Tragedi Pendakian Merapi: Dua Pemuda Diduga Tersesat di Jalur Ekstrem Klaten
Gunung Merapi, sang penjaga setia perbatasan DIY dan Jawa Tengah, kembali menjadi sorotan publik menyusul kabar hilangnya dua pendaki muda. Peristiwa yang terjadi pada akhir pekan lalu ini, saat banyak penikmat alam berburu keindahan matahari terbit, justru berubah menjadi cerita penuh ketegangan dan kekhawatiran. Niat awal untuk menikmati pesona alam berujung pada operasi pencarian besar-besaran yang melibatkan tim gabungan, menyoroti kembali pentingnya persiapan matang dan kewaspadaan saat menjelajahi gunung berapi aktif yang penuh tantangan ini.
Berawal dari Keinginan Menikmati Sunrise di Kalitalang
Kisah ini bermula pada Sabtu dini hari, ketika tiga pemuda asal Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memutuskan untuk mendaki kawasan Kalitalang, yang terletak di Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Klaten. Mereka tiba di lokasi sekitar pukul 03.00 WIB dan menitipkan kendaraan roda dua mereka di rumah salah seorang warga setempat. Sekitar satu jam kemudian, tepatnya pukul 04.00 WIB, ketiganya memulai pendakian menuju Kalitalang dengan harapan dapat menyaksikan keindahan matahari terbit.
Saat itu, objek wisata tersebut masih dalam kondisi tutup dan belum ada petugas yang berjaga. Jalur yang mereka pilih memang cukup populer di kalangan pendaki, namun tak bisa dipungkiri menyimpan risiko tersendiri mengingat karakteristik alam Merapi yang dinamis. Pendakian yang dilakukan pada jam-jam sangat pagi, ketika visibilitas masih sangat terbatas, diduga kuat menjadi salah satu faktor yang memicu insiden ini. Apa yang seharusnya menjadi momen menikmati keindahan alam berubah drastis menjadi situasi darurat yang membutuhkan respon sigap.
Rencana Bergeser: Menuju Pasar Bubrah dan Jalur Sapuangin
Setelah mencapai kawasan Kalitalang, ketiga pemuda tersebut tidak berhenti. Mereka melanjutkan perjalanan menuju Pasar Bubrah, sebuah area yang dikenal cukup dekat dengan puncak Merapi. Rencana mereka selanjutnya adalah turun melalui jalur Sapuangin, yang berada di wilayah Desa Tegalmulyo. Namun, di tengah perjalanan, salah seorang dari mereka mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan fisik yang signifikan. Kondisi ini membuat mereka memutuskan untuk bermalam di gunung demi beristirahat.
Meskipun demikian, kelelahan fisik yang dialami salah satu pendaki membuat perjalanan terasa semakin berat bagi seluruh rombongan. Di tengah situasi tersebut, dua pemuda lainnya memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan turun lebih dulu. Tujuan mereka adalah untuk segera mengabarkan kondisi teman mereka yang sakit kepada keluarga. Keputusan inilah yang secara tidak sengaja menjadi awal dari terpisahnya ketiga pendaki di jalur pendakian yang kompleks.
Momen Naas: Satu Pendaki Terperosok, Ditemukan Warga
Saat dua pemuda tersebut mulai menuruni gunung, musibah tak terduga terjadi. Salah seorang dari mereka dilaporkan terperosok di jalur yang licin dan medannya cukup sulit. Sementara itu, satu pemuda lainnya memilih untuk menempuh rute yang berbeda dalam upaya turun.
Pendaki yang terperosok akhirnya ditemukan oleh warga pada Minggu (21/12/2025) sekitar pukul 09.00 WIB. Ia kemudian diantarkan kembali ke Balerante, lokasi awal kedatangan mereka. Kondisinya dilaporkan selamat, meskipun tentu saja mengalami kelelahan akibat insiden tersebut. Dari penuturan pemuda yang ditemukan inilah terungkap fakta bahwa dua rekannya belum juga kembali. Dugaan adanya pendaki yang tersesat pun mulai menguat dan segera dilaporkan kepada pihak berwenang. Seiring berjalannya waktu, urgensi untuk menemukan kedua pendaki yang hilang semakin meningkat.
Perburuan di Rimba Merapi: Dua Pendaki Diduga Masih Tersesat
Hingga Minggu malam, upaya pencarian terhadap dua pemuda yang belum kembali masih terus dilakukan. Mereka diduga kuat tersesat di kawasan Gunung Merapi yang membentang di wilayah Klaten. Informasi ini dikonfirmasi oleh Indriarto, seorang anggota SAR Klaten, yang menegaskan bahwa tim pencari tidak kenal lelah menyisir area tersebut.
Jalur pendakian yang mereka tempuh dikenal sangat menantang, tidak hanya karena kondisi medan yang berat, tetapi juga karena cuaca yang bisa berubah sewaktu-waktu di pegunungan. Selain itu, kawasan Merapi sendiri memiliki banyak percabangan jalur yang seringkali membingungkan para pendaki, terutama bagi mereka yang kurang berpengalaman atau tidak membawa perlengkapan navigasi yang memadai. Waktu yang semakin larut menambah tingkat kesulitan dan kehati-hatian yang harus diterapkan oleh tim SAR. Namun, tekad mereka untuk menemukan para pendaki dalam keadaan selamat tetap menjadi prioritas utama.
Kekuatan Lintas Instansi: Tim Gabungan Turun Tangan
Menghadapi situasi yang semakin mendesak, operasi pencarian ini melibatkan kekuatan gabungan dari berbagai unsur. Tim yang dikerahkan terdiri dari personel Basarnas, SAR Klaten, Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Klaten, Balai Taman Nasional Gunung Merapi, serta Pokwis Kalitalang. Tak ketinggalan, aparat kepolisian dari Polsek Kemalang dan unit Dalmas juga turut serta dalam upaya pencarian ini.
Pusat operasi pencarian difokuskan pada jalur Sapuangin di wilayah Desa Tegalmulyo. Sejumlah kendaraan operasional terlihat terparkir di Dukuh Pajegan, yang dijadikan sebagai posko sementara untuk koordinasi dan logistik. Kolaborasi lintas instansi ini menjadi kunci agar proses pencarian dapat berjalan secara efektif dan efisien, meskipun dihadapkan pada medan yang sangat berat yang membutuhkan tenaga ekstra dan strategi yang matang. Semangat pantang menyerah dari seluruh tim gabungan menjadi energi positif demi menemukan kedua pendaki yang hilang.
Peristiwa ini menjadi pengingat krusial bagi seluruh pendaki dan masyarakat luas. Mendaki gunung, terutama gunung aktif seperti Merapi, bukan semata-mata tentang keberanian, melainkan sebuah kombinasi antara persiapan yang matang, pengetahuan mendalam tentang medan, dan kepatuhan pada setiap aturan yang berlaku. Datang terlalu pagi sebelum jalur resmi dibuka, atau memaksakan diri saat kondisi fisik tidak prima, dapat berujung pada risiko yang tidak diinginkan.
Harapan terbesar saat ini adalah operasi pencarian membuahkan hasil yang positif, dan kedua pemuda tersebut dapat segera ditemukan dalam keadaan selamat. Bagi seluruh pendaki, kejadian ini seyogianya menjadi pelajaran berharga. Keindahan Gunung Merapi memang mempesona, namun di balik pesonanya tersimpan kekuatan alam yang harus selalu dihormati dan diwaspadai. Keselamatan harus selalu menjadi prioritas utama dalam setiap petualangan di alam bebas.

















