Ternyata perampokan bank yang perdana di Indonesia terjadi di Kota Batam.
Itu terucap saat Marganas Nainggolan menyampaikan sekapur sirihnya di acara Coffee Morning di Mapolres Barelang, Sabtu (20/11/2021) lalu. Wartawan senior itu menyinggung sepintas tentang perampokan bank tahun 90-an di Batam.
Di era para perampok legendaris di Indonesia, semisal, Kusni Kasdut, atau Anton Medan dan lainnya, ternyata belum pernah ada peristiwa perampokan bank. Kecuali perampokan atas nasabah bank dan orang berduit lainnya.
Marganas menceritakan satu pengalamannya yang jadul itu semasa mejadi reporter yang sering ngepos di Mapolresta Barelang (sebelumnya Mapolres Batam).
Untuk menggali lebih dalam, wartawan BatamNow.com, Hendra SH mewawancarai Komisaris Batam Pos itu, Senin (22/11).
Begini hasil wawancaranya:
Bagaimana alkisah perampokan bank di Batam menjadi yang pertama di Indonesia?
Jadi kan saya dulu wartawan Harian Riau Pos (sekarang Batam Pos) di Batam. Satu-satunya harian cetak lokal, saat itu, yang terbit di Riau. Batam saat itu masih masuk wilayah Provinsi Riau. Belum dimekarkan.
Peristiwa yang menggemparkan itu pada satu Jumat. Saat para pegawai Bank BDNI di Nagoya itu lagi istirahat jumatan. Sekonyong-konyong kawanan perampok bersenjata api beraksi menyatroni bank yang lokasinya di samping Bank Mandiri, simpang empat Nagoya.
Sampai ada tembakan senjata api ketika peristiwa itu?
Kalau tak salah dua orang meninggal di tempat, satu orang Satpam dan satunya lagi pegawai bank. Dua pegawai bank lainnya mengalami luka tembak.
Lalu mengapa cerita itu yang Anda angkat pada saat sambutan di Mapolres itu. Kan acara silaturahmi antara jajaran Mapolres dengan asosiasi insan pers?
Begini. Kan di undangan acara coffee morning itu ditulis salah satu Peraturan Kapolri tentang keterbukaan informasi publik sebagai rujukan materi silaturahmi itu.
Bagaimana dinamika keterbukaan informasi antara kepolisian dengan wartawan sebagai jembatan masyarakat, itu sebenarnya yang saya coba sampaikan. Terkadang muncul beda persepsi. Cuman tak saya rinci waktu kata sambutan itu.
Kadang dilematis juga. Di satu sisi pers atau wartawan berkejaran waktu menyampaikan informasi yang cepat dan akurat kepada publik. Namun terkadang instansi seperti kepolisan belum dapat mempublish secara formal kejadian genting dengan segera karena pihak kepolisian masih dalam pengumpulan bahan dan keterangan (pulbaket) dan terikat protap.
Bisa dilanjutkan dengan peristiwa perampokan bank di Batam itu?
Ketika terjadi perampokan Jumat itu, pada Sabtu paginya beritanya sudah dimuat di Riau Pos, satu-satunya koran daerah yang tiba lebih awal di Batam dibanding koran Jakarta. Koran kita laku keras di Batam karena berita itu.
Meski sudah kita beritakan, tapi saya dan teman wartawan lainnya masih tetap melakukan investigasi ke lapangan pasca perampokan. Karena pelakunya belum terungkap dan tertangkap. Kami mirip dengan polisi jugalah menyelinap sana sini. Pulbaket juga mencari data dan fakta lapangan untuk bahan running news. Hehe…
Nah berita Riau Pos pada Minggu (hari ketiga) itulah yang membuat Wenny Warouw, Kapolres Batam Letkol, saat itu, bak kebakaran jenggot.
Mengapa?
Berita Riau Pos saat itu memang mem-blow up, perkiraan ke mana kawanan rampok kabur dari Batam dengan menaiki speed boat.
Arah pelarian kawanan itu diduga keras kalau tidak ke Johor, Malaysia atau ke Tanjungpinang. Dan Riau Pos ketika itu melengkapi berita itu dengan infografis asumsi arah pelarian kawanan rampok.
Padahal polisi masih konsentrasi mencari kawanan di seputar Batam.
Lantas?
Saya pun diprotes keras oleh Wenny Warouw saat itu di Mapolres Batam atas berita kaburnya kawanan rampok itu.
Mengapa Kapolres memprotes keras kepada Anda?
Polres Batam kan terkesan kecolongan atas perampokan itu karena pelaku kabur. Itu opini publik. Apalagi ada korban meninggal.
