Kisah Susi Pudjiastuti, Mantan Menteri yang Kritis terhadap Janji Bantuan Bencana
Sosok Susi Pudjiastuti, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, kembali menjadi sorotan publik. Kali ini, kritiknya yang tajam ditujukan kepada Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka terkait janjinya untuk memasang layanan internet Starlink di lokasi bencana. Pernyataan Susi tersebut dilontarkan melalui akun media sosial pribadinya di platform X (sebelumnya Twitter).
Peristiwa yang memicu komentar Susi ini bermula dari kunjungan Wakil Presiden Gibran Rakabuming ke lokasi bencana di Aceh, tepatnya di Posko Pengungsian BLK Blangkejeren, Gayo Lues. Dalam kunjungannya, Wapres Gibran berinteraksi dengan para korban banjir, salah satunya menanyakan perihal ketersediaan sinyal telepon seluler di area tersebut.
“Bapak, ibu sinyalnya sudah baik belum?” tanya Gibran kepada warga.
Jawaban kompak dan antusias dari warga yang menyatakan bahwa sinyal belum baik, memicu respons lebih lanjut dari Wapres. “Nanti kita segera pasangkan Starlink ya biar bisa segera menghubungi teman-teman, saudaranya di tempat lain. Internetnya belum jalan ya? Kita segerakan ya. Tunggu ya. Internet, BBM, listrik. Tadi beberapa tempat listrik sudah tersambung ya? Nanti kita segerakan juga untuk listrik,” ujar Gibran kala itu.

Sentilan Tajam Susi Pudjiastuti
Menanggapi janji tersebut, Susi Pudjiastuti memberikan tanggapan yang dinilai cukup menohok. Menurut pandangannya, sebagai seorang wakil presiden, Gibran seharusnya mampu melakukan eksekusi bantuan secara langsung tanpa perlu melakukan penjajakan atau sekadar berjanji kepada para korban bencana.
“Seharusnya anda bisa datang dengan pesawat anda bawa Starlink 10 genset kecil 10 dan semuanya bisa langsung pasang .. tidak perlu tanya-tanya (bawa lebih pun bisa). Padahal yang diperlukan cuma omong ke bawahan done sampai disana ndak perlu nanya-nanya .. sat set sat set,” tulis Susi dalam cuitannya.
Kritik Susi ini menyoroti pentingnya tindakan cepat dan efisien dalam penanganan bencana, di mana bantuan yang dijanjikan idealnya sudah terwujud saat pejabat mengunjungi lokasi, bukan hanya sekadar menjadi janji.
Profil Susi Pudjiastuti: Dari Pengusaha Ikan Hingga Menteri Kabinet
Kritikan yang dilontarkan Susi Pudjiastuti terhadap Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka kembali mengingatkan publik akan sosoknya yang penuh determinasi dan keberanian. Lantas, seperti apa perjalanan hidup dan karier Susi Pudjiastuti yang membuatnya memiliki pandangan kritis dan tegas?
Susi Pudjiastuti dikenal luas sebagai seorang pengusaha sukses asal Indonesia. Ia pernah mengemban amanah sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo dalam Kabinet Kerja periode 2014–2019.
Latar Belakang dan Awal Karier Bisnis
Susi Pudjiastuti lahir pada tanggal 15 Januari 1965 di Pangandaran, Jawa Barat. Ia merupakan putri dari pasangan Hajjah Suwuh Lasminah dan Ahmad Karlan. Perjalanan pendidikannya di SMA Negeri 1 Yogyakarta harus terhenti di tengah jalan. Namun, keputusan untuk putus sekolah tidak lantas membuatnya menyerah. Sebaliknya, Susi memilih untuk merintis jalan kewirausahaan dengan modal awal sebesar Rp 750.000 yang didapat dari hasil penjualan perhiasan.
Bidang bisnis yang pertama kali ia geluti adalah sebagai pengepul atau tengkulak ikan. Ia memulai usahanya ini di Pangandaran pada tahun 1983. Berkat kegigihan dan ketekunannya, Susi berhasil mengembangkan usahanya hingga mendirikan sebuah pabrik pengolahan ikan pada tahun 1996. Pabrik tersebut diberi nama PT ASI Pudjiastuti Marine Product.
Ekspansi Bisnis ke Sektor Penerbangan
Tak berhenti di situ, Susi Pudjiastuti kemudian mengambil langkah berani dengan memperluas sayap bisnisnya ke sektor transportasi udara. Ia meminjam dana sebesar Rp 20 miliar dari bank untuk membeli sebuah pesawat. Pesawat jenis Cessna Caravan ini dibeli dengan tujuan untuk mempermudah proses distribusi hasil lautnya, seperti lobster dan ikan, ke pasar-pasar besar di Jakarta dan bahkan hingga ke Jepang. Pembelian pesawat ini juga menjadi cikal bakal pendirian PT ASI Pudjiastuti Aviation.
Perusahaan penerbangan yang didirikannya ini terus berkembang pesat. Dalam kurun waktu tiga tahun, perusahaan tersebut berhasil memiliki sebanyak 14 unit pesawat yang tersebar di berbagai wilayah, termasuk empat pesawat di Papua, empat pesawat di Balikpapan, serta unit lainnya di Jawa dan Sumatera.
Lebih lanjut, pada tahun 2008, Susi Pudjiastuti juga mendirikan sekolah pilot bernama Susi Flying School, melalui PT. ASI Pudjiastuti Flying School. Langkah ini menunjukkan visinya yang luas dalam mengembangkan industri maritim dan penerbangan di Indonesia.
Peran di Pemerintahan dan Kebijakan Kontroversial
Selain kiprahnya di dunia bisnis, Susi Pudjiastuti juga sempat terjun ke kancah politik. Ia dilantik menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan pada tanggal 26 Oktober 2014 oleh Presiden Joko Widodo. Selama menjabat, Susi harus melepaskan posisi sebagai presiden direktur di dua perusahaannya, yaitu PT ASI Pudjiastuti Marine Product dan PT ASI Pudjiastuti Aviation.
Masa jabatannya sebagai menteri diwarnai oleh berbagai kebijakan yang seringkali menimbulkan kontroversi, namun juga mendapat apresiasi. Salah satu kebijakan paling ikonik adalah penenggelaman kapal asing yang terbukti melakukan praktik penangkapan ikan ilegal di perairan Indonesia. Kebijakan tegas ini mendapat pengakuan internasional, termasuk penghargaan Leaders for a Living Planet Award dari WWF pada 16 September 2016.
Meskipun kini tidak lagi menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti tetap menjadi sosok yang vokal dan memiliki pengaruh dalam berbagai isu publik, terutama yang berkaitan dengan kelautan, perikanan, dan penanganan bencana.

















