SEA Games 2025: Ajang yang Terlupakan Akibat Buruknya Penyelenggaraan
Penyelenggaraan SEA Games 2025 yang baru saja usai menuai kritik pedas dari berbagai pihak, termasuk media Thailand sendiri. Berbagai laporan menyebutkan bahwa ajang olahraga terbesar di Asia Tenggara tahun ini dinilai sebagai salah satu yang paling terlupakan dalam sejarah karena berbagai masalah organisasi yang mengemuka.
Media Thailand, melalui pemberitaan di Thairath.co.th, secara terang-terangan melabeli SEA Games 2025 sebagai “SEA Games yang tidak layak dikenang.” Meskipun kontingen Thailand berhasil meraih kesuksesan luar biasa dengan mengumpulkan 233 medali emas, 154 medali perak, dan 112 medali perunggu, pencapaian gemilang ini tampaknya tenggelam di tengah badai kritik terhadap aspek penyelenggaraan.
Sorotan pada Kegagalan Organisasi
Thairath mengakui bahwa beberapa cabang olahraga Thailand menunjukkan performa yang memukau, seperti atletik, gulat, angkat besi, dan taekwondo. Namun, keberhasilan individu ini tidak mampu menutupi kekecewaan yang meluas akibat kegagalan di sisi manajemen dan organisasi. Laporan tersebut menggarisbawahi beberapa poin krusial yang menjadi sumber kekecewaan:
- Kegagalan Sepak Bola: Tim sepak bola putra Thailand secara mengejutkan gagal meraih medali emas yang diharapkan.
- Dominasi Sepak Takraw yang Tertunda: Tim sepak takraw putra, yang telah lama dinantikan prestasinya, kembali gagal meraih medali emas di SEA Games, sebuah tren negatif yang telah berlangsung selama 20 tahun terakhir.
- Skandal Esports: Dunia esports dirundung skandal dan drama kecurangan yang mencoreng citra kompetisi.
Lebih jauh lagi, persiapan para atlet juga dikritik karena berbagai kendala. Laporan tersebut menyebutkan bahwa banyak asosiasi hampir menyerah dalam fase pelatihan dan persiapan karena tantangan yang dihadapi, terutama terkait keterlambatan atau ketidaktepatan waktu pembayaran tunjangan.
Apresiasi untuk Atlet, Kritikan untuk Panitia
Meskipun melayangkan kritik tajam terhadap penyelenggaraan, Thairath memberikan apresiasi setinggi-tingginya terhadap semangat juang para atlet Thailand. Dalam skala 1 hingga 10, para atlet dinilai pantas mendapatkan skor lebih dari 100 atas dedikasi dan perjuangan mereka.
Namun, pujian tersebut segera berbanding terbalik ketika penilaian diarahkan kepada panitia penyelenggara. Umpan balik yang diterima sangat negatif terkait pengelolaan SEA Games tahun ini. Thairath dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada aspek yang bisa dipuji dari sisi penyelenggaraan.
“Sejujurnya, tidak ada yang sempurna atau patut dipuji. SEA Games ini diselenggarakan dengan buruk,” tulis laporan tersebut. “Terdapat banyak kelemahan dan kekurangan yang telah ditemukan dan diungkap secara publik oleh media asing. Hal itu dikritik dan dihancurkan habis-habisan.”
Dari sudut pandang organisasi, Thairath menyimpulkan bahwa SEA Games 2025 berpotensi menjadi ajang yang paling terlupakan dalam sejarah perhelatan SEA Games.
Serentetan Permintaan Maaf dari Panitia
Masalah organisasi tidak hanya menjadi sorotan media Thailand, tetapi juga media regional lainnya. Selama SEA Games 2025 berlangsung, delegasi olahraga Vietnam dilaporkan menerima tiga kali permintaan maaf dari panitia penyelenggara SEA Games yang diselenggarakan oleh Thailand.
Permintaan maaf tersebut dikeluarkan atas berbagai insiden yang merugikan delegasi Vietnam:
- Kesalahan Peta Vietnam: Panitia meminta maaf karena menampilkan peta Vietnam yang tidak akurat selama upacara pembukaan SEA Games.
- Kesalahan Penjadwalan Bowling: Insiden kesalahan penjadwalan pertandingan semifinal atlet bowling Vietnam, Tran Hoang Khoi, melawan atlet tuan rumah juga berujung pada permintaan maaf.
- Skandal Kecurangan Esports: Ketua Asosiasi Esports Thailand, Bapak Santi Lothong, terpaksa mengeluarkan permintaan maaf menyusul terungkapnya insiden kecurangan yang dilakukan oleh pemain Thailand dalam pertandingan melawan Vietnam.
Selain delegasi Vietnam, negara-negara lain seperti Malaysia dan Indonesia juga dilaporkan mengajukan pengaduan kepada panitia penyelenggara. Pengaduan tersebut muncul akibat keputusan wasit yang dianggap kontroversial dalam beberapa ajang pertandingan.
Situasi ini menunjukkan betapa kompleksnya tantangan yang dihadapi dalam penyelenggaraan ajang olahraga multinasional sebesar SEA Games. Kegagalan dalam aspek organisasi tidak hanya merugikan para atlet yang telah berjuang keras, tetapi juga mencoreng nama baik tuan rumah dan mengurangi nilai prestise dari kompetisi itu sendiri. SEA Games 2025 akan dikenang bukan hanya karena capaian atlet, tetapi juga karena daftar panjang masalah yang mengiringi pelaksanaannya.

















