Kebakaran dahsyat yang melahap Gedung PT Terra Drone Indonesia di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat, pada Selasa, 9 Desember 2025, telah meninggalkan luka mendalam sebagai salah satu insiden industri paling mematikan tahun ini. Tragedi ini tidak hanya merenggut nyawa 22 orang, tetapi juga secara gamblang mengungkap lemahnya standar keselamatan kerja yang diterapkan di lingkungan perusahaan teknologi tersebut.
Akar Masalah: Enam Bentuk Kelalaian Serius
Hasil penyelidikan mendalam yang dilakukan oleh pihak kepolisian membeberkan adanya enam bentuk kelalaian serius dalam pengelolaan gedung dan operasional perusahaan. Kelalaian-kelalaian ini dinilai memiliki peran langsung dalam memicu kebakaran yang meluas serta menghambat upaya penyelamatan para korban. Sebagai konsekuensi dari temuan tersebut, Direktur Utama PT Terra Drone Indonesia, Michael Wishnu Wardana, telah resmi ditetapkan sebagai tersangka.
Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Susatyo Purnomo Condro, menegaskan bahwa rangkaian kelalaian ini mencerminkan kegagalan manajemen dalam memenuhi standar keselamatan dasar. Kondisi ini, menurut para penyidik, membuat para korban terjebak dan tidak memiliki peluang memadai untuk menyelamatkan diri saat kobaran api mulai melalap seluruh gedung.
Rincian Enam Kelalaian yang Mengakibatkan Penetapan Tersangka
Manajemen PT Terra Drone Indonesia, di bawah kepemimpinan Michael Wishnu Wardana, diduga kuat tidak menjalankan kewajiban dasar dalam pengelolaan risiko, terutama yang berkaitan dengan penanganan material berbahaya dan sistem keselamatan gedung. Investigasi mengungkapkan beberapa poin krusial:
- Tidak Menyusun Standar Prosedur Operasional (SOP) Penyimpanan Baterai Berbahaya: Michael Wishnu Wardana tidak memastikan adanya prosedur standar yang jelas dan aman untuk penyimpanan baterai berbahaya, yang merupakan komponen krusial dalam operasional drone.
- Tidak Menunjuk Petugas Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3): Perusahaan dinilai lalai dalam menunjuk petugas yang bertanggung jawab secara spesifik untuk memastikan implementasi dan pengawasan aspek kesehatan dan keselamatan kerja.
- Mengabaikan Pelatihan Keselamatan bagi Karyawan: Karyawan PT Terra Drone Indonesia tidak mendapatkan pelatihan keselamatan yang memadai, sehingga mereka tidak siap menghadapi situasi darurat seperti kebakaran.
- Tidak Menyediakan Ruang Penyimpanan Sesuai Standar untuk Bahan Mudah Terbakar: Fasilitas penyimpanan untuk bahan-bahan yang mudah terbakar, termasuk baterai, tidak memenuhi standar keamanan yang seharusnya, meningkatkan risiko penyebaran api.
- Tidak Menyediakan Pintu Darurat yang Memadai: Keberadaan dan aksesibilitas pintu darurat tidak dipastikan, sehingga menghambat jalur evakuasi bagi penghuni gedung.
- Tidak Memastikan Jalur Evakuasi Berfungsi: Jalur evakuasi yang seharusnya menjadi rute aman bagi karyawan untuk keluar dari gedung saat terjadi keadaan darurat, tidak diperiksa dan dipastikan fungsinya secara berkala.
Akumulasi dari keenam kelalaian ini, menurut kepolisian, secara signifikan memperbesar dampak kebakaran dan menyulitkan upaya korban untuk menyelamatkan diri.
Kronologi dan Penyebab Awal Kebakaran
Penyelidikan lebih lanjut menguak bahwa api di Gedung PT Terra Drone Indonesia awalnya dipicu oleh insiden jatuhnya baterai lithium polymer (LiPo) berkapasitas besar. Baterai dengan daya 30.000 mAh ini jatuh dari tumpukan penyimpanannya, memunculkan percikan api yang kemudian menjadi pemicu awal kebakaran. Saksi mata di lokasi kejadian mengonfirmasi bahwa percikan api tersebut dengan cepat menyambar baterai lain yang berada di sekitarnya.
Api kemudian membesar dengan cepat di ruang inventori atau gudang pemetaan yang terletak di lantai satu. Ruangan ini diketahui digunakan untuk menyimpan berbagai jenis baterai drone, termasuk baterai yang rusak dan yang sedang dalam proses perbaikan. Dalam temuan polisi, ditemukan pula penumpukan enam hingga tujuh baterai LiPo dalam kondisi rusak bersama dengan baterai lainnya, yang semakin meningkatkan potensi bahaya.
Peristiwa kebakaran ini diperkirakan terjadi antara pukul 12.15 hingga 12.20 WIB. Laporan awal kebakaran baru diterima oleh petugas pemadam kebakaran pada pukul 12.43 WIB. Armada pemadam kebakaran berhasil tiba di lokasi sekitar pukul 12.50 WIB dan berjuang keras memadamkan api. Kobaran api akhirnya berhasil dipadamkan sepenuhnya pada pukul 14.10 WIB, setelah berlangsung selama hampir dua jam.
Tragedi ini menjadi pengingat penting akan urgensi penerapan standar keselamatan kerja yang ketat, terutama di industri yang melibatkan material berpotensi bahaya. Investigasi yang terus berlanjut diharapkan dapat memberikan kejelasan lebih lanjut dan memastikan akuntabilitas bagi semua pihak yang bertanggung jawab atas insiden memilukan ini.

















