Pedagang Pasar Induk Kramat Jati Bertahan Pasca Kebakaran Hebat
Kebakaran dahsyat yang melanda Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, pada Senin pagi, 15 Desember 2025, menyisakan duka mendalam bagi ratusan pedagang. Api yang menjalar dengan cepat menghanguskan hampir seluruh kios, melenyapkan sumber mata pencaharian mereka dalam sekejap. Namun, semangat pantang menyerah para pedagang terlihat jelas di tengah puing-puing dan abu. Demi menyambung hidup dan melayani pelanggan setia, mereka kini terpaksa berjualan di emperan jalan dan memanfaatkan mobil bak terbuka sebagai lapak dadakan.
Situasi di lokasi kejadian pasca kebakaran menunjukkan betapa parahnya dampak yang ditimbulkan. Garis polisi membentang di sisi depan kios yang terbakar, menandakan area tersebut masih berbahaya dan belum bisa dimasuki. Di tengah keterbatasan ini, para pedagang menunjukkan kreativitas dan ketahanan mereka. Mereka menggelar lapak seadanya di trotoar dan area yang masih bisa dijangkau, berharap dapat meraih rezeki dari pelanggan yang datang. Tak hanya itu, beberapa pedagang bahkan melayani pembeli langsung dari mobil bak terbuka mereka, mengubah kendaraan menjadi kios berjalan.
Salah satu pedagang yang merasakan kerugian luar biasa adalah Wati (45), seorang penjual buah pepaya. Ia menceritakan bahwa kerugiannya mencapai puluhan juta rupiah. Kerugian ini dihitung dari puluhan ton buah pepaya yang hangus terbakar dalam peristiwa nahas tersebut.
“Banyak lah (kerugiannya). Kalau sekarang tetap jualan karena kemarin baru datang buah dari Sumatera tapi saya sebar ke beberapa titik (karena kiosnya kebakar),” ujar Wati dengan nada prihatin.
Menurut Wati, musibah itu datang begitu tiba-tiba. Malam sebelum kebakaran, kiosnya baru saja menerima kiriman dua truk penuh buah pepaya segar dari Sumatera. Buah-buahan yang dalam kondisi baik telah dipilah oleh anak buahnya untuk segera dikirim ke berbagai pelanggan. Namun, takdir berkata lain. Saat Wati sedang terlelap di pagi hari, ia menerima kabar mengejutkan dari pegawainya bahwa kiosnya dilalap api.
“Saya langsung ke sini, enggak sampai 10 menit sudah habis kios saya. Tadinya jam 08.00 WIB itu mau kirim ke pelanggan, tapi pukul 07.00 WIB sudah kebakaran,” jelasnya dengan mata berkaca-kaca.
Wati memperkirakan bahwa jumlah pedagang di Pasar Induk Kramat Jati mencapai sekitar 350 orang, dan sungguh memilukan bahwa 95 persen dari kios mereka ludes terbakar. Ia bersyukur bahwa petugas pemadam kebakaran sigap dalam menangani situasi.
“Kalau enggak ada pemadan habis semua kali itu pedagang yang di belakang. Soalnya kan pas kebakaran angin itu larinya ke belakang,” tambahnya, mengakui peran penting tim pemadam dalam mencegah kerugian yang lebih parah.
Upaya Pemulihan dan Tempat Penampungan Sementara
Menyadari kesulitan yang dihadapi para korban, pihak Perumda Pasar Jaya segera bergerak untuk memberikan solusi. Direktur Utama Perumda Pasar Jaya, Agus Himawan, menyatakan bahwa pihaknya sedang dalam proses menyiapkan tempat penampungan sementara bagi para pedagang yang terdampak kebakaran. Tujuannya adalah agar mereka dapat segera kembali berjualan dan memulihkan kembali perekonomian mereka.
Agus Himawan memberikan jaminan bahwa dalam kurun waktu tiga hari ke depan, para pedagang diharapkan sudah bisa kembali beraktivitas seperti sedia kala.
“Insya Allah, dalam tiga hari sudah bisa dipergunakan. Pasar Induk Kramat Jati akan tetap normal,” ujar Agus dengan optimisme pada Selasa, 16 Desember 2025.
Langkah ini diharapkan dapat meringankan beban para pedagang yang kini tengah berjuang keras untuk bangkit dari keterpurukan pasca kebakaran. Dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, akan sangat berarti dalam proses pemulihan Pasar Induk Kramat Jati.
Dampak Jangka Panjang dan Solidaritas Komunitas
Kebakaran Pasar Induk Kramat Jati tidak hanya menimbulkan kerugian materiil yang besar, tetapi juga mengancam stabilitas ekonomi para pedagang dan keluarganya. Banyak dari mereka yang bergantung sepenuhnya pada pendapatan dari berjualan di pasar ini. Hilangnya kios dan barang dagangan berarti hilangnya sumber utama penghasilan, yang dapat berdampak pada kebutuhan sehari-hari, biaya pendidikan anak, hingga pembayaran cicilan.
Situasi ini juga menyoroti kerentanan infrastruktur pasar tradisional terhadap bencana. Peristiwa ini menjadi pengingat penting bagi pengelola pasar dan pemerintah daerah untuk terus meningkatkan sistem keamanan, pencegahan kebakaran, dan kesiapsiagaan dalam menghadapi situasi darurat. Investasi dalam sistem deteksi dini kebakaran, penyediaan alat pemadam yang memadai, serta pelatihan rutin bagi para pedagang dan petugas pasar mengenai prosedur keselamatan kebakaran sangatlah krusial.
Di tengah kesulitan, terlihat geliat solidaritas di antara para pedagang. Mereka saling membantu, berbagi tempat, dan memberikan semangat satu sama lain. Solidaritas komunitas ini menjadi kekuatan penting dalam menghadapi cobaan. Pelanggan setia pun menunjukkan kepedulian mereka dengan tetap mencari cara untuk berbelanja, meskipun harus beradaptasi dengan kondisi berjualan yang berubah.
Keputusan untuk menyediakan tempat penampungan sementara adalah langkah awal yang sangat positif. Namun, pemulihan pasar secara keseluruhan akan membutuhkan waktu dan upaya yang lebih besar. Perlu adanya rencana jangka panjang untuk revitalisasi pasar, termasuk pembangunan kembali kios yang lebih aman dan modern, serta pemberdayaan pedagang agar lebih siap menghadapi tantangan di masa depan.
Peran serta masyarakat dalam mendukung para pedagang, misalnya dengan tetap berbelanja di pasar tersebut meskipun dalam kondisi yang belum sepenuhnya pulih, akan sangat membantu mempercepat proses pemulihan. Penggalangan dana atau bantuan non-tunai dari berbagai organisasi dan individu juga dapat menjadi tambahan dukungan yang berharga. Kebangkitan Pasar Induk Kramat Jati akan menjadi bukti ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana dan semangat untuk kembali membangun kehidupan yang lebih baik.

















