Sebuah studi baru-baru ini mengungkap potensi manfaat kesehatan dari konsumsi makanan pedas secara rutin, terutama bagi kesehatan jantung dan otak. Temuan ini berasal dari penelitian berskala besar yang dilakukan di Provinsi Sichuan, Tiongkok, melibatkan puluhan ribu orang dewasa. Para peneliti mengamati pola makan partisipan dalam kurun waktu tertentu dan menganalisis korelasinya dengan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular. Hasilnya cukup mengejutkan: individu yang lebih sering mengonsumsi makanan pedas, khususnya cabai, menunjukkan kecenderungan risiko yang lebih rendah untuk mengalami penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah otak dibandingkan dengan mereka yang jarang mengonsumsinya.
Temuan ini sejalan dengan penelitian serupa yang telah dilakukan sebelumnya. Marialaura Bonaccio dari IRCCS Neuromed, Italia, yang telah bertahun-tahun meneliti dampak cabai terhadap kesehatan jantung di Eropa, menyatakan bahwa hasil dari Tiongkok ini semakin memperkuat dugaan bahwa cabai memiliki efek protektif terhadap sistem kardiovaskular. Namun, ia juga menekankan pentingnya melihat temuan ini dalam konteks gaya hidup dan budaya masyarakat setempat.
Konsumsi Cabai dan Penurunan Risiko Penyakit Jantung
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah pada tahun 2025 ini menganalisis data dari 54.859 orang dewasa. Para peneliti membandingkan kelompok yang jarang mengonsumsi makanan pedas dengan kelompok yang mengonsumsinya enam hingga tujuh hari dalam seminggu. Hasilnya menunjukkan bahwa kelompok yang lebih sering mengonsumsi makanan pedas memiliki risiko lebih rendah untuk terkena penyakit jantung iskemik (kondisi di mana aliran darah ke otot jantung berkurang atau terhenti) dan penyakit serebrovaskular (gangguan pada pembuluh darah otak).
Lebih lanjut, penurunan risiko juga teramati pada kasus stroke iskemik, yaitu jenis stroke yang disebabkan oleh penyumbatan aliran darah ke otak. Menariknya, semakin sering seseorang mengonsumsi makanan pedas, semakin rendah pula risiko stroke iskemik yang teramati. Studi ini juga mencatat bahwa intensitas rasa pedas yang sedang justru berkorelasi dengan penurunan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular secara keseluruhan. Kebiasaan mengonsumsi makanan pedas sejak usia muda juga dikaitkan dengan risiko yang lebih rendah, meskipun efek perlindungan ini tidak ditemukan pada stroke hemoragik (pecahnya pembuluh darah di otak).
Peran Kapsaisin: Senyawa Aktif dalam Cabai
Sensasi pedas yang kita rasakan saat mengonsumsi cabai berasal dari senyawa bioaktif bernama kapsaisin. Kapsaisin tidak hanya memberikan rasa pedas, tetapi juga berinteraksi dengan reseptor tertentu di dalam tubuh, termasuk pada saraf dan lapisan pembuluh darah.
Beberapa penelitian pada hewan telah menunjukkan bahwa stimulasi rutin reseptor ini dapat meningkatkan produksi oksida nitrat. Oksida nitrat adalah senyawa penting yang berperan dalam merelaksasi pembuluh darah, sehingga melancarkan aliran darah. Efek ini dapat berkontribusi pada penurunan tekanan darah, terutama pada individu yang menderita hipertensi. Pembuluh darah yang lebih rileks dan elastis akan mengurangi beban kerja jantung dan meminimalkan risiko kerusakan pembuluh darah dalam jangka panjang. Dengan demikian, manfaat kapsaisin tidak hanya bersifat sementara sebagai sensasi pedas, tetapi juga memberikan dampak positif yang berkelanjutan pada kesehatan pembuluh darah.
Dukungan dari Penelitian Sebelumnya
Temuan dari studi di Sichuan ini bukanlah yang pertama kali mengaitkan konsumsi makanan pedas dengan manfaat kesehatan. Penelitian sebelumnya yang diterbitkan pada tahun 2015 dalam jurnal BMJ (Clinical research ed.) menemukan bahwa orang yang mengonsumsi makanan pedas 6 hingga 7 hari per minggu memiliki risiko kematian 14 persen lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang jarang mengonsumsinya. Penurunan risiko ini juga terlihat pada kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung iskemik dan penyakit pernapasan.
Selain itu, sebuah studi kohort di Italia menemukan bahwa konsumsi cabai lebih dari empat kali seminggu berkaitan dengan angka kematian total dan kematian akibat penyakit kardiovaskular yang lebih rendah. Hubungan ini tetap signifikan bahkan setelah para peneliti memperhitungkan kepatuhan responden terhadap pola diet Mediterania.
Batasan dan Rekomendasi
Meskipun temuan ini menjanjikan, para peneliti menekankan bahwa konsumsi cabai tidak dapat dianggap sebagai obat untuk penyakit jantung atau otak. Sifat penelitian yang observasional berarti bahwa hubungan sebab-akibat belum dapat dipastikan secara definitif. Namun, konsistensi temuan dari berbagai negara menunjukkan bahwa konsumsi makanan pedas secara teratur memang sering kali berkaitan dengan hasil kesehatan yang lebih baik.
Para ahli berpendapat bahwa manfaat ini kemungkinan merupakan hasil dari kombinasi efek biologis kapsaisin dan pola gaya hidup masyarakat yang secara tradisional terbiasa mengonsumsi cabai. Penting untuk dicatat bahwa manfaat kesehatan lebih terlihat pada konsumsi cabai dengan intensitas ringan hingga sedang, bukan ekstrem.
Bagi masyarakat yang ingin mencoba memasukkan cabai ke dalam pola makan mereka, penggunaan cabai sebagai bumbu masakan sehari-hari dapat menjadi langkah awal yang sederhana. Namun, individu yang memiliki kondisi kesehatan tertentu, seperti gangguan lambung, disarankan untuk menyesuaikan konsumsi makanan pedas sesuai dengan toleransi tubuh masing-masing dan berkonsultasi dengan tenaga medis jika diperlukan.

















