Patung Yesus Sibea-bea: Permata Baru di Jantung Danau Toba
Di antara sekian banyak pesona alam dan budaya yang ditawarkan kawasan Danau Toba, sebuah objek wisata baru muncul sebagai daya tarik utama yang tak terbantahkan: Patung Yesus yang berdiri megah di Sibea-bea, Kabupaten Samosir. Patung ini bukan sekadar sebuah monumen keagamaan, melainkan sebuah karya seni monumental yang diklaim sebagai patung Yesus tertinggi di dunia. Kawasan ini kini dikenal sebagai wisata Bukit Sibea-bea, atau sering pula disebut pantai Sibea-bea, menawarkan pengalaman yang memukau bagi setiap pengunjung.
Perjalanan menuju Sibea-bea ini sendiri telah menjadi sebuah petualangan tersendiri. Danau Toba, yang membentang luas dengan panjang lebih dari 100 kilometer dan lebar lebih dari 30 kilometer, menghadirkan tantangan sekaligus keindahan. Mengitari danau ini, baik di tepiannya maupun sedikit menjauh, mengungkapkan betapa besarnya danau ini hingga menyentuh tujuh kabupaten di Sumatera Utara. Aksesibilitas yang belum sepenuhnya terhubung antar tepian danau, seperti antara Kabupaten Dairi dan Samosir, menambah nuansa eksotis pada penjelajahan.
Namun, di tengah potensi alam yang luar biasa, banyak objek wisata di sekitar Danau Toba masih berkutat pada skala lokal. Inilah yang membuat Patung Yesus Sibea-bea menonjol. Penataannya dilakukan dengan kualitas tinggi, mengusung selera desain internasional yang memanjakan mata. Pilihan tanaman dan bunga yang tepat, serta lingkungan yang tertata apik, menciptakan sebuah destinasi kelas bintang lima yang siap bersaing di kancah global.
Perjalanan Inspiratif di Balik Megahnya Patung
Inisiator di balik proyek ambisius ini adalah Sudung Situmorang, seorang pensiunan Kepala Kejaksaan Tinggi Jakarta yang kini menjabat sebagai komisaris utama salah satu anak perusahaan Pertamina. Pengalaman masa kecilnya di Sibea-bea, saat ia harus melepaskan sapi-sapi milik ayahnya tanpa alas kaki dan kemudian mencarinya di padang rumput yang luas, menjadi latar belakang unik bagi kisah suksesnya.
Setelah menempuh pendidikan di SMA Katolik Santo Mikhael Pangururan dan melanjutkan studi hukum di Unkris Jakarta, Sudung Situmorang telah membangun karier yang gemilang. Meskipun berasal dari keluarga Katolik, perjalanannya membawanya untuk berintegrasi dengan berbagai komunitas, termasuk teman-teman Protestan saat kuliah dan memiliki istri yang beragama Kristen. Perbedaan keyakinan ini tidak menjadi hambatan, melainkan justru memperkaya pandangannya.
Ambisi Global: Keinginan Patung Diberkati Sri Paus
Salah satu impian terbesar Sudung Situmorang adalah agar patung Yesus di Sibea-bea dapat diberkati langsung oleh pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia, Sri Paus. Ambisi ini terwujud ketika Paus Fransiskus dijadwalkan mengunjungi Indonesia. Sudung segera menghubungi Uskup Cornelius Sipayung di Medan, yang kemudian mengoordinasikan proses ini dengan Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta.
Uskup Sipayung sendiri tak sungkan turun tangan, melakukan perjalanan rahasia ke Sibea-bea hingga tiga kali untuk memastikan segala sesuatunya sesuai dengan usulan dan standar yang diharapkan. Upaya gigih ini akhirnya membuahkan hasil. Sri Paus berkenan memberkati patung tersebut, meskipun tidak dilakukan secara langsung di Sibea-bea. Sudung diminta untuk membuat miniatur patung berukuran 90 cm, yang kemudian dibawa ke Jakarta untuk diberkati.
Miniatur yang diberkati ini kini ditempatkan di depan patung tertinggi di dunia tersebut. Ketika dilihat dari dekat, patung yang diberkati tersebut tampak mungil di latar depan, kontras dengan kemegahan patung utamanya. Miniatur patung Yesus yang diberkati ini dibuat di Ambarawa, Jawa Tengah, menambah sentuhan artistik dari berbagai daerah di Indonesia.
Keindahan Lanskap dan Desain Arsitektural
Proyek Sibea-bea ini tidak lepas dari peran penting arsitek Daulat Situmorang, yang masih memiliki hubungan keluarga dengan Sudung. Kepiawaian Daulat dalam menata kawasan ini patut diacungi jempol. Patung Yesus hanyalah salah satu daya tarik utama, namun penataan lingkungan sekitarnya, termasuk area pantai di tepi Danau Toba, dirancang dengan sangat indah. Latar belakang Danau Toba yang dikelilingi perbukitan dan pegunungan semakin memperkaya pemandangan.
Setengah jam sebelum mencapai puncak patung, pengunjung akan disuguhi pemandangan yang memukau. Jalan yang berkelok-kelok, tebing-tebing curam, dan jurang yang dalam, dengan Danau Toba terbentang jauh di bawah, menciptakan lanskap yang seolah mirip dengan Swiss. Untuk mencapai patung Yesus yang berada di ketinggian 1.800 meter, pengunjung harus menuruni gunung melalui jalan berliku hingga mencapai ketinggian 1.100 meter.
Harapan Baru untuk Pariwisata Toba
Meskipun perjalanan menuju Sibea-bea mungkin terasa jauh dan menantang, terutama bagi pengunjung yang datang dari luar kota seperti Medan, pengalaman yang ditawarkan sangatlah sepadan. Dari Sidikalang, perjalanan mobil hanya memakan waktu sekitar dua jam, namun untuk mencapai Sidikalang dari Medan membutuhkan waktu lima jam. Alternatif lain adalah melalui Medan-Siantar dengan jalan tol, namun dari Siantar menuju Toba, jalanan yang sempit dan padat menjadi tantangan tersendiri, ditambah lagi dengan keharusan menyeberang menggunakan kapal menuju Pulau Samosir.
Di Pulau Samosir, perjalanan dilanjutkan dengan mobil selama dua jam menuju ujung pulau di Tano Ponggol. Di kelurahan Siogong-ogong, terdapat jembatan baru yang membentang indah di atas air Danau Toba, sebuah mahakarya arsitektur yang menambah pesona kawasan ini. Dari sana, barulah perjalanan menuju Bukit Sibea-bea dilanjutkan.
Saat senja mulai menjelang pada kunjungan penulis, area Sibea-bea masih dipadati pengunjung, sebuah bukti nyata betapa besarnya daya tarik objek wisata ini. Keberadaan Patung Yesus Sibea-bea kini telah memberikan Danau Toba sebuah sajian wisata yang setara dengan kebesaran namanya sendiri. Ini adalah pencapaian luar biasa yang berkat kegigihan dan visi satu orang bernama Sudung, yang dulunya hanyalah seorang penggembala sapi.

















