Aceh Masih Berjuang: 103 Titik Longsor Menanti Penanganan Pasca Bencana
Bencana alam yang melanda Provinsi Aceh meninggalkan luka mendalam, tidak hanya pada infrastruktur fisik tetapi juga pada kehidupan masyarakat. Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Aceh mengonfirmasi bahwa hingga kini, sebanyak 103 titik longsor masih belum tertangani akibat dampak bencana tersebut. Angka ini menunjukkan skala kehancuran yang luar biasa, di mana dari total 171 titik longsor yang teridentifikasi, baru 68 titik yang berhasil mendapatkan penanganan.
Kepala Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional BPJN Aceh, Fikri Afzal, menjelaskan tantangan di balik penanganan yang belum tuntas ini. “103 titik belum penanganan karena memang titik longsornya itu berurutan. Jadi kita harus menangani dari awal-awal titik longsor, setelah itu tertangani baru kita bisa mengakses ke depannya,” ujar Fikri dalam sebuah konferensi pers yang diadakan di Posko Komando Tanggap Darurat Bencana Aceh pada Selasa, 16 Desember 2025. Prioritas utama diberikan pada titik-titik longsor yang menghalangi akses untuk menuju titik longsor lainnya, menciptakan efek domino yang kompleks dalam upaya pemulihan.
Dampak Luas pada Jaringan Jalan dan Jembatan
Bencana ini tidak hanya berdampak pada skala lokal, tetapi juga melumpuhkan sebagian besar jaringan jalan nasional di Aceh. Fikri Afzal merinci bahwa bencana telah memengaruhi 38 ruas jalan nasional dari total 166 ruas yang ada. Ruas-ruas jalan yang terdampak meliputi lintas timur, tengah, barat, dan juga jalur penghubung vital antar wilayah.
Lebih lanjut, kerusakan infrastruktur ini juga mencakup 16 unit jembatan yang dilaporkan terputus. Selain itu, teridentifikasi 303 titik badan jalan yang mengalami putus atau hilang total akibat amukan alam.
Upaya Pemulihan Jembatan: Prioritas Akses Vital
Dari 16 titik jembatan nasional yang putus, BPJN Aceh saat ini tengah memfokuskan penanganan pada lima titik yang dianggap paling krusial. Kelima jembatan ini merupakan akses utama menuju ruas jalan atau lokasi lain yang juga terdampak parah.
- Lintas Timur Aceh:
- Krueng Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya: Jembatan ini dilaporkan sudah kembali fungsional sejak 12 Desember lalu, memberikan sedikit kelegaan bagi masyarakat di wilayah tersebut.
- Krueng Tingkeum, Bireuen: Penanganan di jembatan ini melibatkan bantuan dari TNI. Saat ini, tengah dilakukan pemasangan jembatan sementara jenis bailey pada jalur alternatif di Awe Geutah. Proses pemasangan lantai jembatan dan pembuatan akses masuk sedang berlangsung, dengan target dapat dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat pada 18 Desember.
Jantung Aceh Tengah Masih Terisolasi
Fikri Afzal mengakui bahwa wilayah tengah Aceh menjadi area yang paling parah terdampak bencana. Kota Takengon, sebagai pusat kabupaten, menghadapi isolasi yang signifikan. Akses menuju pusat kabupaten dari arah timur maupun barat dilaporkan masih terputus total.
Meskipun demikian, upaya pemulihan terus dilakukan. Satu unit jembatan di Tepin Mane telah berhasil diselesaikan dan operasional sejak 15 Desember 2025. Jembatan ini mampu melayani kendaraan roda empat untuk jarak tempuh hingga 40 kilometer ke depan. Namun, tantangan masih besar, karena masih ada tujuh unit jembatan lain di wilayah ini yang terputus dan belum dapat diakses.
Situasi ini menuntut kerja keras dan koordinasi yang intensif dari berbagai pihak. Pemulihan infrastruktur pasca-bencana di Aceh merupakan proses panjang yang membutuhkan dukungan berkelanjutan dari pemerintah, lembaga terkait, serta partisipasi aktif dari masyarakat untuk kembali membangun Aceh yang lebih tangguh.

















