Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh menerapkan strategi unik dan efektif dalam penanganan pascabencana banjir bandang yang melanda Kabupaten Pidie Jaya. Empat ekor gajah jinak diterjunkan langsung ke lapangan untuk membantu membersihkan tumpukan kayu dan material berat yang terbawa arus banjir dan menumpuk di area permukiman warga.
Pemanfaatan gajah-gajah terlatih ini dipandang sebagai solusi yang lebih aman, efisien, dan mampu mempercepat proses pemulihan di wilayah-wilayah yang terdampak bencana.
“Kami membawa empat ekor gajah terlatih, yang semuanya berasal dari Pusat Latihan Gajah (PLG) Saree,” ujar Kepala KSDA Wilayah Sigli Aceh, Hadi Sofyan.

Keempat gajah tersebut, yang masing-masing bernama Abu, Mido, Ajis, dan Noni, tiba di lokasi bersama para mahout atau pawang mereka. Setibanya di Gampong Meunasah Bie, Kecamatan Meurah Dua, Pidie Jaya, mereka langsung dikerahkan untuk mengangkat dan memindahkan puing-puing kayu yang berserakan di sekitar rumah-rumah warga.
Hadi Sofyan menjelaskan bahwa tugas utama keempat gajah jinak ini adalah membantu membersihkan material-material berat di titik-titik lokasi yang sulit dijangkau oleh alat-alat berat.
“Target kami adalah membersihkan lokasi-lokasi terdampak banjir bandang di Kecamatan Meureudu dan Meurah Dua, Kabupaten Pidie Jaya,” jelasnya.
Selain bertugas mengangkut kayu dan material berat lainnya, gajah-gajah ini juga ditugaskan untuk membuka kembali akses jalan yang tertutup oleh material banjir. Mereka juga siap membantu proses evakuasi jika masih ditemukan korban di lokasi bencana.
Membantu Penyaluran Logistik ke Daerah Terpencil
Kehadiran gajah-gajah ini tidak hanya dimanfaatkan untuk membersihkan puing-puing. Tenaga dan kemampuan mereka untuk melewati medan yang sulit juga dimanfaatkan untuk mengantarkan bantuan logistik kepada warga yang terisolasi akibat banjir. Kekuatan dan ketahanan gajah memungkinkan mereka untuk melewati jalur-jalur yang terjal dan licin, sehingga mempermudah pendistribusian bantuan kepada para korban yang sangat membutuhkan.
“Kami akan bertugas di sini selama tujuh hari, hingga tanggal 14 Desember 2025,” ungkap Hadi Sofyan.
Bukan Kali Pertama Terlibat dalam Misi Kemanusiaan
Menariknya, keempat gajah ini bukanlah “pemain baru” dalam operasi kemanusiaan. Mereka memiliki pengalaman yang cukup panjang dalam membantu penanganan bencana, termasuk saat membantu membersihkan puing-puing akibat tsunami Aceh pada tahun 2004 silam.
“Berdasarkan pengalaman sebelumnya, termasuk saat tsunami di Aceh, kehadiran gajah sangat membantu dalam membersihkan puing-puing,” imbuhnya.
Fokus Utama di Pidie Jaya, Siap Membantu Daerah Lain Jika Dibutuhkan
Saat ini, fokus utama BKSDA Aceh adalah Kabupaten Pidie Jaya. Hal ini dikarenakan akses menuju kabupaten-kabupaten lain masih sulit dilalui dan memerlukan survei lebih lanjut untuk memastikan keamanan dan kelayakan jalur. Meskipun demikian, Hadi Sofyan menegaskan bahwa pihaknya siap untuk dikerahkan ke daerah lain apabila kondisi memungkinkan dan bantuan dari gajah-gajah tersebut dibutuhkan.
“Sejauh ini, kami belum bergerak ke daerah lain karena masih perlu melakukan survei dan akses ke kabupaten lain belum bisa dijangkau. Namun, ke depannya, jika diperlukan, kami siap membantu,” tegasnya.
Manfaat Gajah dalam Penanganan Bencana:
- Kekuatan dan Daya Angkut: Gajah memiliki kekuatan yang luar biasa dan mampu mengangkut beban berat, sehingga sangat efektif untuk memindahkan kayu, puing, dan material berat lainnya.
- Kemampuan Melewati Medan Sulit: Gajah dapat melewati medan yang sulit dijangkau oleh kendaraan lain, seperti jalan berlumpur, terjal, dan berbatu.
- Membuka Akses Jalan: Gajah dapat membantu membuka kembali akses jalan yang tertutup oleh material banjir, sehingga mempermudah proses evakuasi dan pendistribusian bantuan.
- Efisiensi Waktu: Pemanfaatan gajah dapat mempercepat proses pembersihan dan pemulihan pascabencana.
- Alternatif yang Ramah Lingkungan: Dibandingkan dengan penggunaan alat berat, pemanfaatan gajah merupakan alternatif yang lebih ramah lingkungan.
- Membantu Evakuasi Korban: Gajah dapat digunakan untuk mengevakuasi korban yang terjebak di lokasi bencana.
- Mendistribusikan Logistik: Gajah dapat mengangkut dan mendistribusikan logistik ke wilayah-wilayah terpencil yang sulit dijangkau.
- Pengalaman dan Keahlian: Gajah-gajah yang dikerahkan memiliki pengalaman dalam membantu penanganan bencana, sehingga mereka sudah terlatih dan siap untuk bekerja di lapangan.
Tantangan dalam Pemanfaatan Gajah:
Meskipun memiliki banyak manfaat, pemanfaatan gajah dalam penanganan bencana juga memiliki beberapa tantangan, antara lain:
- Ketersediaan Gajah Terlatih: Jumlah gajah terlatih yang siap untuk dikerahkan dalam operasi penanganan bencana masih terbatas.
- Logistik dan Transportasi: Memindahkan gajah dari satu lokasi ke lokasi lain membutuhkan logistik dan transportasi yang memadai.
- Perawatan dan Kesehatan Gajah: Gajah membutuhkan perawatan dan kesehatan yang baik agar dapat bekerja secara optimal di lapangan.
- Keamanan Gajah dan Pawang: Keamanan gajah dan pawang harus menjadi prioritas utama selama operasi penanganan bencana.
- Koordinasi dengan Pihak Terkait: Koordinasi yang baik dengan pihak-pihak terkait, seperti pemerintah daerah, BPBD, dan masyarakat setempat, sangat penting untuk memastikan kelancaran operasi.

















