
Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS, Prospek Jangka Menengah Tetap Cerah
Pergerakan harga emas global kembali menunjukkan tren penguatan, meskipun kenaikannya tergolong moderat. Faktor utama yang mendorong penguatan ini adalah lonjakan angka pengangguran di Amerika Serikat (AS) pada November 2025. Data ini memicu ekspektasi pasar akan adanya pelonggaran kebijakan moneter oleh The Federal Reserve (The Fed), yang pada gilirannya menempatkan emas pada jalur positif atau tren bullish.
Pada perdagangan Rabu, 17 Desember 2025, hingga pukul 06.56 WIB, harga emas di pasar spot tercatat mengalami kenaikan tipis sebesar 0,09%, mencapai level US$4.307,2 per troy ons. Penguatan ini melanjutkan tren positif yang telah berlangsung sebelumnya.
Sebelumnya, pada Selasa, 16 Desember 2025, harga emas juga menunjukkan kenaikan sebesar 0,03%, ditutup pada posisi US$4.303,53 per troy ons. Kenaikan ini menandai reli emas selama enam hari berturut-turut, sebuah indikasi kuat bahwa minat investor terhadap aset safe haven atau lindung nilai tetap tinggi.
Faktor Pendorong Penguatan Emas: Data Ketenagakerjaan AS dan Kebijakan Moneter
Penguatan harga emas terjadi setelah laporan ketenagakerjaan AS yang dirilis menunjukkan peningkatan angka pengangguran pada bulan November jika dibandingkan dengan bulan September. Data ini semakin memperkuat spekulasi bahwa bank sentral AS, The Fed, akan kembali mengambil langkah pemangkasan suku bunga. Tindakan ini secara inheren akan menekan pergerakan dolar AS, yang merupakan mata uang utama di mana emas diperdagangkan.
Indeks Dolar AS Mengalami Penurunan
Sejalan dengan penguatan emas, indeks dolar AS (DXY) terpantau melemah pada perdagangan Selasa. Indeks ini turun sebesar 0,17% ke level 98,15, bahkan sempat menyentuh titik terendah intraday di angka 97,87. Posisi terendah ini merupakan level terendah yang dicapai DXY dalam dua bulan terakhir. Akibatnya, emas yang diperdagangkan dalam dolar menjadi lebih menarik bagi para pembeli global, mendorong permintaan. Di sisi lain, imbal hasil obligasi pemerintah AS dengan tenor 10 tahun juga menunjukkan pelemahan, turun 0,33% ke level 4,1820%.
Menurut Bob Haberkorn, seorang ahli strategi pasar senior di RJO Futures, data ketenagakerjaan AS memberikan The Fed lebih banyak justifikasi untuk memangkas suku bunga. “Jika mereka memangkas suku bunga, itu akan menguntungkan emas, begitulah cara pasar menafsirkannya saat ini,” ujarnya.
Meskipun pertumbuhan lapangan kerja di AS tercatat membaik pada bulan November, tingkat pengangguran justru mengalami kenaikan ke angka 4,6%. Situasi ini muncul di tengah ketidakpastian ekonomi global yang semakin diperparah oleh kebijakan perdagangan agresif yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump. Angka pengangguran tersebut juga tercatat lebih tinggi dari proyeksi para ekonom yang disurvei oleh Reuters, yang memperkirakan tingkat pengangguran berada di kisaran 4,4%.
Pekan lalu, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) secara resmi mengumumkan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin. Namun, pernyataan yang disampaikan oleh Ketua The Fed, Jerome Powell, dinilai oleh pasar kurang agresif dibandingkan dengan ekspektasi sebelumnya, sehingga belum sepenuhnya meredakan kekhawatiran investor.
Saat ini, kontrak berjangka suku bunga AS masih mengindikasikan kemungkinan adanya dua kali pemangkasan suku bunga masing-masing sebesar 25 basis poin pada tahun 2026, dengan total pelonggaran kebijakan moneter diperkirakan mencapai sekitar 59 basis poin. Dalam kondisi suku bunga yang rendah, emas, yang tidak memberikan imbal hasil (yield), seringkali menjadi pilihan utama bagi investor untuk menjaga nilai aset mereka.
Para pelaku pasar kini tengah menanti rilis data inflasi AS yang krusial. Data Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk bulan November dijadwalkan akan keluar pada hari Kamis, diikuti oleh Indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) pada hari Jumat. Kedua data ini akan menjadi petunjuk penting untuk mengarahkan kebijakan moneter The Fed selanjutnya.
Proyeksi Emas untuk Tahun Mendatang
Sementara itu, proyeksi jangka menengah untuk harga emas tetap terbilang optimistis. Jika harga emas berhasil bertahan dan ditutup di atas level US$4.400 per troy ons hingga akhir tahun 2025, potensi kenaikan lanjutan akan semakin terbuka lebar.
Alex Ebkarian, COO dari Allegiance Gold, menyatakan pandangannya bahwa harga emas berpotensi melonjak ke kisaran US$4.859 hingga US$5.590 per troy ons pada tahun 2026. Ia juga menambahkan bahwa logam mulia lainnya, perak, berpotensi kembali menguji level US$50 per ons pada tahun depan.
Dengan kombinasi faktor pelemahan dolar AS, ekspektasi suku bunga rendah, dan ketidakpastian ekonomi global yang masih membayangi, emas terus dipandang sebagai aset strategis yang vital untuk menjaga nilai investasi dalam jangka panjang.

















