Harga Minyak Dunia Meroket Akibat Ketegangan Geopolitik, Venezuela dan Rusia Jadi Sorotan Utama
Harga minyak mentah global menunjukkan tren penguatan yang signifikan, didorong oleh memanasnya kembali ketegangan geopolitik yang secara inheren menopang pasar energi internasional. Lonjakan ini utamanya dipicu oleh langkah tegas Amerika Serikat yang memperketat blokade terhadap Venezuela, serta insiden serangan terhadap kapal tanker minyak Rusia di Laut Mediterania.
Pada penutupan perdagangan, harga minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Februari mengalami kenaikan sebesar 0,7%, mencapai level US$60,87 per barel. Sementara itu, minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) dengan kontrak Februari juga mencatatkan penguatan sebesar 0,4%, ditutup pada US$56,87 per barel. Penguatan ini membawa harga Brent kembali mendekati angka US$61 per barel, sebuah pemulihan setelah mengalami penurunan selama dua pekan berturut-turut, sedangkan WTI bergerak stabil di kisaran US$57 per barel.
AS Tingkatkan Tekanan terhadap Venezuela
Langkah-langkah pengetatan blokade oleh Amerika Serikat terhadap Venezuela menjadi salah satu faktor utama di balik kenaikan harga minyak ini. Pada hari Sabtu lalu, penjaga pantai AS dilaporkan berhasil menaiki sebuah kapal tanker bernama Centuries yang sedang mengangkut sekitar 2 juta barel minyak mentah dari Venezuela. Tak berhenti di situ, otoritas AS juga dikabarkan sedang memburu kapal tanker lain, Bella 1, yang diketahui sedang dalam perjalanan menuju negara Amerika Latin tersebut.
Washington secara konsisten meningkatkan tekanan terhadap pemerintahan Presiden Venezuela Nicolás Maduro. Presiden AS Donald Trump bertekad untuk memutus sumber pendapatan utama negara tersebut, yang sebagian besar bergantung pada sektor minyak. Selain itu, AS juga telah menetapkan rezim Maduro sebagai organisasi teroris asing, dengan dalih keterlibatan dalam praktik perdagangan narkoba internasional.
Meskipun Venezuela memiliki cadangan minyak mentah terbesar di dunia, ekspor minyaknya saat ini hanya menyumbang kurang dari 1% dari permintaan global. Sebagian besar ekspor minyak Venezuela memang ditujukan ke China. Namun, sanksi dan blokade yang semakin ketat berpotensi mengganggu aliran pasokan tersebut, menciptakan kekhawatiran akan kelangkaan di pasar global.
Serangan Drone di Laut Mediterania Perkeruh Situasi
Selain isu Venezuela, ketegangan geopolitik juga meningkat terkait pasokan dari anggota OPEC+ lainnya, khususnya Rusia. Insiden serangan drone yang dilancarkan oleh Ukraina terhadap kapal tanker minyak dari armada bayangan Rusia di Laut Mediterania menjadi peristiwa penting yang turut memicu kekhawatiran pasar. Serangan ini merupakan kelanjutan dari aksi sebelumnya yang menargetkan fasilitas milik Lukoil PJSC di Laut Kaspia.
Peristiwa-peristiwa geopolitik ini secara efektif menopang harga minyak, yang sepanjang tahun ini telah mengalami penurunan signifikan sekitar 20%. Penurunan harga tersebut sebelumnya dipicu oleh beberapa faktor, termasuk kelebihan pasokan global. Keputusan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan negara-negara sekutunya untuk memulihkan produksi lebih cepat dari perkiraan, ditambah dengan peningkatan output dari produsen di luar kartel, serta permintaan global yang tetap lesu, menjadi penyebab utama merosotnya harga minyak.
Prospek Harga Minyak ke Depan
Para analis memandang bahwa perkembangan geopolitik saat ini memberikan dukungan yang kuat bagi harga minyak. “Kami tetap pada pandangan yang sedikit lebih positif terhadap harga minyak hingga akhir tahun, dengan dukungan utama datang dari perkembangan geopolitik,” ujar Robert Rennie, Head of Commodity Research di Westpac Banking Corp.
Namun demikian, Rennie juga memperingatkan bahwa prospek jangka panjang masih menghadapi ketidakpastian. Ia memperkirakan harga Brent berpotensi mengalami penurunan ke kisaran US$50 per barel pada tahun depan. Proyeksi ini didasarkan pada potensi meredanya ketegangan geopolitik atau pemulihan pasokan yang lebih cepat dari perkiraan, meskipun sentimen pasar saat ini lebih didominasi oleh kekhawatiran akan gangguan pasokan.
Ketidakpastian pasokan dari negara-negara produsen utama, ditambah dengan dinamika geopolitik yang kompleks, menjadikan pasar minyak global sebagai arena yang sangat fluktuatif. Investor dan pelaku pasar akan terus memantau perkembangan di Venezuela, Rusia, serta kebijakan OPEC+ untuk memprediksi arah pergerakan harga minyak di masa mendatang.

















