Sistem pendingin udara atau air conditioner (AC) pada kendaraan, baik mobil konvensional maupun mobil listrik, memang dikenal sebagai salah satu komponen yang menyedot tenaga atau daya baterai. Mematikan AC pada mobil konvensional berpotensi meningkatkan tenaga mesin, sementara pada mobil listrik, mematikannya dapat memperpanjang jarak tempuh dengan menghemat daya baterai. Namun, keputusan untuk mematikan AC seringkali menimbulkan dilema terkait kenyamanan penumpang.
Kapan Sebaiknya AC Mobil Dihidupkan atau Dimatikan?
Menurut Dewa, seorang pemilik bengkel spesialis AC mobil di Yogyakarta, mematikan AC mobil saat perjalanan sebenarnya tidak selalu diperlukan, kecuali dalam situasi darurat yang membutuhkan optimalisasi tenaga mesin secara maksimal. Ia menekankan bahwa sistem AC modern telah dirancang sedemikian rupa untuk dapat beroperasi dalam berbagai kondisi berkendara, mulai dari kecepatan tinggi di jalan tol, tanjakan curam, hingga manuver lainnya.
“Selama AC mobil dirawat dengan baik, oli kompresor diganti rutin, setiap ada gejala kerusakan segera diperiksa dan diperbaiki, kejadian kompresor overheat di jalan sangat kecil potensinya,” ujar Dewa. Ia menambahkan bahwa mematikan AC saat berkendara kencang di jalan tol justru dapat mengurangi kenyamanan penumpang yang mungkin merasa gerah.
Mekanisme Kerja Kompresor AC
Perlu dipahami bahwa jenis kompresor AC mobil yang umum digunakan saat ini adalah jenis yang terhubung dan terputus (on-off) melalui magnetic clutch. Kompresor ini bekerja secara adaptif sesuai dengan kebutuhan sistem dan mampu menyesuaikan tekanan freon di dalamnya. Beberapa jenis kompresor bahkan dilengkapi dengan saluran bypass yang akan aktif ketika tekanan freon di dalam sistem AC terdeteksi terlalu tinggi. Mekanisme ini dirancang untuk mencegah kerusakan dan memastikan efisiensi kerja AC.
Namun, ada situasi spesifik di mana mematikan AC menjadi pilihan yang bijak. Ketika sebuah kendaraan membutuhkan tenaga mesin maksimal, misalnya untuk balapan atau saat menaklukkan tanjakan yang sangat curam dan panjang, mematikan AC akan mengurangi beban kerja mesin. Hal ini memungkinkan seluruh tenaga mesin terfokus pada penggerak roda, sehingga performa kendaraan dapat lebih optimal.
“Tergantung kebutuhan, bila mobil mau dipakai balapan, dipacu oleh waktu, ya mending dimatikan AC-nya biar tidak ada beban mesin, jadi mobil bisa lebih ngebut,” jelas Dewa.
AC Mobil Listrik dan Pengaruhnya pada Jarak Tempuh
Berbeda dengan mobil konvensional, dampak mematikan AC pada mobil listrik memiliki implikasi yang lebih signifikan terhadap jarak tempuh. Jayan Sentanuhady, seorang Dosen Teknik Mesin dari Universitas Gadjah Mada (UGM), memberikan pandangannya mengenai hal ini.
Menurut Jayan, mematikan AC pada mobil listrik dapat menjadi strategi penting dalam kondisi darurat untuk memperpanjang jarak tempuh. Situasi seperti ketika Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) masih berada cukup jauh dan daya baterai menipis, pengemudi mobil listrik sangat disarankan untuk mengurangi konsumsi daya non-esensial.
“Dalam kondisi darurat, seperti keberadaan SPKLU masih cukup jauh, sebenarnya pengemudi mobil listrik bisa menghemat baterai agar jarak tempuhnya lebih panjang dan berpeluang tidak mogok di jalan,” terang Jayan.
Komponen-komponen sistem AC, termasuk kompresor, kipas blower, dan berbagai sensor, seluruhnya membutuhkan pasokan daya listrik yang disuplai dari baterai utama kendaraan. Konsumsi daya listrik untuk mengoperasikan AC pada mobil listrik bisa cukup besar dan berdampak langsung pada sisa daya baterai yang tersedia untuk menggerakkan motor listrik.
Oleh karena itu, Jayan menyarankan agar pengemudi mobil listrik mempertimbangkan untuk tidak menggunakan AC jika kondisi memungkinkan, terutama saat menghadapi situasi yang memerlukan penghematan daya baterai secara maksimal.
“Tak usah pake AC dulu, agar daya listrik di dalam baterai benar-benar dimanfaatkan untuk menghasilkan jarak tempuh,” imbuhnya.
Kesimpulannya, mematikan AC pada kendaraan sebaiknya hanya dilakukan pada kondisi-kondisi darurat yang memang membutuhkan pengoptimalan tenaga mesin atau penghematan daya baterai. Selama kendaraan beroperasi dalam kondisi normal dan terawat dengan baik, sistem AC dapat digunakan tanpa kekhawatiran berlebih, bahkan saat berkendara dalam kecepatan tinggi atau melewati medan yang menanjak. Perawatan rutin dan pemeriksaan berkala terhadap sistem AC adalah kunci untuk memastikan performa optimal dan mencegah potensi masalah yang tidak diinginkan.

















