Hujan batu dan besi di kantor BP Batam terjadi usai tuntutan para pendemo tidak dikabulkan oleh Muhammad Rudi selaku Kepala BP Batam, Senin (11 September 2023).
Para pendemo yang mengatasnamakan Laskar Pembela Marwah Melayu yang dipimpin oleh Fahrul Ansori meminta kepada BP Batam agar tidak menggusur atau merelokasi kampung tua sebanyak 16 titik di Pulau Rempang dan Galang.
Selanjutnya Fahrul Ansori juga mendesak kepada Polri dan TNI untuk membubarkan posko-posko yang didirikan di daerah Rempang dan Galang. “Menghentikan intimidasi dan kekerasan terhadap orang Melayu di Rempang Galang,” kata Fahrul Ansori.
“Menuntut Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo membatalkan penggusuran 16 titik kampung tua dan mencopot kepala BP Batam, Muhammad Rudi. Maksud kami Pak Rudi itu ada 2 jabatan, kembalikan dia ke Walikota saja,” ujar Fahrul Ansori kala melakukan orasi di depan Gedung BP Batam.
Fahrul Ansori juga meminta dukungan dari rakyat Indonesia untuk mempertahankan tanah tumpah darah dari kezaliman penguasa serta kaum kapitalis.
Selain itu Fahrul Ansori juga meminta supaya kepolisian membebas 8 orang yang ditetapkan tersangka dan diketahui mereka merupakan masyarakat Rempang Galang. Diketahui 8 orang itu ditangkap kepolisian karena diduga dalang kerusuhan dan melakukan perlawanan terhadap aparat.
“Bebaskan warga kami yang ditahan di Polresta Barelang tanpa syarat,” ucap Fahrul Ansori.
Selanjutnya para pendemo mengutus seseorang untuk bertemu dengan Muhammad Rudi guna mengantarkan surat tuntutan tersebut.
Sekitar 7 menit utusan para pendemo turun dari ruang kerja Muhammad Rudi di BP Batam. Selanjutnya dia menyampaikan bahwa Muhammad Rudi meminta dijemput oleh 11 Panglima Melayu.
Kala itu pesan dari Muhammad Rudi ditolak untuk dijemput oleh 11 Panglima Melayu langsung ditolak. “Kami tidak berkenan menjemput Muhammad Rudi, kami tidak mau berdiskusi. Kalau mau Rudi turun datang sendiri temui kami di sini,” teriak para pendemo.
Sekitar pukul 11:30 WIB sosok Muhammad Rudi terlihat muncul di depan para pendemo yang dibatasi pagar BP Batam.
“Bahwa saya adalah perpanjangan tangan dari Pemerintah Pusat. Pada waktu demo pertama sudah menawarkan supaya perwakilan bapak ibu ikut ke Jakarta ketemu dengan para menteri yang mengambil keputusan. Kalau bapak ibu tidak mau maka wewenang saya tidak sampai sejauh sana.
Saya ulangi lagi ini adalah proyek strategis nasional jadi keputusan dari Pemerintah Pusat,” kata Muhammad Rudi dihadapan para pendemo.
Dalam kesempatan itu Muhammad Rudi juga menyampaikan bahwa 8 orang warga Rempang Galang sudah dibebaskan. “Kalau dibebaskan, apalagi yang mau dibebaskan? Yang ditahan sudah bebas,” ucap Muhammad Rudi.
Terkesan tidak puas dengan penjelasan Muhammad Rudi maka massa yang merupakan pendemo mulai menerbangkan botol-botol air mineral. Selain itu para demonstran juga mulai mengguncang pagar-pagar besi di sekeliling kantor BP Batam.
Selanjutnya pagar-pagar besi mulai patah dan batu mulai menghujani kawasan kantor BP Batam. Diketahui pada akhirnya hujan batu dan besi menjadi pemandangan kala berada di seputaran gedung BP Batam.
Sejumlah aparat juga turut kena hajar oleh para demonstran. Dengan kondisi demikian maka jurus gas air mata mulai dikeluarkan oleh polisi untuk membubarkan kerumunan massa di depan kawasan BP Batam.
Terpantau usai massa pendemo tercerai berai ternyata kaca jendela yang terdapat di bangunan kantor BP Batam juga pecah karena hujan batu yang diciptakan para pendemo.
Silahkan tonton video tentang peristiwa hujan batu dan besi di BP Batam.
Penulis: JP