Misi Kerukunan Umat Beragama: Pilar Pembangunan Papua Barat Daya
Sorong – Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, baru-baru ini menekankan pentingnya penguatan misi kerukunan umat beragama sebagai fondasi krusial bagi pembangunan di Provinsi Papua Barat Daya. Dalam kunjungannya ke Sorong, beliau menginstruksikan seluruh jajaran Kementerian Agama (Kemenag) di seluruh penjuru negeri untuk mengimplementasikan sebuah pendekatan inovatif dalam kehidupan sehari-hari, yaitu Ekoteologi.
Ekoteologi, sebuah konsep teologi yang mendalami hubungan spiritual dan religius antara manusia dengan alam semesta, dipandang sebagai kunci untuk menciptakan harmoni tidak hanya antar sesama manusia, tetapi juga antara manusia dan lingkungan. Menteri Agama Nasaruddin Umar mengungkapkan kebanggaannya atas pengakuan internasional terhadap pendekatan ini, yang tercermin dalam Deklarasi Istiqlal-Vatikan.
Deklarasi Istiqlal-Vatikan, yang semakin diperkuat melalui kunjungan bersejarah Paus Fransiskus ke Masjid Istiqlal pada 5 September 2024, memuat empat pilar utama yang sangat relevan dengan upaya membangun kedamaian dan kesejahteraan. Keempat pilar tersebut adalah:
Melawan Dehumanisasi:
Pilar ini menekankan pentingnya menumbuhkan rasa hormat, martabat, belarasa, dan solidaritas persaudaraan di antara seluruh umat manusia. Ini berarti menghargai setiap individu tanpa memandang perbedaan latar belakang, keyakinan, atau status sosial. Dengan mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan universal, kita dapat mencegah tindakan yang merendahkan martabat manusia dan membangun masyarakat yang lebih inklusif.Menolak Kekerasan:
Poin krusial ini menyerukan penghentian segala bentuk peperangan dan konflik, terutama yang mengatasnamakan agama. Alih-alih menggunakan kekerasan, dialog antaragama dan antarbudaya didorong sebagai solusi utama dalam penyelesaian setiap perselisihan. Pendekatan dialogis ini membuka ruang untuk saling memahami, mencari titik temu, dan membangun perdamaian yang berkelanjutan.Menjaga Lingkungan:
Ekoteologi secara inheren mengajarkan tanggung jawab manusia terhadap kelestarian alam. Pilar ini mengimbau seluruh elemen masyarakat untuk mengambil tindakan tegas dan nyata demi menjaga kelestarian lingkungan. Alam dipandang sebagai warisan berharga yang harus dilestarikan untuk generasi mendatang. Upaya pelestarian lingkungan ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pengelolaan sampah, konservasi sumber daya alam, hingga pencegahan deforestasi.Memperkuat Kerja Sama Agama:
Pilar terakhir ini berfokus pada peningkatan kolaborasi antar pemimpin agama. Tujuannya adalah untuk bersama-sama merespons berbagai krisis global yang dihadapi dunia saat ini, seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan pandemi. Dengan menyatukan kekuatan dan perspektif dari berbagai agama, diharapkan dapat tercipta solusi yang lebih komprehensif dan efektif.
Gubernur Papua Barat Daya, Bapak Elisa Kambu, menyambut hangat pesan yang disampaikan oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar. Beliau mengibaratkan Tanah Papua sebagai miniatur Nusantara, sebuah gambaran yang sangat tepat mengingat keberagaman suku, agama, dan budaya yang hidup berdampingan di wilayah tersebut.
“Saya sampaikan, Tanah Papua adalah miniatur nusantara,” ujar Gubernur Kambu. Ia berharap agar keberagaman yang ada di tanah Papua ini dapat terus terjaga dengan baik. Dengan semangat kebersamaan dan toleransi, seluruh suku, agama, dan budaya di Papua Barat Daya diharapkan dapat terus hidup rukun dan harmonis, menjadi contoh nyata bagi pembangunan bangsa yang inklusif dan damai. Penguatan misi kerukunan umat beragama melalui pendekatan Ekoteologi ini diharapkan dapat menjadi katalisator positif bagi kemajuan dan kesejahteraan di Papua Barat Daya.

















