Memaknai Pesta Santa Kristiana dan Pekan Adven III: Refleksi Liturgis dan Spiritual
Memasuki pekan Adven III, Gereja Katolik merayakan bacaan-bacaan liturgi yang kaya makna, tidak hanya untuk hari-hari biasa, tetapi juga untuk mengenang Pesta Santa Kristiana, seorang Pengaku Iman yang kisah hidupnya menjadi inspirasi. Warna liturgi ungu yang dominan pada masa Adven ini mengundang kita untuk merenungkan pertobatan, penantian, dan harapan akan kedatangan Sang Juruselamat.
Bacaan Liturgi Hari Senin, Pekan Adven III
Bacaan-bacaan pada hari Senin pekan Adven III ini mengajak umat untuk merenungkan firman Tuhan yang disampaikan melalui Kitab Bilangan, Mazmur, dan Injil Matius. Selain itu, ada juga bacaan dari Kitab Yesaya yang memberikan perspektif tambahan.
Bacaan Pertama: Bilangan 24:2-7.15-17a
Dalam bacaan ini, kita diperkenalkan pada sosok Bileam, seorang nabi yang, meskipun awalnya dipanggil untuk mengutuk umat Israel, justru menerima nubuat dari Allah. Roh Allah menghinggapinya, memungkinkannya melihat dan menyatakan keindahan serta berkat yang dilimpahkan Tuhan kepada umat pilihan-Nya. Bileam menggambarkan umat Israel sebagai perkemahan yang indah, bagaikan lembah yang terbentang, taman di tepi sungai, pohon gaharu, dan pohon aras di tepi air. Nubuatnya juga menyinggung kedatangan seorang raja yang akan ditinggikan dan kerajaannya akan dimuliakan, bahkan meremukkan pelipis Moab dan menghancurkan anak Set. Ini adalah gambaran profetik yang menunjuk pada kemuliaan dan kemenangan umat Allah.Mazmur Tanggapan: Mazmur 25:4-9
Mazmur ini adalah sebuah doa permohonan yang mendalam kepada Tuhan. Pemazmur memohon agar Tuhan menunjukkan jalan-Nya dan mengajarkan kebenaran-Nya. Pengharapan penuh tertuju kepada Allah penyelamat. Ingatan akan rahmat dan kasih setia Tuhan yang telah ada sejak purbakala menjadi sumber kekuatan. Pemazmur juga memohon agar dosa-dosa masa muda dan pelanggaran-pelanggaran tidak diingat, melainkan agar Tuhan mengingatnya sesuai dengan kasih setia dan kebaikan-Nya. Tuhan digambarkan sebagai pribadi yang baik dan benar, yang membimbing orang yang sesat dan mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati.Injil: Matius 21:23-27
Injil hari ini menggambarkan Yesus mengajar di Bait Allah. Ia didatangi oleh para imam kepala dan tua-tua Yahudi yang menantang otoritas-Nya dengan bertanya, “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?” Yesus, dengan kebijaksanaan-Nya, membalikkan pertanyaan tersebut dengan menanyakan asal baptisan Yohanes, “Dari sorga atau dari manusia?” Para tokoh agama itu terjebak dalam dilema. Jika mereka menjawab “Dari sorga,” Yesus akan bertanya mengapa mereka tidak percaya kepada Yohanes. Jika mereka menjawab “Dari manusia,” mereka takut kepada orang banyak yang menganggap Yohanes sebagai nabi. Akhirnya, mereka menjawab, “Kami tidak tahu.” Jawaban ini membuat Yesus tidak perlu menjelaskan sumber kuasa-Nya. Dialog ini menyoroti ketidakpercayaan dan penolakan terhadap otoritas Yesus oleh para pemimpin agama saat itu.Bacaan Kitab Suci Lanjutan (BcO): Yesaya 30:18-26
Bacaan dari Yesaya ini memberikan pesan pengharapan dan janji pemulihan dari Tuhan. Tuhan menanti-nantikan saatnya untuk menunjukkan kasih-Nya dan bangkit untuk menyayangi umat-Nya. Ia adalah Allah yang adil, dan berbahagialah mereka yang menanti-nantikan Dia. Bagi bangsa Sion, janji-Nya adalah bahwa mereka tidak akan terus menangis, karena Tuhan akan mengasihani mereka saat mereka berseru. Tuhan akan menjawab doa mereka. Meskipun mungkin hanya diberi sedikit makanan dan minuman, Pengajar (Tuhan) tidak akan bersembunyi, tetapi mata umat-Nya akan terus melihat Dia, dan telinga mereka akan mendengar firman-Nya yang membimbing: “Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya.” Tuhan juga berjanji akan memberikan hujan bagi ladang, sehingga tanah menghasilkan makanan yang melimpah. Keturunan umat-Nya akan makan roti yang lezat, ternak akan makan rumput yang luas, dan bahkan makanan untuk hewan pekerja akan berlimpah. Puncak janji-Nya adalah terang yang luar biasa pada hari pembunuhan yang besar, di mana Tuhan akan membalut luka umat-Nya dan menyembuhkan bekas pukulan.
