Industri multifinance di Indonesia tengah menghadapi gelombang transformasi digital yang pesat, membawa potensi ancaman siber yang semakin nyata. Menyadari hal ini, PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) mengambil langkah strategis untuk memperkuat pertahanan digitalnya, memastikan pertumbuhan bisnis yang aman dan berkelanjutan di era modern.
Presiden Direktur CNAF, Ristiawan Suherman, membeberkan bahwa perusahaan menerapkan strategi keamanan siber yang kokoh dengan berfokus pada tiga pilar utama: pencegahan, deteksi dini, dan respons insiden. Pendekatan berlapis ini dirancang untuk meminimalkan risiko serangan siber dan memastikan kelancaran operasional perusahaan.
“CNAF menerapkan strategi penguatan keamanan siber dengan berfokus kepada tiga pilar yaitu pencegahan, deteksi dini, dan respons insiden kejadian,” ungkap Ristiawan.
Selain penguatan keamanan siber, CNAF juga berkomitmen untuk terus melakukan modernisasi platform digitalnya. Langkah ini mencakup efisiensi proses bisnis dan peningkatan kualitas layanan nasabah. Tujuannya adalah untuk mendorong pertumbuhan bisnis yang tidak hanya pesat, tetapi juga aman dan berkelanjutan, sejalan dengan ekspektasi nasabah yang semakin tinggi.
Investasi Teknologi untuk Ketahanan Siber
Menunjukkan komitmennya terhadap adaptasi digital dan keamanan, CNAF telah meningkatkan alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk pengembangan teknologi informasi (TI) pada tahun ini. Meskipun Ristiawan tidak merinci besaran peningkatannya, ia menegaskan bahwa investasi ini sejalan dengan fokus perusahaan untuk memperkuat kapabilitas keamanan siber dan memastikan stabilitas operasional.
“Hal ini sejalan dengan fokus perusahaan untuk memperkuat kapabilitas keamanan siber dan memastikan stabilitas operasional. Selain itu CNAF terus melakukan transformasi signifikan dalam membangun pertahanan siber melalui penguatan organisasi, teknologi, dan tata kelola,” jelasnya.
Proporsi belanja TI ini mencerminkan prioritas CNAF dalam memperkuat ketahanan siber. Lebih dari itu, investasi ini juga memastikan kemampuan perusahaan untuk terus melakukan improvement dan beradaptasi dengan perkembangan zaman, serta mendukung kebutuhan bisnis yang kian mengarah pada digitalisasi.
Peran Asosiasi dalam Menghadapi Ancaman Siber
Menanggapi isu keamanan siber yang krusial ini, Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) turut memberikan pandangannya. Ketua Umum APPI, Suwandi Wiratno, mengingatkan bahwa tidak ada sistem TI yang sepenuhnya kebal terhadap serangan siber.
“Saya ingin mengingatkan kepada seluruh perusahaan tolong dijaga keamanan sistemnya secara infrastruktur. Kalaupun sudah aman, potensinya pun tetap masih ada dan kita enggak bisa mengelak dari situasi yang ada,” ujar Suwandi.
Ia menekankan pentingnya menjaga keamanan infrastruktur sistem secara menyeluruh. Meskipun sistem telah dirasa aman, potensi serangan siber tetap ada dan tidak dapat dihindari sepenuhnya.
Dalam situasi terburuk, yaitu ketika perusahaan telah terkena serangan siber, Suwandi menyarankan agar fokus segera dialihkan pada upaya pemulihan sistem. Kecepatan dan efektivitas dalam melakukan pemulihan sistem menjadi kunci untuk meminimalkan kerugian dan dampak negatif yang ditimbulkan oleh serangan tersebut.
Tindakan pencegahan, deteksi dini, dan respons yang cepat, ditambah dengan investasi berkelanjutan pada teknologi serta kesadaran akan potensi ancaman, menjadi strategi krusial bagi industri multifinance untuk tetap relevan dan aman di tengah lanskap digital yang terus berubah.

















