Emas Menguat, Perak Lampaui Rekor Sejarah di Tengah Gejolak Global dan Harapan Suku Bunga Rendah
Pasar komoditas logam mulia menunjukkan dinamika yang menarik di akhir tahun. Emas terpantau melanjutkan tren penguatannya, sementara perak mencatatkan lonjakan signifikan hingga mencapai level tertinggi sepanjang sejarah. Fenomena ini dipicu oleh kombinasi memburuknya ketegangan geopolitik global dan ekspektasi yang kian menguat mengenai pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve Amerika Serikat pada tahun mendatang.
Pada penutupan perdagangan, harga emas di pasar spot tercatat menguat 0,5% mencapai US$4.363,21 per ons. Angka ini nyaris menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa yang pernah dicapai pada bulan Oktober lalu, yaitu di atas US$4.381. Sementara itu, perak menunjukkan performa yang lebih impresif, dengan kenaikan 0,5% yang membawanya ke level US$67,46 per ons.
Faktor Pendorong Penguatan Logam Mulia
Pergerakan harga emas yang positif ini melanjutkan reli yang telah berlangsung selama dua pekan berturut-turut. Pelaku pasar mulai mengantisipasi langkah Federal Reserve (The Fed) untuk memangkas suku bunga sebanyak dua kali di tahun 2026. Proyeksi ini muncul setelah rilis serangkaian data ekonomi Amerika Serikat pekan lalu yang belum memberikan gambaran jelas mengenai arah kebijakan moneter bank sentral tersebut. Bahkan, Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara terbuka mendorong penurunan suku bunga secara agresif.
Di sisi lain, lonjakan harga perak tidak hanya didorong oleh ekspektasi kebijakan moneter yang lebih longgar, tetapi juga oleh arus dana spekulatif yang masuk ke pasar. Ditambah lagi, pasokan yang semakin ketat masih menjadi bayang-bayang pasar, sebuah konsekuensi dari short squeeze bersejarah yang terjadi pada bulan Oktober. Volume perdagangan kontrak berjangka perak di Shanghai melonjak drastis di awal bulan ini, hampir menyamai level yang terjadi saat krisis pasokan beberapa bulan sebelumnya.
Kebijakan moneter yang cenderung lebih longgar secara fundamental menjadi sentimen positif bagi kedua logam mulia ini. Hal ini dikarenakan emas dan perak, sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil bunga, menjadi semakin menarik ketika biaya pinjaman dana menjadi lebih rendah.
Gejolak Geopolitik Sebagai Katalisator Tambahan
Selain faktor kebijakan moneter, ketegangan geopolitik global juga memainkan peran krusial dalam memperkuat daya tarik emas dan perak sebagai aset lindung nilai (safe haven). Amerika Serikat diketahui telah memperketat blokade minyak terhadap Venezuela dengan tujuan meningkatkan tekanan terhadap pemerintahan Presiden Nicolás Maduro.
Di belahan dunia lain, Ukraina dilaporkan untuk pertama kalinya berhasil menyerang kapal tanker minyak yang merupakan bagian dari armada bayangan Rusia di Laut Mediterania. Insiden ini menambah daftar panjang ketidakpastian global yang mendorong investor untuk mencari aset yang dianggap lebih aman.
Kinerja Historis di Akhir Tahun
Baik emas maupun perak menutup tahun ini dengan kinerja yang luar biasa, bahkan menuju kenaikan tahunan terkuat sejak tahun 1979. Harga perak tercatat telah melonjak lebih dari dua kali lipat sepanjang tahun ini. Sementara itu, emas mengalami penguatan sekitar dua pertiga. Kedua pergerakan ini sangat didorong oleh pembelian agresif dari bank sentral di berbagai negara serta arus masuk dana yang signifikan ke produk exchange-traded fund (ETF) berbasis emas.
Data menunjukkan bahwa ETF berbasis emas telah mencatatkan arus masuk dana selama lima pekan berturut-turut. Peningkatan kepemilikan emas dalam ETF juga terlihat konsisten setiap bulan sepanjang tahun ini, kecuali pada bulan Mei.
Di pasar perak, lonjakan permintaan yang tajam ditambah dengan pasokan yang kian menipis di berbagai pusat perdagangan utama telah menjadi penopang utama harga dalam beberapa pekan terakhir.
Prospek Jangka Panjang
Menatap ke depan, harga emas diperkirakan masih memiliki potensi untuk melanjutkan reli penguatannya. Analis dari Goldman Sachs Group Inc., termasuk Daan Struyven dan Samantha Dart, dalam catatan riset terbaru mereka memproyeksikan skenario dasar harga emas di level US$4.900 per ons untuk tahun depan, dengan kemungkinan adanya risiko kenaikan lebih lanjut.
Mereka berpendapat bahwa investor yang berinvestasi melalui ETF kini mulai bersaing ketat dengan bank sentral dalam memperebutkan pasokan emas batangan yang semakin terbatas di pasar global. Keterbatasan pasokan ini, dikombinasikan dengan permintaan yang terus meningkat dari berbagai sektor, diperkirakan akan terus menopang harga logam mulia ini di masa mendatang.

















