Sebuah Surat Tulus dari Hati: Terima Kasih Saudaraku di Malaysia
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Kepada saudara-saudaraku yang Allah muliakan di Malaysia, semoga rahmat dan perlindungan-Nya senantiasa menyertai setiap langkah kehidupan kalian. Surat ini terlahir dari lubuk hati yang paling dalam, dibalut rasa haru yang tak terhingga, bahkan tak mampu tertahan hingga meneteskan air mata. Kabar kedatangan kalian, uluran tangan yang tulus membawa bantuan bagi saudara-saudari kami di Aceh dan Sumatera yang tengah dilanda musibah, sungguh mengharukan.
Di saat hujan deras dan banjir bandang meninggalkan luka mendalam, di kala tanah longsor merenggut nyawa dan memadamkan harapan, kehadiran kalian bukanlah sebagai orang asing. Kalian datang sebagai saudara sejati. Membawa bukan hanya bantuan logistik yang sangat dibutuhkan, tetapi juga sebuah pesan kuat bahwa kami tidak sendirian dalam menghadapi cobaan ini.
Ucapan terima kasih takkan pernah cukup untuk menggambarkan betapa besar rasa syukur kami. Jazakumullahu khairan katsiran. Semoga setiap rupiah yang kalian sisihkan, setiap langkah yang kalian tempuh, dan setiap niat baik yang kalian panjatkan, senantiasa dibalas oleh Allah dengan keberkahan yang berlipat ganda.
Sejujurnya, hati kami sempat merasakan perih ketika mendengar adanya suara-suara yang meremehkan uluran tangan kalian. Ada perkataan yang tidak pantas dilontarkan, seolah lupa bahwa nilai kemanusiaan tidak pernah bisa diukur dari besaran materi semata. Namun, kami mohon, jangan biarkan hal tersebut melukai ketulusan dan kebaikan hati kalian.
Ketahuilah, di sini, kami begitu banyak merasakan syukur. Kami berterima kasih. Kami terharu. Bagi kami, kepedulian adalah anugerah terindah. Sekadar mengetahui ada yang peduli saja sudah membuat dada terasa lebih lapang. Di tengah hiruk-pikuk kehidupan dunia yang terkadang terasa dingin, masih ada manusia yang terpanggil untuk mendengar jeritan duka tanpa diminta, lalu bergerak tanpa banyak bicara untuk memberikan pertolongan.
Saudaraku, saya menulis surat ini dengan mata yang basah oleh air mata. Memang benar, saya bukanlah warga Sumatera. Keluarga saya pun tidak sedang berdiri di tengah genangan air atau reruntuhan rumah akibat banjir. Namun, luka yang mereka rasakan, kepedihan yang mereka alami, terasa hingga ke sini. Sebab, ketika satu saudara menangis, seharusnya yang lain pun turut merasakan perihnya.
Terima kasih telah hadir untuk menenangkan luka itu. Terima kasih telah membuktikan bahwa empati dan rasa kemanusiaan masih hidup dan bersemayam di hati banyak orang. Kami justru banyak sekali belajar dari kalian. Belajar tentang kepekaan terhadap sesama, tentang keberanian untuk peduli, tentang hakikat kemanusiaan yang tidak pernah menunggu sorotan publik. Di saat sebagian dari kami mungkin masih sibuk bertanya dan menilai, kalian memilih untuk datang dan membantu dengan segenap hati.
Malaysia, selama ini kami mengenal kalian melalui senyum ceria anak-anak kembar dalam serial Upin dan Ipin. Serial itu telah mengajarkan sopan santun, kejujuran, dan indahnya persaudaraan kepada anak-anak Indonesia. Kini, kami menyadari sepenuhnya bahwa nilai-nilai mulia tersebut bukanlah sekadar cerita fiksi. Kalian membuktikannya dengan perbuatan nyata. Akhlak yang hidup dan terwujud dalam tindakan, bukan hanya ditampilkan di layar kaca.
Saudaraku, bencana banjir yang melanda Sumatera memang meninggalkan duka dan pilu yang mendalam dan berkepanjangan. Namun, uluran tangan kalian telah menjelma menjadi kekuatan yang luar biasa. Ia menjadi penopang bagi mereka yang hampir putus asa. Menjadi alasan kuat untuk kembali bangkit, berdiri tegak, dan melanjutkan hidup dengan hati yang lebih tabah. Terima kasih telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kekuatan penguat itu.
Kami pun ingin memohon, jika berkenan, doakanlah negeri kami, Indonesia. Doakanlah agar Indonesia dianugerahi pemimpin yang adil, amanah, dan bijaksana. Doakan agar kami senantiasa dapat hidup dengan lebih tenang, bekerja dengan layak, dan menjalani hari-hari tanpa harus terus-menerus menyaksikan luka yang tercipta akibat keserakahan dan ketidakpedulian.
Tolong, panjatkanlah doa-doa itu bersama kami ke langit. Kami merindukan kedamaian. Kami merindukan rasa aman di negeri sendiri. Doakan kami agar diberi pemimpin yang berhati bersih, yang memimpin dengan nurani, bukan semata-mata didorong oleh hawa nafsu. Doakan kami, agar bangsa ini dapat belajar dari kebaikan sejati, seperti yang telah kalian contohkan kepada kami.
Saudaraku di Malaysia, sekali lagi, terima kasih banyak telah mengajarkan kami arti persaudaraan yang sesungguhnya, persaudaraan yang tidak mengenal batas wilayah negara. Semoga Malaysia senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT. Damai negerinya, sejahtera rakyatnya, dan diberkahi setiap niat baik yang tercurah darinya.
Salam cinta dan hormat yang tulus,
Seorang Warga Negara Indonesia
yang menyimpan rasa terima kasih dan kasih sayang mendalam
untuk saudara-saudaranya di Malaysia.

















