Yordania Bergabung dalam Serangan Udara AS Melawan ISIS di Suriah
Amman, Yordania – Kerajaan Yordania mengonfirmasi partisipasinya dalam operasi udara yang dilancarkan oleh Amerika Serikat (AS) yang menargetkan posisi kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di wilayah selatan Suriah pada Sabtu, 20 Desember 2025. Angkatan Udara Kerajaan Yordania dilaporkan telah melaksanakan serangan presisi pada dini hari Jumat, 19 Desember 2025, dengan sasaran utama adalah sejumlah lokasi yang dikuasai oleh kelompok teroris tersebut. Aksi militer gabungan ini merupakan bagian dari upaya koalisi internasional yang lebih luas dalam memerangi ISIS.
Langkah strategis ini diambil untuk mencegah ISIS membangun kembali kekuatan mereka, yang berpotensi mengancam stabilitas regional. Yordania memandang operasi ini sangat krusial, terutama mengingat adanya indikasi penguatan kembali aktivitas ISIS di Suriah bagian selatan.
Respons AS atas Serangan Mematikan Dekat Palmyra
Amerika Serikat melancarkan aksi balasan sebagai respons atas serangan mematikan yang terjadi pada 13 Desember 2025 di sekitar Palmyra, Suriah tengah. Serangan tersebut merenggut nyawa dua prajurit AS: Sersan Edgar Brian Torres Tovar (25) asal Des Moines, Iowa, dan Sersan William Nathaniel Howard (29) dari Marshalltown, Iowa. Kedua prajurit yang gugur tersebut merupakan bagian dari Garda Nasional Iowa, dan insiden ini juga menyebabkan tiga personel lainnya dari unit yang sama mengalami luka-luka.
Operasi balasan ini diberi nama “Operation Hawkeye”, sebuah penamaan yang merujuk pada julukan negara bagian Iowa sebagai “Negara Bagian Mata Elang”. Operasi ini berhasil menghantam sekitar 70 target yang terkait dengan ISIS. Sasaran serangan mencakup infrastruktur vital serta lokasi penyimpanan senjata yang tersebar di berbagai wilayah Suriah. Perencanaan serangan ini dirancang secara cermat untuk melemahkan sisa-sisa kekuatan ISIS dan secara bersamaan menekan ancaman yang mungkin ditimbulkan terhadap pasukan AS yang beroperasi di kawasan tersebut.
Pernyataan Balasan Pemerintah AS Melalui Pejabat Tinggi

Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, menyampaikan pesan yang tegas mengenai serangan balasan tersebut melalui platform media sosial X. Ia menyatakan, “Ini bukan awal dari sebuah perang — ini adalah pernyataan balas dendam. AS, di bawah kepemimpinan Presiden Trump, tidak akan pernah ragu dan tidak akan pernah berhenti untuk membela rakyat kami.” Pernyataan ini menegaskan komitmen AS untuk melindungi warganya dan memberikan tanggapan yang keras terhadap pihak-pihak yang mengancam keamanan mereka.
Presiden Donald Trump juga turut memberikan pengumuman terkait respons militer AS melalui platform Truth Social. Ia menulis, “Dengan ini saya mengumumkan bahwa AS sedang memberikan pembalasan yang sangat serius, seperti yang saya janjikan, kepada teroris pembunuh yang bertanggung jawab.”
Presiden Trump lebih lanjut menjelaskan bahwa AS sedang melancarkan serangan yang sangat kuat terhadap benteng-benteng pertahanan ISIS di Suriah. Ia menggambarkan Suriah sebagai wilayah yang penuh tantangan namun memiliki potensi masa depan yang cerah apabila ISIS berhasil dimusnahkan. Menariknya, Presiden Trump juga menyampaikan bahwa pemerintah Suriah memberikan dukungan penuh terhadap langkah militer yang diambil oleh AS.
Operasi Lanjutan Koalisi untuk Menekan Jaringan ISIS

Sejak serangan yang dilancarkan pada bulan ini, pasukan AS bersama dengan mitra-mitra koalisinya telah menjalankan setidaknya 10 operasi terpisah. Operasi-operasi ini dilaporkan telah berhasil menewaskan atau menahan sekitar 23 individu yang diduga terlibat dalam aktivitas ISIS. Selain itu, dalam rangkaian operasi tersebut, aparat keamanan juga berhasil mengamankan sejumlah perangkat elektronik yang mengandung informasi intelijen penting. Data yang diperoleh dari perangkat-perangkat ini kemudian dimanfaatkan secara strategis untuk menentukan sasaran serangan udara pada pekan-pekan berikutnya.
Yordania sendiri tercatat sebagai salah satu negara mitra kunci yang telah bergabung dalam berbagai serangan gabungan melawan ISIS. Hingga saat ini, ratusan tentara Amerika masih ditempatkan di Suriah. Penempatan pasukan ini merupakan bagian dari misi jangka panjang yang bertujuan untuk memberantas ISIS, sebuah kelompok yang sempat menguasai wilayah luas di Suriah dan Irak sejak pertengahan dekade 2010-an.
Para pejabat AS mengindikasikan bahwa pihak yang bertanggung jawab atas serangan mematikan terhadap prajurit mereka memiliki keterkaitan dengan dinas keamanan dalam negeri Suriah. Namun, hubungan langsung antara pihak tersebut dengan struktur komando ISIS belum sepenuhnya terkonfirmasi. Hingga berita ini diturunkan, ISIS sendiri belum mengeluarkan klaim resmi atas tanggung jawab mereka terhadap serangan yang terjadi.














