Persib Bandung di Ambang Sejarah: Ancaman Dominasi Tiga Musim Beruntun di Liga Indonesia
Memasuki penghujung tahun 2025, lanskap sepak bola Indonesia menampilkan sebuah potensi yang mulai mengkhawatirkan: dominasi sebuah klub yang kian tak terbendung. Persib Bandung, tim yang memiliki basis penggemar fanatik, kini bertengger kokoh di puncak klasemen Liga 1, membuka peluang besar untuk meraih gelar juara tiga musim berturut-turut. Pemandangan ini bukan sekadar tentang kesuksesan satu tim, melainkan sebuah sinyal ancaman terhadap kompetitivitas liga tertinggi di tanah air, yang berpotensi menjadi “milik” satu klub saja.
Fenomena liga yang didominasi oleh satu tim bukanlah hal baru, bahkan di negara-negara tetangga yang memiliki sejarah sepak bola yang lebih panjang. Singapura pernah menyaksikan Lion City Sailors menjadi penguasa mutlak, sementara di Malaysia, Johor Darul Ta’zim secara konsisten mendominasi. Di Thailand, Buriram United seringkali menjadi nama yang sudah diprediksi akan mengangkat trofi juara di awal musim. Di negara-negara tersebut, persaingan yang sehat seringkali tergerus karena sang juara sudah dapat ditebak sebelum kompetisi berakhir. Kini, Indonesia berpotensi mengikuti jejak tersebut, dengan Persib Bandung sebagai aktor utamanya.
Dominasi Persib Bandung di kancah domestik bukanlah cerita instan. Tim berjuluk Maung Bandung ini telah berhasil mengamankan gelar juara Liga 1 dalam dua musim terakhir, yaitu pada musim 2023/24 dan 2024/25. Perlu dicatat, gelar juara musim 2023/24 diraih melalui format babak championship yang kemudian dihapus, sementara gelar musim 2024/25 menjadi pembuktian mereka sebagai tim terbaik di kompetisi reguler.
Memasuki musim 2025/26, perjalanan Persib Bandung sempat diwarnai keraguan. Pasukan asuhan Bojan Hodak ini sempat terseok-seok di papan tengah pada awal musim. Namun, mental juara yang dimiliki tim ini perlahan mulai terlihat. Melalui serangkaian penampilan impresif, Thom Haye dan rekan-rekannya menunjukkan peningkatan performa yang signifikan, naik setapak demi setapak di tabel klasemen.
Setelah melewati 15 pertandingan, Persib Bandung akhirnya berhasil kembali menduduki singgasana klasemen Liga 1. Saat ini, mereka memuncaki daftar dengan perolehan 34 poin, sama dengan Borneo FC. Namun, keunggulan dalam rekor pertemuan (head-to-head) menempatkan Persib di posisi teratas.
Dengan komposisi tim yang mumpuni, Persib Bandung memiliki bekal yang sangat kuat untuk mempertahankan gelar juara untuk ketiga kalinya secara beruntun. Faktor-faktor pendukung dominasi mereka meliputi:
- Pelatih Berkualitas: Bojan Hodak, seorang pelatih yang dikenal dengan taktik cerdasnya, telah membuktikan kemampuannya dalam meramu tim yang solid dan mampu beradaptasi dengan berbagai situasi.
- Kedalaman Skuad: Persib Bandung memiliki pemain-pemain berkualitas di setiap lini, mulai dari penjaga gawang, lini pertahanan, tengah, hingga lini serang. Hal ini memungkinkan rotasi pemain tanpa menurunkan kualitas permainan tim.
- Potensi Finansial dari Liga Champions: Partisipasi dalam kompetisi sekelas Liga Champions Asia memberikan suntikan dana yang signifikan bagi klub. Jika Persib mampu secara konsisten lolos dan berprestasi di ajang tersebut, dominasi finansial mereka akan semakin tak terbendung, yang pada akhirnya akan memperkuat tim di level domestik.
“Sekarang kami memiliki poin sama dengan Borneo,” ujar pelatih Bojan Hodak, menyoroti persaingan ketat yang ada. “Kami fokus menghadapi laga berikutnya melawan Kediri, dan setelah itu kami akan melawan Persija. Baru setelah itu kita lihat, di mana posisi kami berada di akhir putaran pertama,” tambahnya, menunjukkan bahwa timnya tetap membumi dan tidak terlena dengan posisi puncak klasemen.
Pertanyaan besar yang menggantung di udara adalah, mampukah tim-tim lain seperti Borneo FC, Persija Jakarta, atau bahkan Malut United, yang juga menunjukkan performa menjanjikan, menghentikan laju dominasi Persib Bandung? Atau akankah Persib Bandung mencatatkan sejarah baru sebagai tim yang tak tertandingi di Liga Indonesia selama tiga musim berturut-turut, mengubah wajah kompetisi menjadi kurang kompetitif namun sarat dengan pencapaian individu sebuah klub? Jawabannya akan terungkap seiring berjalannya sisa musim 2025/26.
















