Wakil Ketua Umum PSSI, Zainudin Amali, angkat bicara mengenai hasil yang diraih Tim Nasional (Timnas) Indonesia U-22 dalam ajang SEA Games 2025 Thailand. Kepastian skuad Garuda Muda tidak mampu menembus babak semifinal menjadi sorotan, dan Amali memberikan pandangannya terkait faktor-faktor yang berkontribusi pada hasil tersebut.
Salah satu poin krusial yang disoroti oleh Amali adalah durasi persiapan tim. Ia menekankan bahwa kurangnya waktu yang memadai untuk pemusatan latihan dan pembentukan tim menjadi penyebab utama. Skuad SEA Games tahun ini baru memulai persiapan intensif pada awal Oktober, sementara gelaran SEA Games sendiri dijadwalkan bergulir pada awal Desember. Ini berarti, Timnas U-22 hanya memiliki rentang waktu sekitar dua bulan untuk menyatukan visi, taktik, dan kekompakan tim.
Perbandingan dengan kesuksesan generasi sebelumnya menjadi bukti nyata pentingnya persiapan jangka panjang. Amali mengingatkan kembali pencapaian emas yang diraih oleh generasi Rizky Ridho. Menurutnya, keberhasilan tersebut tidak lepas dari proses panjang yang telah dilalui para pemain.
Kunci Keberhasilan Generasi Emas: Persiapan Jangka Panjang
“Saya melihat ada hal yang penting, yaitu durasi berkumpulnya mereka. Kenapa generasi Rizky Ridho bisa menghasilkan medali emas? Sebab, mereka sudah berkumpul sejak 2020,” ujar mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) itu.
Amali menambahkan bahwa peran pelatih Shin Tae-yong (STY) sangat signifikan dalam membentuk generasi emas Rizky Ridho dan rekan-rekannya. Di bawah arahan STY, tim ini tidak hanya berlatih di dalam negeri, tetapi juga mendapatkan pengalaman berharga melalui berbagai turnamen dan pemusatan latihan di luar negeri.
“Kalau masih ingat, bersama STY, kami mengirim mereka ke Kroasia, Spanyol, dan Turki. Lebih dari dua tahun, bahkan hampir tiga tahun, mereka bersama-sama. Sehingga, mereka kompak dan sudah saling memahami. Hal itu terlihat di lapangan,” beber Amali. Pengalaman bertanding di kancah internasional yang intensif tersebut terbukti mampu meningkatkan jam terbang pemain, kedewasaan taktik, dan chemistry antar anggota tim, yang pada akhirnya berujung pada prestasi gemilang.
Evaluasi dan Penerimaan Hasil
Menyikapi hasil yang kurang memuaskan ini, Amali secara tegas meminta agar publik tidak menyalahkan siapa pun atau mencari kambing hitam. Ia menekankan pentingnya menerima hasil yang ada sebagai bagian dari proses.
“Hasil yang ada sekarang harus kita terima, tanpa harus mencari siapa yang salah dan siapa yang benar. Kami di federasi tentu akan melakukan evaluasi,” ungkap Amali. Pernyataan ini menunjukkan komitmen PSSI untuk melakukan perbaikan internal dan belajar dari setiap pengalaman, baik yang positif maupun negatif.
Pria asal Gorontalo itu mengaku tidak menyangka bahwa Timnas Indonesia U-22 harus mengakhiri kiprahnya lebih cepat di SEA Games 2025 Thailand. Berdasarkan analisis dan perkiraannya, ia optimis bahwa Indonesia memiliki potensi untuk melaju hingga babak final.
“Sebab, saat melawan Mali pada uji coba kedua di Pekanbaru, permainan Indonesia luar biasa. Namun, di pertandingan resmi situasinya berubah. Padahal, pemainnya itu-itu juga,” ucap Amali. Perbedaan performa antara pertandingan uji coba dan laga resmi seringkali menjadi misteri dalam dunia sepak bola. Faktor tekanan pertandingan, adaptasi dengan atmosfer kompetisi, dan mungkin strategi lawan yang lebih efektif di momen krusial, bisa menjadi variabel yang mengubah jalannya laga.
Evaluasi mendalam akan menjadi langkah selanjutnya bagi PSSI untuk mengidentifikasi akar permasalahan dan merumuskan strategi jangka panjang demi peningkatan kualitas Timnas Indonesia di masa depan. Fokus pada pembentukan tim yang solid melalui persiapan yang matang dan berkelanjutan diharapkan dapat membawa Merah Putih meraih prestasi yang lebih membanggakan di kancah internasional.

















