Presiden Prabowo Subianto menunjukkan komitmen kuat dalam penanggulangan bencana di Provinsi Aceh dengan mengerahkan sumber daya pribadinya untuk mendukung upaya penyelamatan dan pemulihan. Sejak pekan pertama bencana melanda, helikopter pribadi Presiden telah dikirimkan ke Aceh untuk memfasilitasi Gubernur Muzakir Manaf, yang akrab disapa Mualem, dalam meninjau langsung daerah-daerah terdampak.
Hal ini diungkapkan oleh Sekretaris Kabinet (Seskab) Letkol Inf Teddy Indra Wijaya dalam sebuah konferensi pers di Posko Bencana Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Teddy menjelaskan bahwa Presiden Prabowo ingin memastikan Gubernur Mualem memiliki mobilitas yang memadai untuk bergerak cepat dan efektif dalam menangani krisis di wilayahnya.
“Saya cerita sedikit, Bapak Presiden langsung mengirimkan helikopter pribadi beliau ke Aceh untuk digunakan oleh gubernur Aceh beserta tim dan keluarganya,” ujar Teddy. “Helikopter itu bisa digunakan ke mana pun keliling Aceh. Itu sejak minggu pertama, ini ada beberapa fotonya.”
Langkah proaktif ini merupakan respons terhadap keraguan beberapa pihak yang masih mempertanyakan keseriusan pemerintah dalam penanggulangan bencana di tiga provinsi yang terkena dampak. Teddy secara spesifik menanggapi isu mengenai pengerahan 50 helikopter untuk mengangkut bantuan ke lokasi-lokasi terpencil yang sulit dijangkau.
Pengerahan Armada Helikopter Gabungan untuk Penanggulangan Bencana
Teddy memaparkan bahwa jumlah helikopter yang dikerahkan tidak hanya mencapai 50 unit, melainkan lebih dari itu, yaitu 53 unit helikopter gabungan dari berbagai instansi. Armada ini terdiri dari helikopter milik Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), serta sektor swasta seperti PT Pertamina.
“Tadi pagi masih ada yang bertanya mengenai jumlah helikopter, ini datanya. Ada 53 helikopter gabungan TNI, Polri, Basarnas, BNPB, kemudian ada swasta, Pertamina, dan lain sebagainya,” tegas Teddy.
Ia menambahkan bahwa seluruh helikopter tersebut telah dikerahkan secara strategis ke titik-titik wilayah yang tidak dapat dijangkau melalui jalur darat. Prioritas utama pengerahan ini adalah untuk mendistribusikan logistik dan bantuan kemanusiaan ke daerah-daerah yang terisolasi akibat kerusakan infrastruktur.
“Ini sejak awal, ke mana mereka? Mereka terjunkan logistik ke daerah yang tidak terjangkau melalui darat, yang belum tersambung,” jelas Teddy.
Rincian Armada Helikopter yang Diturunkan
Pemerintah telah merinci komposisi armada helikopter yang diturunkan untuk membantu penanggulangan bencana di Provinsi Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar). Rincian tersebut mencakup jenis dan jumlah helikopter dari masing-masing instansi:
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU):
- Delapan unit helikopter Caracal
- Tiga unit helikopter Super Puma
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD):
- Tiga unit helikopter Bell
- Satu unit helikopter Mi-17
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL):
- Lima unit helikopter Panther
Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas):
- Lima unit helikopter HR
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri):
- Lima unit helikopter
Kementerian Pertahanan (Kemenhan):
- Empat unit helikopter Baloghan
PT Pertamina:
- Dua unit helikopter Bell
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB):
- Tiga belas unit helikopter
Dengan mengerahkan armada udara yang begitu besar dan beragam, pemerintah menunjukkan keseriusannya dalam upaya penanggulangan bencana, memastikan bahwa bantuan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat yang terdampak, terutama di wilayah-wilayah yang paling membutuhkan dan sulit diakses. Komitmen ini juga mencakup pemanfaatan sumber daya pribadi dari pimpinan negara, yang semakin memperkuat sinergi antara pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi situasi darurat.

















