Upaya Kolaboratif Pemetaan Banjir di Sumatera: Perpaduan Teknologi Drone dan Satelit
Bencana banjir yang melanda sebagian wilayah Sumatera telah memicu respons cepat dari berbagai pihak. Pusat Penginderaan Jauh Institut Teknologi Bandung (ITB) bersama dengan kelompok penerbang drone yang dikenal sebagai Sky Volunteer, melalui inisiatif ‘Fly for Humanity’, turut serta dalam upaya pemetaan sebaran lokasi terdampak banjir. Inisiatif ini menggabungkan kekuatan teknologi mutakhir seperti drone, data satelit, dan sistem machine learning untuk menghasilkan gambaran yang komprehensif mengenai kondisi di lapangan.
Septian Firmansyah, salah seorang anggota program Sky Volunteer, menjelaskan bahwa proses pemetaan ini masih terus berlangsung mengingat luasnya area yang terdampak. “Pemetaan masih berlangsung karena daerah terdampaknya luas banget,” ungkap Septian.
Teknologi di Balik Pemetaan Banjir
Tim pemetaan ini mengandalkan berbagai sumber data dan teknologi untuk mengidentifikasi dampak banjir secara akurat. Beberapa metode yang digunakan meliputi:
- Data Satelit: Pemanfaatan data dari satelit multispektral Sentinel 2 dan satelit radar Sentinel 1 memberikan gambaran luas mengenai area yang tergenang air. Data satelit ini mampu menembus awan dan memberikan informasi yang konsisten, bahkan dalam kondisi cuaca buruk.
- Sistem Machine Learning: Algoritma machine learning digunakan untuk menganalisis dan mengolah data mentah dari satelit dan drone. Sistem ini mampu mengidentifikasi pola-pola tertentu yang mengindikasikan keberadaan banjir, serta membedakan antara area yang tergenang air dan area lain yang mungkin terlihat serupa.
- Penerbangan Drone: Drone memberikan pandangan udara yang lebih detail dan spesifik di area-area yang sulit dijangkau. Melalui kamera yang terpasang, drone dapat mengidentifikasi:
- Kondisi infrastruktur, seperti jembatan yang masih bisa dilalui atau jembatan yang terputus akibat banjir.
- Lokasi pusat-pusat pengungsian yang didirikan oleh warga terdampak.
- Pos-pos pendukung yang disiapkan untuk bantuan kemanusiaan.
- Pendekatan Koreksi Topografi: Metode ini memastikan bahwa data yang dihasilkan akurat dengan memperhitungkan kontur dan elevasi permukaan tanah, sehingga meminimalkan kesalahan interpretasi akibat perbedaan ketinggian.
Jangkauan Pemetaan di Tiga Provinsi Sumatera
Upaya pemetaan ini mencakup wilayah yang sangat luas di tiga provinsi di Sumatera, yaitu Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Sebaran Banjir di Aceh
Di Provinsi Aceh, pantauan drone dan data satelit telah mengidentifikasi sebaran banjir di berbagai kabupaten/kota, di antaranya:
- Aceh Besar
- Pidie
- Pidie Jaya
- Lhokseumawe
- Bener Meriah
- Aceh Timur
- Langsa
- Aceh Barat
- Aceh Tenggara
- Aceh Selatan
- Aceh Singkil
Sebaran Banjir di Sumatera Utara
Sementara itu, di Sumatera Utara, area yang menjadi fokus pengamatan meliputi:
- Langkat
- Medan
- Deli Serdang
- Serdangbedagai
- Humbang Hasundutan
- Pakpak Bharat
- Sibolga
- Padang Sidempuan
- Mandailing Natal
Sebaran Banjir di Sumatera Barat
Untuk Provinsi Sumatera Barat, area yang terdampak banjir dan sedang dipetakan antara lain:
- Padang
- Solok
- Pariaman
- Padang Pariaman
- Tanahdatar
- Bukittinggi
- Limapuluh Kota
- Agam
- Pasaman Barat
Analisis Luas Area Terdampak
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Pusat Penginderaan Jauh ITB, analisis awal menunjukkan bahwa luasan banjir terbesar di Sumatera Utara terkonsentrasi di Kabupaten Langkat, mencapai sekitar 33 ribu hektare. Di Sumatera Barat, banjir terluas tercatat di Kabupaten Pasaman Barat, dengan luasan sekitar 9,5 hektare.
Analisis terhadap daerah aliran sungai (DAS) juga memberikan gambaran yang lebih mendalam. Area dengan banjir terluas di Aceh adalah DAS Krueng Lueng, yang tergenang air seluas 31,8 ribu hektare. Di wilayah lain, DAS Tamiang mencatat luasan terdampak banjir sebesar 22,4 ribu hektare, diikuti oleh DAS Singkil dengan 20,3 ribu hektare.
Pemanfaatan Data untuk Mitigasi Bencana
Hasil pemetaan yang melibatkan berbagai instansi pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan komunitas lokal ini akan dibagikan dan dimanfaatkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Data ini krusial untuk merencanakan strategi penanggulangan bencana yang lebih efektif, terutama dalam mengidentifikasi jalur-jalur daerah yang masih terisolir akibat banjir.
Septian menambahkan bahwa fokus pemetaan terbaru diarahkan pada daerah-daerah yang tidak hanya terdampak banjir, tetapi juga longsor. “Fokus pemetaannya pada daerah terdampak banjir dan longsor untuk mengantisipasi ancaman berikutnya,” tegasnya. Upaya ini menunjukkan komitmen untuk tidak hanya merespons bencana yang sudah terjadi, tetapi juga untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan mitigasi terhadap potensi bencana di masa mendatang.

















