Amerika Serikat, sebuah negara yang dikenal dengan kekuatan militernya, kembali mengumumkan ambisi besar di bidang maritim. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada Senin, 22 Desember 2025, membeberkan rencana revolusioner untuk membangun armada kapal perang baru. Trump mengklaim bahwa kapal-kapal yang akan dibangun ini akan memiliki kemampuan yang jauh melampaui generasi sebelumnya, seratus kali lebih kuat, lebih cepat, dan lebih besar dari kapal perang yang ada saat ini.
Inisiatif ini dirancang tidak hanya untuk memperkuat dominasi Angkatan Laut Amerika Serikat di lautan dunia, tetapi juga sebagai langkah awal dalam membangun dua armada baru. Proyek ambisius ini direncanakan akan terus berkembang, dengan target akhir mencakup pembangunan 20 hingga 25 kapal perang baru. Trump menekankan pentingnya modernisasi armada, menyatakan, “Kita belum membangun kapal perang sejak tahun 1994. Kapal-kapal canggih ini akan menjadi beberapa kapal perang permukaan yang paling mematikan, selain kapal selam kita.” Pernyataan ini menggarisbawahi visi strategis untuk memastikan keunggulan teknologi dan kekuatan tempur Angkatan Laut AS di masa depan.
Kapal Perang Futuristik dengan Kemampuan Nuklir
Menteri Angkatan Laut AS, John Phelan, memberikan rincian lebih lanjut mengenai spesifikasi kapal perang baru ini. Ia menjelaskan bahwa kapal-kapal ini dirancang untuk menghasilkan daya tembak yang luar biasa besar. Komponen-komponen krusial untuk pembangunan kapal-kapal canggih ini akan diproduksi di berbagai wilayah di seluruh Amerika Serikat, yang menunjukkan komitmen terhadap industri dalam negeri dan penciptaan lapangan kerja.
Lebih dari sekadar meriam besar, kapal-kapal baru ini akan dibekali dengan teknologi persenjataan mutakhir. Mereka akan mampu membawa rudal jelajah yang diluncurkan dari laut dan yang paling signifikan, akan dilengkapi dengan senjata nuklir. Kemampuan ini akan secara dramatis meningkatkan kemampuan proyeksi kekuatan dan daya tangkal strategis Amerika Serikat.
Dari segi ukuran, kapal-kapal ini akan memiliki bobot antara 30.000 hingga 40.000 ton. Ukuran yang masif ini akan membuat mereka jauh lebih besar dibandingkan dengan kapal perusak dan kapal penjelajah yang saat ini menjadi tulang punggung armada AS. Dengan spesifikasi tersebut, armada baru ini diklaim sebagai kapal permukaan paling mematikan dan kapal perang terbesar dalam sejarah Amerika Serikat.
Keterlibatan Langsung Presiden dalam Desain
Presiden Trump sendiri menunjukkan ketertarikan yang mendalam terhadap detail proyek ini. Sebelumnya, ia pernah menyuarakan ketidakpuasannya terhadap penampilan kapal-kapal militer AS yang dianggapnya kurang mengesankan. Atas dasar keprihatinan tersebut, Trump menyatakan akan terlibat langsung dalam proses desain bersama dengan Angkatan Laut.
“Kita akan mengembalikan Amerika Serikat sebagai kekuatan pembuatan kapal utama,” tegas Trump, menggarisbawahi tekadnya untuk merevitalisasi industri maritim domestik. “Kita akan memastikan Amerika Serikat memiliki armada paling kuat di dunia, dan untuk jangka waktu yang lama di masa depan, dengan kapal perang yang membantu memimpin.” Pernyataan ini mencerminkan ambisi AS untuk tidak hanya mempertahankan, tetapi juga memperkuat posisinya sebagai pemimpin maritim global.
Konteks Strategis dan Perkembangan Armada
Pengumuman pembangunan kapal perang baru ini datang hanya beberapa hari setelah Angkatan Laut AS mempublikasikan rencana untuk kelas kapal baru lainnya, yaitu fregat yang disebut FF(X). Fregat ini dirancang untuk melengkapi kapal perang multi-misi yang lebih besar. Menteri Phelan menjelaskan bahwa desain fregat FF(X) akan didasarkan pada rancangan yang sudah ada dari pembuat kapal HII, yang juga telah digunakan oleh Penjaga Pantai AS.
Rencana pengembangan fregat baru ini muncul di tengah kabar kurang menggembirakan mengenai kelas fregat Constellation. Pada akhir November, Menteri Phelan mengumumkan bahwa empat dari enam kapal yang direncanakan dari kelas fregat Constellation akan dibatalkan. Keputusan ini mungkin mencerminkan penyesuaian strategi atau prioritas dalam Angkatan Laut AS.
Perkembangan armada AS ini juga terjadi dalam konteks persaingan geopolitik yang semakin ketat. Amerika Serikat diketahui tertinggal jauh di belakang Tiongkok dalam hal jumlah kapal di Angkatan Lautnya. Sebuah laporan kepada Kongres pada awal tahun ini menyoroti kekhawatiran para pejabat militer AS dan pengamat lainnya mengenai laju pesat upaya pembangunan kapal yang dilakukan oleh Tiongkok. Oleh karena itu, investasi besar dalam modernisasi armada kapal perang baru ini dapat dilihat sebagai respons strategis AS untuk menjaga keseimbangan kekuatan di kawasan dan global.

















