Dukungan Jarak Jauh: Kunci Efektif Bantuan Korban Banjir di Aceh dan Sumatra
Bencana banjir yang melanda Aceh dan wilayah Sumatra telah meninggalkan duka mendalam bagi para penyintasnya. Ribuan orang terpaksa meninggalkan rumah, kehilangan harta benda, bahkan anggota keluarga. Di tengah situasi sulit ini, kepedulian masyarakat menjadi secercah harapan. Namun, bantuan tidak selalu harus diwujudkan dengan kehadiran fisik di lokasi bencana. Psikolog klinis, Kasandra Putranto, menegaskan bahwa dukungan jarak jauh, jika dilakukan dengan tepat, bisa menjadi bentuk bantuan yang sangat efektif dan tepat sasaran.
Kasandra menekankan bahwa kontribusi masyarakat, meskipun tanpa kehadiran fisik, tetaplah sangat berarti. Salah satu cara paling efektif adalah melalui penyaluran donasi yang disesuaikan dengan kebutuhan mendesak para penyintas. Kebutuhan ini sangat beragam, mulai dari makanan siap saji yang mudah dikonsumsi, air bersih yang sangat vital untuk kesehatan, obat-obatan untuk penanganan medis, hingga perlengkapan kebersihan yang krusial untuk mencegah penyebaran penyakit.
“Tidak semua bantuan harus berupa kehadiran langsung. Donasi dana yang fleksibel sangat membantu untuk memenuhi kebutuhan paling mendesak seperti pangan, layanan kesehatan, serta dukungan psikososial,” ujar Kasandra. Fleksibilitas dana memungkinkan lembaga-lembaga yang berada di lapangan untuk membeli kebutuhan yang paling dibutuhkan saat itu juga, tanpa harus menunggu pengiriman barang yang mungkin memakan waktu dan biaya logistik.
Lebih lanjut, Kasandra menyoroti peran krusial penggalangan dana secara daring (online) dan penyebaran informasi yang akurat. Aktivitas ini sangat berperan besar dalam menjaga kelancaran distribusi bantuan. Dengan informasi yang valid dan terverifikasi, risiko bantuan salah sasaran atau penumpukan logistik yang tidak dibutuhkan dapat diminimalkan secara signifikan. Hal ini memastikan bahwa setiap bantuan yang disalurkan benar-benar sampai kepada mereka yang membutuhkan.
Memilih Bantuan yang Tepat: Lebih dari Sekadar Pakaian Layak Pakai
Masyarakat yang ingin menyalurkan bantuan barang juga perlu memperhatikan jenis bantuan yang benar-benar diperlukan di lapangan. Seringkali, kebutuhan dasar yang paling mendesak justru terlewatkan di antara tumpukan pakaian layak pakai. Kasandra mengingatkan agar tidak hanya terpaku pada pakaian, namun juga mempertimbangkan kebutuhan lain yang tak kalah penting.
Beberapa kebutuhan dasar yang kerap terlewatkan namun sangat vital bagi para penyintas antara lain:
- Selimut: Memberikan kehangatan dan kenyamanan, terutama di malam hari atau bagi mereka yang kehilangan tempat tinggal.
- Popok: Kebutuhan esensial bagi bayi dan balita yang rentan, terutama di lingkungan pengungsian yang mungkin minim fasilitas.
- Obat-obatan: Termasuk obat-obatan pribadi bagi penderita penyakit kronis, obat-obatan umum seperti pereda nyeri dan obat diare, serta perlengkapan P3K.
- Perlengkapan Kebersihan: Sabun, sampo, sikat gigi, pasta gigi, pembalut wanita, dan tisu basah sangat penting untuk menjaga higienitas dan mencegah penyakit.
“Jika memilih mengirim barang, pastikan bantuan terkoordinasi dengan lembaga resmi. Pakaian layak pakai, makanan tahan lama, selimut, popok, dan perlengkapan kebersihan adalah kebutuhan yang sangat membantu penyintas,” jelasnya. Koordinasi dengan lembaga resmi seperti organisasi kemanusiaan atau badan penanggulangan bencana memastikan bahwa barang yang dikirim sesuai dengan kebutuhan yang teridentifikasi di lapangan dan dapat didistribusikan secara efisien.
Perhatian pada Kesehatan Mental: Fondasi Pemulihan Jangka Panjang
Di samping kebutuhan fisik, aspek kesehatan mental para korban bencana juga menjadi perhatian penting yang tidak boleh diabaikan. Menurut Kasandra, banyak penyintas banjir yang mengalami tekanan psikologis berat. Kondisi ini semakin diperparah bagi mereka yang kehilangan anggota keluarga tercinta, mengalami luka fisik, atau harus mengungsi dalam waktu lama dari rumah mereka.
Kasandra menekankan pentingnya dukungan psikososial sebagai bagian integral dari upaya pemulihan. Salah satu pendekatan yang efektif adalah melalui Psychological First Aid (PFA) atau Pertolongan Pertama Psikologis. PFA bertujuan untuk membantu korban mengelola stres, kecemasan, dan gejala pascatrauma yang mungkin timbul akibat pengalaman traumatis. Dukungan ini dapat diberikan oleh profesional terlatih maupun individu yang memiliki pemahaman dasar tentang kesehatan mental.
Bahkan dukungan sederhana pun dapat berdampak besar, terutama bagi anak-anak yang paling rentan terhadap trauma. Aktivitas yang dapat mengalihkan perhatian mereka dari situasi sulit dan menumbuhkan rasa aman sangatlah berharga.
- Buku cerita: Membaca cerita dapat menjadi pelarian sementara dan mengajarkan nilai-nilai positif.
- Alat mewarnai: Aktivitas mewarnai membantu anak mengekspresikan diri dan meredakan ketegangan.
- Mainan edukatif: Mainan yang merangsang kreativitas dan pembelajaran dapat membantu anak merasa lebih normal dan aman.
Kasandra juga mengutip hasil riset L. et al (2021) yang secara jelas menunjukkan bahwa dukungan psikososial yang terintegrasi dalam lingkungan sekolah dan komunitas mampu meningkatkan ketahanan mental (resiliensi) serta mempercepat proses pemulihan mental para korban bencana. Hal ini menggarisbawahi pentingnya membangun sistem dukungan yang berkelanjutan di tingkat lokal.
Banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat sejak akhir November hingga awal Desember 2025 telah menimbulkan dampak serius dan multidimensional. Bencana ini tidak hanya menyebabkan korban jiwa dan luka-luka, tetapi juga memaksa ribuan keluarga mengungsi, kehilangan mata pencaharian, dan menghadapi trauma mendalam. Oleh karena itu, kepedulian kolektif, baik dalam bentuk materi maupun dukungan emosional, serta strategi bantuan yang terencana, menjadi kunci utama dalam membantu para penyintas bangkit kembali.

















