Aiptu Agus Basuki Rahmat: Dari Seragam Polisi Menuju Kesegaran Es Buah Sambut Purna Tugas
Menjelang akhir masa baktinya di Kepolisian, Aiptu Agus Basuki Rahmat memilih untuk menjalani hari-harinya dengan cara yang unik, sederhana, namun penuh makna. Alih-alih hanya berdiam diri menanti momen pensiun tiba, ia justru menyibukkan diri dengan kegiatan yang produktif, jauh dari kesan formalitas seragam yang telah puluhan tahun melekat pada dirinya. Dengan senyum khasnya, Aiptu Agus kini lebih akrab dengan sendok, pisau, dan aneka potongan buah segar yang menjadi bahan utama usahanya.
Di luar jam dinas, Aiptu Agus dengan penuh ketelatenan meracik es teler dan salad buah. Awalnya, kegiatan ini hanyalah pengisi waktu luang semata. Namun, seiring berjalannya waktu, usaha kecil yang ia rintis ini justru berkembang pesat. Tidak hanya menjadi sumber penghasilan tambahan, tetapi juga menjadi wadah baru baginya untuk menyalurkan semangat dan kreativitas yang selama ini terpendam.
“Biar tangan tetap sibuk, pikiran tetap segar,” ujarnya sambil tertawa ringan, sebuah kalimat sederhana yang mencerminkan cara Aiptu Agus memaknai masa transisi menuju pensiun. Baginya, pensiun bukanlah sebuah akhir dari segala aktivitas, melainkan sebuah awal untuk menata ritme kehidupan yang baru. Selama bertahun-tahun mengabdi, Aiptu Agus terbiasa dengan kedisiplinan, tanggung jawab, dan dedikasi tinggi kepada masyarakat. Nilai-nilai fundamental inilah yang kini ia bawa dan terapkan dalam usaha kecilnya berjualan es buah bersama sang istri.
Baru-baru ini, Aiptu Agus juga telah mengikuti Latihan Keterampilan yang diselenggarakan oleh Polres Wonosobo khusus bagi anggota yang menjelang purna tugas di tahun 2025 ini. Pelatihan ini semakin memperkaya bekalnya dalam menghadapi babak baru kehidupannya.
Setiap mangkuk es teler dan salad buah yang diraciknya dibuat dengan penuh ketelitian. Hal ini seolah mencerminkan prinsip kerja dan profesionalisme yang selama ini ia pegang teguh sebagai seorang anggota Kepolisian Republik Indonesia. Ketelitian dalam memilih buah, kesegaran bahan, hingga cara penyajiannya, semuanya diperhatikan dengan seksama.
Tak jarang, rekan-rekan sejawatnya di kepolisian maupun warga sekitar menjadi pelanggan setia dagangannya. Bagi mereka, membeli es buah buatan Aiptu Agus bukan semata-mata urusan rasa, tetapi juga bentuk apresiasi atas ketekunan, semangat positif, dan inspirasi yang ia tularkan. Kehadirannya di balik meja jualan, dengan senyum ramahnya, justru mampu menghadirkan kehangatan tersendiri di tengah kesibukan.
Dari meja dinas yang penuh tanggung jawab, berpindah ke meja jualan yang penuh warna, Aiptu Agus secara nyata menunjukkan bahwa dedikasi tidak selalu harus terwujud dalam bentuk seragam kebesaran dan pangkat. Dedikasi sejati juga dapat hadir dalam kesungguhan menjalani setiap hari, kemauan untuk terus berkarya tanpa henti, dan keberanian untuk memulai sesuatu yang baru, bahkan di usia yang tidak lagi muda.
Menjelang momen purna tugasnya, Aiptu Agus Basuki Rahmat memilih untuk melangkah dengan tenang dan penuh optimisme. Dengan sendok buah di tangannya dan semangat yang tetap menyala di dada, ia membuktikan sebuah prinsip penting: masa pensiun bukanlah tentang berhenti beraktivitas, melainkan tentang bagaimana terus memberi yang terbaik bagi diri sendiri dan lingkungan, dengan hati yang tetap dingin dalam menghadapi tantangan, dan pikiran yang jernih dalam mengambil setiap keputusan. Usaha es buahnya kini menjadi simbol semangat baru, bukti bahwa pengabdian dapat terus berlanjut dalam berbagai bentuk.

