Wenny saat itu sempat emosi dan menghardik saya seraya mengatakan, “Mengapa Anda pintar-pintaran memberitakan pelaku perampokan itu melarikan diri ke Malaysia atau Tanjungpinang. Dari mana Anda tahu? Jangan akibat berita Anda perampok itu tahu siasat penyergapan kami. Begitu marahnya Kapolres saat itu.”
Mengapa seemosi itu Kapolresnya?
Kan peristiwa perampokan BDNI (sekarang Bank Mandiri), gaungnya besar hingga sampai ke istana. Itu kan semasa pak Harto. Kapolri dan Kapolda Riau waktu itu, katanya, marah besar ke Wenny karena mendengar berita dari media, pelakunya kabur. Dulu Polres Batam masih di bawah Polda Riau.
Itulah pemicu Wenny marah ke saya. Karena liputan kami waktu itu bukan hasil gelar konferensi pers. Liputan itu murni investigasi kami. Infonya kami dapat dari lapangan bahwa kawanan melarikan diri dari Nagoya ke arah Telaga Punggur dengan mobil usai merampok Jumat siang itu.
Di pantai Telaga Punggur lah kami tahu tempat bersandar speed boat kawanan sedari datang dari Pontian, Malaysia untuk merampok bank di Batam. Beberapa sumber kami termasuk di Telaga Punggur adalah nelayan.
Berapa jumlah kawanan itu?
Kalau tak salah ada 5 orang.
Bersenjata api lengkap dan ditenteng dari Malaysia?
Iya dibawa dari Malaysia. Kalau tak salah, ada senjata api laras panjang.
Lantas benar-benar kabur perampoknya?
Bukan, kalau tak salah Senin atau Selasanya kawanan rampok itu dapat dirungkus polisi di Tanjungpinang. Semuanya digulung termasuk tekong speed boat.
Nah, Riau Pos pun dan harian ternama dari Jakarta, waktu itu, memberitakan besar-besaran atas tertangkapnya kawanan rampok “impor” itu oleh tim reserse kepolisian.
Begitu berita keberhasilan polisi meluas, Wenny Warouw pun sempat salam peluk dengan saya. Ia menyampaikan terima kasih atas bantuan kerja sama dengan media.
Artinya akhirnya Wenny Warouw saat itu berbalik mengapresiasi media?
Iya begitulah. Kadang ketika media mendahului memberitakan saat operasi polisi masih berlangsung, atau media memberitakan kelemahan polisi, di situlah terkadang dilema itu. Suka tidak suka di situlah tampak beda fungsi kepolisian dengan wartawan.
Polisi merasa terganggu dengan berita hasil investigasi media. Padahal tatkala media memberitakan, faktanya tak jauh dari fakta kejadian sebenarnya. Kan kalau menunggu konferensi pers sudah basi beritanya. Apalagi di era ramainya persaingan media online dan elektonik sekarang.
Terus siapa-siapa dan dari mana asal kawanan rampok itu?
Kan tadi sudah saya sampaikan bahwa hasil investigasi kami (Riau Pos), kawanan itu diduga datang dari Johor. Semuanya memang warga negara Malaysia. Usia muda semua.
Hasil investigasi kami itulah yang sempat memantik emosi Kapolres. Mereka heran, kok wartawan dengan cepat megendus jejak kawanan rampok itu ke mana bergerak.
Diadili di mana mereka?
Kalau tak salah mereka dibawa ke Pekanbaru dan ditahan di sana.
Lalu darimana Anda tahu bahwa perampokan bank di Batam itu adalah perampokan bank yang pertama di Indonesia?
Lah, saat konferensi pers di Pekanbaru, polisi yang menyampaikan bahwa perampokan bank di Batam itu yang pertama di Indonesia. Peristiwa perampokan lainnya adalah perampokan nasabah bank, baik di dalam maupun di luar bank.
Tapi itu peristiwa tahun 90-an. Kalau setelah itu sampai sekarang, saya tak tahu apakah ada perampokan bank lainnya.
Berapa jumlah uang yang dirampok dari BDNI itu?
Oh iya, kalau saya tak silap, memang kawanan rampok itu tak sempat menggondol banyak uang di bank itu. Dan itu yang membuat mereka merasa sial dan bingung saat itu, sehingga kawaanan rampok tidak langsung melarikan diri kembali ke Malaysia. Itu terungkap saat persidangan.
Lalu kami dengar ada cerita menarik lainnya tentang Ketua OB BJ Habibie yang dalam proses kilat “mengganti” Kapolres Batam dari Bandara Hang Nadim. Dapat diceritakan?
Aduh! Nantilah ya episode wawancara berikutnya. Saya agak sibuk hari ini di kebun ini. Kebetulan lagi pembibitan sayur. Maaf ya teman-teman. Keburu hujan nanti. Makasih. (*)
Sumber: Batamnow.com