Pesta Santa Kristiana: Pengaku Iman yang Inspiratif
Selain bacaan harian, pekan Adven III ini juga menjadi momen untuk merayakan Pesta Santa Kristiana, seorang pengaku iman yang kisahnya memberikan teladan keberanian dan kesetiaan kepada Kristus.
Asal mula Kekristenan di Kerajaan Georgia, Iberia, dan wilayah Kaukasus Selatan lainnya memang tidak sepenuhnya jelas. Namun, menurut catatan Rufinus, seorang penulis pada abad ke-4, pewartaan Injil di sana dimulai oleh seorang gadis muda yang tidak diketahui namanya. Gadis ini dibawa ke pengadilan dan dipenjara karena imannya. Di hadapan hakim, ia dengan tenang namun tegas mengakui dirinya sebagai penganut Kristen dan mengakui Kristus sebagai Allah.
Gadis ini dikenal di kota itu sebagai pribadi yang saleh, sederhana, dan murni. Kehidupan doanya yang tekun menarik simpati banyak orang. Banyak yang datang kepadanya untuk meminta bimbingan spiritual. Suatu ketika, seorang ibu datang dengan bayinya yang sakit. Kristiana menutupi bayi itu dengan mantelnya yang sederhana, berdoa dalam nama Yesus, dan bayi itu pun sembuh. Berita ini menyebar luas dan bahkan sampai ke telinga Ratu Iberia yang sedang sakit.
Ratu pun mendatangi Kristiana untuk didoakan kesembuhannya. Setelah Ratu sembuh, ia hendak memberikan hadiah sebagai tanda terima kasih. Namun, Kristiana menolak, dengan rendah hati menyatakan bahwa kesembuhan itu adalah karya Tuhannya, Yesus, Putera Allah. Ia menekankan kepada Ratu bahwa Yesus mampu menyembuhkan segala penyakit, bahkan yang paling parah sekalipun, asalkan ada iman.
Kisah ini sampai ke telinga Raja. Suatu hari, saat berburu, Raja tersesat di hutan. Dalam kebingungannya, ia berdoa dalam hati, “Jika Yesus benar-benar Allah dan mau menunjukkan jalan bagiku, maka saya akan percaya kepada-Nya.” Seketika, Raja menemukan jalan keluar dari hutan. Sejak peristiwa itu, Raja dan Permaisurinya bertobat dan menjadi Kristen.
Gadis yang mulanya tidak dikenal namanya ini kemudian dikenal sebagai Nino oleh masyarakat setempat, dan dalam buku para Martir Roma, ia disebut Kristiana. Raja dan Ratu memintanya untuk mengajari mereka agama. Dengan kebebasan yang diberikan, Nino menyebarkan ajaran Kristen ke mana-mana dan bahkan diizinkan mendirikan gereja. Konon, saat pembangunan gereja, ada kesulitan mengangkat pilar besar, namun secara ajaib, pilar itu bergerak sendiri ke tempatnya di hadapan banyak orang. Raja kemudian mengirim utusan kepada Kaisar Konstantinus untuk meminta dikirimnya uskup dan imam untuk mengajar agama.
Cerita ini, yang dikarang Rufinus berdasarkan sumber dari putra Raja sendiri, Bakur, menjadi dasar tradisi iman di Georgia dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Kisah Santa Kristiana mengingatkan kita akan kekuatan iman yang tulus, keberanian dalam mengakui Kristus, dan kuasa Allah yang bekerja melalui hamba-Nya.
Refleksi Spiritual untuk Pekan Adven III
Pekan Adven III ini, dengan segala bacaan dan perayaan santo/santa-nya, mengundang kita untuk:
- Memperdalam Pengharapan: Menantikan kedatangan Kristus bukan hanya sebagai peristiwa masa lalu, tetapi juga sebagai kehadiran-Nya yang terus-menerus dalam hidup kita dan harapan akan kedatangan-Nya yang terakhir.
- Meningkatkan Doa dan Pertobatan: Seperti pemazmur, marilah kita memohon petunjuk Tuhan dan membersihkan hati kita dari dosa, agar siap menyambut Sang Raja.
- Menjadi Pengaku Iman: Meneladani Santa Kristiana dalam keberanian mengakui iman kita di tengah tantangan zaman, dengan kesederhanaan dan ketulusan.
- Mendengarkan Firman Tuhan: Memperhatikan suara Tuhan yang membimbing kita di jalan kebenaran, seperti yang dijanjikan dalam Kitab Yesaya.
Melalui bacaan-bacaan ini, kita diajak untuk mempersiapkan hati dan jiwa, agar ketika Sang Juruselamat datang, kita siap menyambut-Nya dengan sukacita dan iman yang teguh.

















