Lonjakan Harga Bahan Pokok di Pasar Maros Jelang Akhir Tahun: Konsumen Keluhkan Kenaikan Signifikan
Maros, Sulawesi Selatan – Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2026, harga berbagai komoditas bahan pokok di Pasar Batangase, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan terpantau terus mengalami kenaikan tajam. Tidak hanya itu, ketersediaan stok dari para distributor juga dilaporkan semakin terbatas, menambah kekhawatiran para pedagang dan konsumen.
Kenaikan harga ini, menurut para pedagang, mulai terasa signifikan sejak akhir November 2025. Berbagai kebutuhan pokok mengalami lonjakan harga yang cukup memberatkan, memaksa konsumen untuk berhemat dan mengurangi jumlah pembelian mereka.
Komoditas yang Mengalami Kenaikan Harga Paling Signifikan
Beberapa komoditas utama yang mengalami kenaikan harga paling mencolok antara lain:
- Bawang Merah: Komoditas ini mengalami lonjakan harga paling drastis. Jika sebelumnya bawang merah dapat dibeli dengan kisaran Rp40.000 per kilogram, kini harganya melonjak hingga mencapai Rp60.000 per kilogram.
- Cabai Rawit: Menyusul bawang merah, harga cabai rawit juga mengalami kenaikan signifikan. Dari harga awal Rp35.000 per kilogram, kini banderolnya telah mencapai Rp60.000 per kilogram.
- Kacang Tanah: Harga kacang tanah yang sebelumnya dijual seharga Rp28.000 per kilogram, kini telah merangkak naik menjadi Rp35.000 per kilogram.
- Gula Merah: Kenaikan juga terjadi pada gula merah. Dari harga Rp18.000 per kilogram, kini harganya telah mencapai Rp25.000 per kilogram.
- Telur Ayam: Komoditas telur ayam dilaporkan tidak pernah turun dari harga Rp50.000 per kilogramnya.
Mitha Makmur, salah seorang pedagang di Pasar Batangase, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap situasi ini. “Telur bahkan sudah tidak pernah turun dari harga Rp50 ribu,” ujarnya saat ditemui di lapak dagangannya yang berlokasi tidak jauh dari pintu masuk pasar pada Rabu (17/12/2025).
Faktor-faktor Penyebab Kenaikan Harga
Para pedagang mengidentifikasi beberapa faktor utama yang menyebabkan lonjakan harga ini:
Cuaca Buruk Mempengaruhi Pasokan
Menurut Mitha, kenaikan harga pada bawang merah dan cabai sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca buruk yang melanda wilayah tersebut. Cuaca buruk ini berdampak langsung pada hasil panen para petani, yang pada akhirnya memengaruhi ketersediaan stok barang di tingkat pedagang. Hasil panen yang menurun menyebabkan pasokan menjadi langka, sehingga harga pun terpaksa dinaikkan untuk menutupi biaya operasional dan mengimbangi kelangkaan barang.
Kelangkaan Barang Impor dan Peningkatan Produksi Lokal
Untuk komoditas kacang tanah, Mitha menjelaskan bahwa tidak adanya pasokan dari barang impor menjadi salah satu penyebab utama kenaikan harga. Dengan minimnya pasokan impor, permintaan terhadap produksi lokal pun meningkat. Namun, peningkatan permintaan ini tidak diimbangi dengan peningkatan produksi yang signifikan, sehingga harga kacang tanah lokal pun ikut terkerek naik.
Dampak Program Pemerintah
Kenaikan harga telur ayam, menurut Mitha, juga tidak terlepas dari dampak program “Makan Bergizi Gratis” (MBG) yang dijalankan oleh pemerintah. Program ini diketahui meningkatkan permintaan telur ayam secara signifikan. “Kalau telur, selama ada program Makan Bergizi Gratis (MBG) memang sudah tidak pernah turun,” imbuhnya. Peningkatan permintaan yang tinggi ini, ditambah dengan faktor produksi yang mungkin tidak dapat mengimbangi secara instan, menyebabkan harga telur tetap stabil di level tinggi.
Dampak Terhadap Daya Beli Konsumen
Lonjakan harga bahan pokok ini secara signifikan memengaruhi daya beli konsumen. Banyak konsumen yang terpaksa mengubah kebiasaan belanja mereka.
“Mereka mengurangi kalau biasa ambil 1/2 kilogram, sekarang sisa 1/4. Ada yang bisa mengerti ada juga yang langsung kabur kalau tau harganya,” jelas Mitha mengenai perubahan perilaku konsumen.
Khadijah, salah seorang pembeli yang ditemui di pasar, mengungkapkan beban yang dirasakannya akibat tingginya harga bahan pokok saat ini. “Sepandai-pandainya saja mengatur bagaimana, dikurangi pembeliannya, karena kalau mau belanja langsung banyak, boncos juga,” tuturnya, menggambarkan kesulitan dalam mengelola anggaran belanja rumah tangga.
Ia menambahkan bahwa kenaikan harga tidak hanya terjadi pada satu atau dua komoditas saja, melainkan hampir seluruh kebutuhan pokok mengalami lonjakan yang tajam. Situasi ini memaksa para ibu rumah tangga untuk lebih kreatif dalam mengatur pengeluaran.
Harapan Konsumen Terhadap Pemerintah
Menjelang momen penting seperti perayaan akhir tahun, Khadijah, seorang ibu dari empat anak, menyampaikan harapannya agar pemerintah dapat segera turun tangan untuk menstabilkan harga bahan pokok di pasaran.
“Apalagi ini mau tahun baru, pasti banyak orang yang mau bikin acara sama keluarganya, jadi butuh banyak bahan pokok,” tutupnya, menekankan urgensi intervensi pemerintah untuk memastikan ketersediaan dan keterjangkauan bahan pokok bagi masyarakat, terutama menjelang hari raya.
Pemerintah diharapkan dapat segera melakukan evaluasi dan mengambil langkah-langkah konkret, seperti memastikan kelancaran distribusi, mengendalikan spekulasi pasar, atau bahkan melakukan operasi pasar jika diperlukan, demi meringankan beban masyarakat di tengah lonjakan harga yang terus terjadi.

















