal induk ketiga yang dimiliki oleh Tiongkok daratan. Kapal ini diresmikan pada bulan Juni lalu di Sanya, Provinsi Hainan. Proses desain dan pembangunannya sepenuhnya dilakukan oleh Tiongkok sendiri. Fujian pertama kali diluncurkan pada tahun 2022 dan telah menjalani uji coba laut perdananya pada Mei tahun lalu.
Fujian bukan sekadar kapal induk biasa. Ia dinobatkan sebagai kapal induk paling canggih milik PLA dan merupakan kapal perang konvensional terbesar di dunia saat ini. Keistimewaan utamanya terletak pada penggunaan sistem ketapel elektromagnetik. Teknologi ini menjadikan Tiongkok sebagai negara kedua setelah Amerika Serikat yang berhasil mengintegrasikan sistem peluncuran pesawat yang revolusioner ini.
Pesawat-pesawat yang akan memperkuat armada Fujian meliputi pesawat peringatan dini KJ-600. Keberadaan KJ-600 memungkinkan sayap udara berbasis kapal induk, termasuk pesawat tempur multiperan J-15T dan pesawat tempur siluman J-35, untuk menyerang target dari jarak yang lebih jauh. Kemampuan ini mengurangi ketergantungan pada radar berbasis darat, memberikan keuntungan strategis yang signifikan.
Analisis Transit Fujian di Selat Taiwan
Para analis militer memberikan pandangan yang berbeda mengenai makna transit kapal induk Fujian di Selat Taiwan. Song Zhongping, seorang komentator militer dan mantan instruktur PLA, menjelaskan bahwa ada dua skenario umum ketika sebuah kapal induk tidak terlihat membawa pesawat di deknya selama patroli, kecuali dalam kondisi cuaca ekstrem.
“Salah satunya adalah ketika kapal induk menganggap dirinya berada dalam kondisi ancaman rendah, dan yang lainnya adalah selama fase transisi… dalam membangun kemampuan tempur,” kata Song.
Menurutnya, Fujian saat ini tengah berada dalam fase transisi yang krusial. Kapal induk ini sedang dalam proses mengembangkan kapabilitas tempur dan dukungan operasionalnya. Oleh karena itu, tidak adanya pesawat di dek bisa jadi merupakan bagian dari tahapan pengembangan tersebut.
Senada dengan itu, Lu Li-shih, seorang analis asal Taiwan dan mantan kapten angkatan laut Taiwan, menyatakan bahwa ia tidak melihat transit Fujian sebagai sebuah “demonstrasi kekuatan” secara langsung.
“Kapal induk Fujian dengan pesawat KJ-600-nya memiliki radius tempur yang luas dan saat ini sedang melakukan latihan dan pelatihan gabungan dengan pasukan dari berbagai komando teater, sehingga mungkin secara rutin melintasi Selat Taiwan untuk pelatihan atau latihan,” jelas Lu.
Lu juga menambahkan bahwa kapal induk Tiongkok sebelumnya, Shandong dan Liaoning, juga pernah melintasi Selat Taiwan di masa lalu. Ia berpendapat bahwa perairan di Selat Taiwan, tidak seperti perairan di luar rantai pulau pertama, tidak menimbulkan bahaya besar bagi kapal induk.
“Dalam situasi seperti melintasi rantai pulau pertama, akan lebih diperlukan pesawat berbasis kapal induk di dek untuk lepas landas,” tegas Lu, merujuk pada pentingnya kekuatan udara dalam menghadapi ancaman di wilayah yang lebih strategis.
Rantai pulau pertama sendiri merupakan garis pertahanan strategis yang membentang di sepanjang pantai Asia Timur, mencakup Jepang, Taiwan, dan Filipina hingga Borneo. Rantai ini membatasi akses dari perairan dekat daratan Tiongkok ke Samudra Pasifik yang lebih luas, dan merupakan bagian penting dari strategi pembendungan yang diterapkan Amerika Serikat untuk membatasi jangkauan militer Tiongkok di Pasifik.

















