Aceh Tamiang Hancur Akibat Banjir Bandang
Aceh Tamiang kini berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan akibat banjir bandang yang melanda wilayah tersebut. Banyak rumah dan bangunan lainnya rusak parah, bahkan sebagian besar hancur total. Diperkirakan sebanyak 206.903 jiwa warga mengungsi ke tempat aman, sementara sejumlah besar penduduk kehilangan tempat tinggal mereka. Kondisi ini menimbulkan kebutuhan mendesak akan bantuan logistik, terutama makanan dan air bersih.
Banjir bandang yang terjadi di Aceh Tamiang membuat daerah tersebut terisolir. Akses ke wilayah tersebut sangat sulit, sehingga bantuan logistik yang diberikan tidak dapat mencapai lokasi yang paling terdampak. Banyak warga terpaksa mencari sisa-sisa makanan yang terbawa banjir untuk bertahan hidup. Mereka juga harus minum air dari genangan banjir, meskipun hal ini membahayakan kesehatan mereka.
Seorang jurnalis bernama Muhammad Irwan, yang juga menjadi korban banjir, melaporkan bahwa seluruh bangunan di Aceh Tamiang luluh lantak tanpa tersisa. Ia menyebut pemandangan yang dilihatnya mirip dengan suasana tsunami, di mana bangunan hancur, puing berserakan, dan beberapa jenazah ditemukan di genangan air. Hingga Selasa pagi, 2 Desember 2025, wilayah Aceh, khususnya Langsa dan Aceh Tamiang, masih dalam kondisi bencana parah.
Situasi yang Semakin Memburuk
Banyak warga terjebak dalam kondisi kelaparan dan kehausan akut setelah berhari-hari tanpa menerima bantuan. Irwan menjelaskan bahwa selama tiga hari terakhir ia dan keluarganya, bersama warga lainnya, terpaksa mencari sisa-sisa makanan yang hanyut terbawa banjir. Makanan instan yang basah, mie yang rusak, apa pun yang tersisa, mereka rebus dan makan untuk bertahan hidup.
“Hingga pagi ini, Selasa (2/12/2025), kondisi bencana di Aceh, terutama di Langsa dan Aceh Tamiang masih parah,” ungkapnya. “Untuk bertahan hidup, kami mencari sisa-sisa makanan yang terbawa banjir. Kami ambil seperti Indomie yang sudah basah, kami panasi, kami rebus, kami makan. Terus kami sangat kehausan. Kami untuk bertahan hidup kami harus ambil air minum dari banjir itu. Kami panasi, kami minum bersama keluarga.”
Situasi semakin memburuk karena hingga saat ini tidak ada bantuan logistik yang mencapai wilayah mereka. Menurut kesaksiannya, warga bahkan sempat berbondong-bondong menuju sebuah swalayan yang rusak diterjang banjir, hanya untuk mencari makanan apa pun yang bisa dimakan.
Bantuan yang Belum Sampai
Menurut Irwan, bantuan yang dikabarkan telah dibawa oleh Kapolda Aceh ke wilayah terdampak, tidak pernah sampai kepada mereka. Luasnya area bencana membuat banyak desa terputus dan tidak terjangkau pendistribusian. “Kami mencari-cari bantuan enggak tahu di mana. Kemarin Kapolda Aceh ada datang ke Aceh Tamiang membawa bantuan (pakai helikopter), tapi kami tidak dapat. Karena ini seluruh di Aceh Tamiang yang terkena yang berdampak banjir ini,” tutur Irwan.
Di tengah keterpurukan itu, jaringan komunikasi juga lumpuh total. Irwan menyebut bahwa tidak ada sinyal di Aceh Tamiang sejak aliran listrik padam. Untuk mengirim laporan ataupun sekadar mencari sinyal, ia harus menempuh perjalanan ke Kota Langsa yang pada pagi ini pun kembali mengalami pemadaman listrik.
Komedian Maell Lee Bersedih
Komedian dan pemain film Maell Lee turut merasa sedih atas dampak banjir bandang di Aceh Tamiang. Hatinya hancur karena kampung halamannya tersapu banjir. Pria bernama asli Tengku Haris Saputra ini terus menanti kabar keluarganya, yang terkena dampak banjir bandang dan longsor di Aceh Tamiang, Aceh.
Hal itu diungkapkan oleh Maell Lee lewat unggahannya di Instagram. Ia mengunggah video berisi Aceh Tamiang yang porak poranda akibat banjir bandang. “Sekarang sudah 4 hari keluarga, saudara & kawan tidak ada kabar. Listrik mati, internet mati,” tulis Maell Lee.
Maell Lee cemas karena berita nasional belum mengangkat situasi dan kondisi Aceh Tamiang, kampung halamannya. Ia pun mengkhawatirkan keluarga hingga warga disana. Ia meminta bantuan Presiden Indonesia Prabowo Subianto untuk peduli dengan wilayah Aceh Tamiang. “Bapak presiden @prabown kami mengharapkan sesegera mungkin perhatian & bantuannya. Semoga Kota yang terkena banjir selalu dalam lindungan allah,” tulisnya.
Korban Jiwa Banjir Sumatra Capai 753 Orang
Direktur Rumah Politik Indonesia, Fernando Emas, meminta agar pemerintah bisa segera menetapkan bencana banjir dan longsor di 3 provinsi Sumatra, yakni Sumatra Utara (Sumut), Aceh, dan Sumatra Barat (Sumbar), menjadi bencana nasional, mengingat jumlah korban yang terus bertambah.
Hingga Rabu (3/12/2025) ini, Presiden RI Prabowo Subianto belum menetapkan bencana banjir bandang di Sumatra ini menjadi bencana nasional, padahal berdasarkan data sementara, total korban tewas kini sudah mencapai 753 jiwa, 650 korban hilang, dan 2.600 korban luka-luka.
Penetapan Status Bencana Nasional
Unsur pengarah 5 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jonathan Victor Rembeth, menyampaikan alasan pemerintah belum menetapkan status bencana banjir di Sumatra menjadi bencana nasional karena beberapa pertimbangan. Dia mengatakan, dalam sejarah bencana di Indonesia, baru ada dua bencana yang ditetapkan sebagai bencana nasional, yakni Tsunami Aceh pada 2004 silam dan Covid-19.
Meski belum ditetapkan sebagai bencana nasional, Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian, mengatakan bahwa penanganan bencana di 3 provinsi Sumut itu sudah berskala nasional. “Untuk penetapan status Bencana Nasional, setahu saya sementara ini belum, setahu saya, mohon maaf kalau salah, mohon dikoreksi, tetapi perlakuannya sudah nasional,” ujar Tito di Kantor Kemendagri, Jakarta Pusat, Senin (1/12/2025).

















